Uncategorized

Bagaimana Dengan Tingkat Keanekaragaman Siput Laut Di Kabupaten Bintan

Berbicara mengenai biota yang hidup diperairan, pasti pikiran kita akan langsung tertuju kepada sebuah hidangan di meja makan. Hal itu sangatlah wajar, karena salah satu dari sekian banyak jenis biota yang menjadi primadona dalam dunia kuliner laut adalah jenis Gastropoda atau kerang bercangkang tunggal, bahkan jenis gastropoda ini menjadi salah satu ciri khas dari Provinsi Kepulauan Riau yaitu gonggong.

Berbagai macam aktifitas yang dilakukan oleh masyarakat Kabupaten Bintan untuk mencari jenis siput-siputan ini, salah satunya yaitu berkarang. Dalam istilah masyarakat lokal, berkarang merupakan suatu kegiatan untuk mencari siput–siput laut, kerang–kerangan, dan lain sebagainya yang dilakukan pada saat air laut sedang surut. Namun pada umumnya, pemanfaatan sumberdaya perikanan yang berlebihan dapat menimbulkan kerusakan pada sumberdaya tersebut dan berdampak pula pada keberadaaan spesies–spesies tertentu salah satu contohnya yaitu pada hewan –hewan Gastropoda.

Tingkat keanekaragaman Gastropoda di Kabupaten Bintan dapat kita lihat dari beberapa penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa seperti dibawah ini:

Dari penelitian Denny Sanjaya Putra di perairan litoral Pulau Pengujan Kabupaten Bintan didapatkan hasil bahwa nilai indeks keanekaragaman gastropoda di perairan Pulau Pengujan tergolong dalam kategori “sedang” dengan nilai 1,97. Selain itu terdapat juga nilai keseragaman mencapai 0,89 atau mendekati 1 sehingga dikategorikan keseragaman tinggi. Sedangkam nilai Dominasi mencapai 0,16 atau mendekati 0 sehingga dikategorikan rendah.

Dari penelitian Daliful Irfandi di Kampung Gisi Desa Tembeling didapatkan hasil bahwa nilai keanekaragaman mencapai 1,85 yang dikategorikan “sedang” karena jenis-jenis yang dijumpai hanya sebanyak 7 jenis.

Kemudian dari penelitian Rudi Yanto di Pantai Masiran didapatkan hasil bahwa nilai indeks keanekaragaman gastropoda di Pantai Masiran secara umum yaitu 1.60 sehingga dikategorikan “sedang”. Hal ini dikarenakan kestabilan komunitas dan persebaran jumlah gastropoda yang ada di lokasi tersebut relatif merata.

Dan yang terakhir, penelitian dari Agus Widiyanto di Perairan Bintan Bayu didapatkan hasil bahwa nilai indeks keanekaragaman tergolong “sedang”. Hal ini berbanding lurus dengan tingkat keseragaman yang tinggi.

Dari hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa keanekaragaman gastropoda di Kabupaten Bintan berada dalam kategori sedang. Hal ini juga dapat menunjukan bahwa kondisi  ekosistem perairan di beberapa titik Kabupaten Bintan masih dalam kondisi yang cukup seimbang, produktivitas cukup,  dan tekanan ekologis sedang.

Namun, saya berasumsi bahwa lokasi penelitian yang diambil untuk meneliti keanekaragaman gastropoda seperti di daerah bakau dan daerah padang lamun kaya akan jenis-jenis gastropoda, namun tidak terlihat oleh peneliti karena lokasi yang diteliti kecil sehingga masih banyak siput yang belum disurvei di lokasi.  Survei kelengkapan tergantung pada upaya pengambilan sampel dan metode pengambilan sampel seperti metode kuantitatif dan semi-kuantitatif.

Untuk itu saya sangat berharap agar seluruh masyarakat dapat menjaga kestabilan ekosistem, menjaga lingkungan dengan sikap yang baik, serta menjaga komunitas hutan mangrove dan padang lamun yang menjadi habitat bagi gastropoda agar tidak mengalami kerusakan. Dan juga, perlunya penelitian lanjutan yang spesifik tentang jenis dan karakteristik gastropoda di perairan Kabupaten Bintan.

Ditulis Oleh:

Muhammad Sahputra
Universitas Maritim Raja Ali Haji
Dewan Energi Mahasiswa Kepulauan Riau

Tags
Show More
Kepriwebsite

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Close