
Gaya Hidup
Fenomena ‘Digital Declutter’ Jadi Gaya Hidup Baru Milenial Urban
Jakarta, 1 Juni 2025 – Di tengah era dominasi digital, muncul gerakan baru di kalangan milenial dan Gen Z: Digital Declutter, alias “bersih-bersih digital.” Bukan sekadar tren, gaya hidup ini kini menjadi simbol perlawanan terhadap kecanduan layar, stres media sosial, dan kehidupan serba cepat.
Digital declutter mengajak orang untuk mengurangi konsumsi digital — mulai dari uninstall aplikasi, meminimalisasi notifikasi, hingga membatasi waktu layar.
“Saya hapus semua media sosial kecuali WhatsApp, dan tidur saya langsung lebih nyenyak,” kata Rara (28), pekerja kreatif dari Jakarta Selatan.
Menurut survei Katadata Insight Center (2025), 43% milenial di Indonesia merasa “lelah digital” dan ingin kembali ke rutinitas analog.
Fenomena ini juga ditandai dengan booming-nya komunitas slow tech dan workshop digital detox di Bali dan Yogyakarta.
Para pakar kesehatan mental mendukung tren ini. Psikolog digital, dr. Rahma Utami, menyebut digital declutter sebagai langkah strategis melawan doomscrolling dan gangguan konsentrasi.
Meski awalnya hanya “eksperimen 30 hari,” banyak yang justru menjadikannya gaya hidup jangka panjang. Tren ini diyakini akan terus tumbuh seiring meningkatnya kesadaran digital well-being.