Ekonomi

UMKM Go Digital: Solusi Bertahan di Tengah Ketidakpastian Ekonomi 2025

EKONOMI – Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan tulang punggung perekonomian Indonesia. Lebih dari 99% pelaku usaha di Indonesia adalah UMKM, menyerap lebih dari 97% tenaga kerja, dan menyumbang sekitar 60% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Namun, dalam situasi ekonomi global yang tidak menentu pada 2025, mulai dari ancaman resesi, inflasi global, hingga ketegangan geopolitik, UMKM Indonesia menghadapi tantangan serius. Di tengah tekanan ini, digitalisasi muncul sebagai solusi untuk bertahan dan berkembang.

Digitalisasi bukan hanya tentang menjual barang lewat internet. Lebih dari itu, digitalisasi UMKM mencakup transformasi operasional seperti manajemen inventori berbasis aplikasi, pemasaran digital, sistem pembayaran nontunai, hingga integrasi logistik dengan platform daring. Dengan digitalisasi, UMKM memiliki kesempatan untuk:

  • Memperluas jangkauan pasar hingga nasional bahkan internasional.

  • Menekan biaya operasional melalui otomatisasi.

  • Meningkatkan pengalaman pelanggan lewat layanan yang cepat dan transparan.

Namun, digitalisasi UMKM bukan tanpa tantangan. Banyak pelaku UMKM belum melek digital. Tantangan lain meliputi:

  • Akses internet yang belum merata di wilayah 3T (terdepan, terluar, tertinggal).

  • Keterbatasan modal untuk investasi digital.

  • Kurangnya literasi digital dan pelatihan praktis.

Berbagai inisiatif pemerintah telah berjalan, seperti Gerakan Nasional Literasi Digital dan program onboarding UMKM ke marketplace. Kementerian Koperasi dan UKM menargetkan 30 juta UMKM digital pada 2025. Selain itu, perusahaan swasta seperti Tokopedia, Shopee, dan GoTo juga menyediakan pelatihan, modal usaha, dan infrastruktur untuk membantu UMKM naik kelas.

Contoh sukses adalah pengusaha kerajinan bambu dari Banyuwangi yang kini menjual produknya hingga Eropa berkat pemasaran melalui Instagram dan Etsy. Ia memanfaatkan platform digital untuk membangun brand, memasarkan produk, hingga menerima pembayaran internasional.

Untuk memaksimalkan potensi ini, kolaborasi antar pihak sangat penting: pemerintah sebagai fasilitator, swasta sebagai akselerator, dan UMKM sebagai aktor utama. Pelatihan yang inklusif, pembiayaan ramah digital, dan infrastruktur internet menjadi kunci keberlanjutan digitalisasi UMKM.

Digitalisasi bukan lagi pilihan, tapi kebutuhan. UMKM yang mampu bertransformasi digital tidak hanya bisa bertahan, tapi juga tumbuh di era ekonomi digital 2025. Ke depan, Indonesia memerlukan ekosistem UMKM digital yang tangguh, inklusif, dan adaptif terhadap perubahan zaman.

Tags
Show More
Kepriwebsite

Leave a Reply

Close