Uncategorized

Hikmah Di Balik Pandemi Covid-19 Bagi Dunia Pendidikan

Adanya virus covid-19 pada tahun 2020 memberikan dampak yang luar biasa hampir pada semua bidang, salah satunya pada bidang pendidikan. Dengan adanya virus covid-19 ini membuat proses pembelajaran menjadi berubah dari yang tatap muka menjadi pembelajaran jarak jauh, tetapi dalam keadaan seperti ini pun guru masih tetap harus melaksanakan kewajibanya sebagai pengajar, dimana guru harus memastikan siswa dapat memperoleh informasi/ilmu pengetahuan.

Pembelajaran jarak jauh atau daring dimulai pada tanggal 16 maret 2020. Anak mulai belajar dari rumah masing-masing tanpa perlu pergi ke sekolah. Berbicara mengenai pembelajaran jarak jauh atau daring maka pentingnya penguasaan ilmu teknologi bagi seorang guru agar pembelajaran jarak jauh tetap berjalan dengan efektf disaat pandemi seperti ini.

Guru harus melakukan inovasi dalam pembelajaran diantaranya dengan memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran. Semenjak pembelajaran diberlakukan di rumah, sebagian guru melakukan pembelajaran lewat media online seperti Whatsapp, google meet, google form, dll.

Lihatlah ketika guru-guru ‘dipaksa’ bergulat dengan teknologi demi pembelajaran daring. Meski belum menyeluruh dan pelaksanaanya cenderung carut-marut, setidak-tidaknya para guru mulai familier dengan aplikasi-aplikasi belajar digital. Ini tidak boleh disepelekan. Sebab, boleh jadi perbedaan pemahaman soal teknologi dan penggunaan internet antara guru dan murid menjadi salah satu alasan mengapa digitalisasi pendidikan di Indonesia belum kunjung terwujud. Laporan Cambridge International pada 2018 menyebut bahwa pelajar Indonesia merupakan salah satu pengguna teknologi tertinggi di dunia. Dengan kata lain, murid-murid kita sebetulnya sudah siap.

Maka, sekali lagi, kita boleh bersyukur bahwa pandemi ini ibarat cambuk yang akan membuat guru-guru berbenah. Sudah bertahun-tahun lamanya negara-negara maju menerapkan metode belajar digital. Artinya, pembelajaran digital adalah dinamika perubahan zaman yang membuat kita tidak punya pilihan lain selain mengikutinya. Sebab, seperti kata filsuf Yunani Heraclitus “Tidak ada yang tidak berubah kecuali perubahan.” Jika kita memilih tidak mengikuti perubahan, kita akan terlindas oleh roda perubahan itu.

Pembelajaran jarak jauh yang saat ini tengah berlangsung tidak boleh dipandang sebagai pengganti kelas konvensional. Sebab jika pandangan seperti itu dibiarkan, saat wabah ini berakhir, pola-pola belajar dan mengajar usang akan cenderung dipertahankan. Ceramah tunggal, interaksi kelas yang relatif didominasi oleh guru, sistem CBSA (Catat Buku Sampai Abis) dan segala metode sejenis harus ditinggalkan. Atau, setidaknya-tidaknya jangan dijadikan sebagai metode utama dalam mengajar. Cara-cara seperti itu tidak lagi sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan zaman.

KBM konvensional dan digital harus saling melengkapi karena keduanya punya kelebihan dan kelemahan masing-masing. Contoh sederhana, dalam pembelajaran tatap muka, guru-guru bisa dengan cepat memberikan tanggapan atas pertanyaan dari para peserta didik sehingga mereka tidak perlu menunggu lebih lama. Sementara dalam pembelajaran daring, penjelasan dari guru yang lazimnya direkam dalam bentuk audio atau video bisa lebih mudah dicerna sebab murid-murid bisa memutar berulang-ulang sampai paham.

Pada sistem tatap muka, mengulang-ulang penjelasan guru sesuai keinginan hampir mustahil untuk dilakukan karena dibatasi oleh waktu dan banyaknya peserta didik dalam kelas. Dengan demikian, transisi pembelajaran ke model daring atau jarak jauh ini harus diyakini sebagai paradigma permanen. Dan yang tidak kalah penting adalah pandemi Covid-19 seolah membawa kita kembali ke gagasan Tri Pusat Pendidikan ala Ki Hadjar Dewantara. Konsep ini menitikberatkan peran tiga sentra: keluarga, sekolah dan masyarakat dalam menopang keberhasilan pendidikan.

Di tengah-tengah wabah ini, komunikasi antara sekolah dan orang tua relatif lebih terjalin. Orang tua menjadi perpanjangan tangan guru-guru dalam memonitor pembelajaran anak-anak di rumah. Tugas yang sederhana tapi tidak mudah. Masyarakat pun berperan dalam mengonstruksi pembelajaran softskills. Lihat saja bagaimana solidaritas kemanusiaan kita bermunculan saat melihat orang-orang di sekitar mengalami kesulitan. Pemberian bantuan kebutuhan pokok, santunan uang tunai dan pembagian masker gratis sebagai karakter kita merupakan pembelajaran nyata yang bisa menjadi teladan bagi para peserta didik.

 

Penulis:

Diny Maulina Andriawan, S.Pd.
(Guru Bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 Bintan Utara, Kepulauan Riau)

Tags
Show More
Kepriwebsite

9 Comments

  1. жидкие обои на кухне отзывы, жидкие обои мир отзывы аптека талап на щорса, интернет-аптека талап
    уральск оқуды жалғастыру,
    1 семестр ден кейін ауысу ибн сина
    еңбектері, ибн сина рух туралы

  2. қызыл қан тұзы, қан құрамында болмайды көзге көмек көрсетуді ұйымдастыру, көзді зерттеу әдістері презентация халық медицинасының пайдасы,
    қазақстандағы медицина саласының дамуы эссе құлагердің өлімі, құлагерді алғаш
    көрген жұрт оның бәйгеден озып келуіне сенімсіздік білдіреді

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Close