Pendidikan
Makna Puisi ‘Derita Sudah Naik Seleher’ Karya Wiji Thukul
Derita Sudah Naik Seleher
17 November 96
kaulempar aku dalam gelap
hingga hidupku menjadi gelap
kausiksa aku sangat keras
hingga aku makin mengeras
kaupaksa aku terus menunduk
tapi keputusan tambah tegak
darah sudah kauteteskan
dari bibirku
luka sudah kaubilurkan
ke sekujur tubuhku
cahaya sudah kaurampas
dari biji mataku
derita sudah naik seleher
kau
menindas
sampai
di luar batas
Widji thukul, atau nama aslinya Wiji Widodo yang lahir pada tanggal 26 Agustus 1963 di kampung Sorogenen, Solo, Jawa Tengah. Wiji Thukul di golongkan sastrawan angkatan 1980 hingga 1990-an yang juga aktif di angkatan reformasi, karena puisi di angkatan ini mengkritik rezim orde baru, yang provokatif pada setiap baitnya. Wiji Thukul dinyatakan hilang pada tanggal 23 juli 1998 dikarenakan ia salah satu tokoh serta penyair yang ikut melawan penindasan orde baru. Namun, karya-karya yang ditulis wiji thukul masih abadi hingga sekarang.
Salah satu karya wiji Thukul yaitu puisi yang berjudul Derita Sudah Naik Seleher bermakna ketidakadilan yang didapat oleh rakyat dikarenakan aturan pemerintah. Pada puisi ini menggunakan majas aliterasi yang berada di bait pertama ditandai dengan menggunakan akhiran yang sama seperti gelap – gelap, keras – mengeras, menunduk – tegak. Selain itu puisi ini juga menggunakan banyak majas hiperbola dikarenakan tujuan dari pembuatan puisi adalah untuk mengkritik suatu sistem pemerintah. Namun, jika di telisik lebih dalam makna puisi ini menggabarkan keadaan wiji thukul yang dirampas kebebasan berpendapat serta keluarga wiji thukul yang kehilangan orang tercinta hingga sekarang belum mendapatkan keadilan mengenai keberadaan wiji thukul sebenarnya.
kaulempar aku dalam gelap
hingga hidupku menjadi gelap
Penulis mengungkapkan bahwa pemerintah mengekang rakyat dengan aturan yang tidak transparan.
kausiksa aku sangat keras
hingga aku makin mengeras
Penulis mengungkapkan bahwa siksaan berupa ketidakadilan membuat rakyat makin marah dan mengambil tindakan berdemonstrasi.
kaupaksa aku terus menunduk
tapi keputusan tambah tegak
penulis menunjukan makna ketidakbebasan rakyat bergerak, sehingga pemerintah semena-mena terhadap rakyat.
darah sudah kau teteskan
dari bibirku
bermakna penyiksaan yang didapat berupa tidak boleh berpendapat atau istilahnya tutup mulut.
luka sudah kau bilurkan
ke sekujur tubuhku
Penulis mengungkapkan bahwa siksaan yang didapat berupa penculikan dan berakhir penyiksaan di seluruh tubuh jika melawan.
cahaya sudah kau rampas
dari biji mataku
Penulis menunjukan bahwa harapan hidup ke depan yang lebih baik telah hilang.
derita sudah naik seleher
Penulis mengungkapkan bahwa penderitaan yang dirasa seseorang sudah mencapai titik akhir yang tidak ada harapan hidup ke depan.
kau
menindas
sampai
di luar batas
Penggalan bait ini menggambarkan bahwa perilaku penindasan yang dilakukan pemerintah sudah di luar batas wajar.
Penulis
[ Rhevinadya Aulia Candradevi ] NIM 190388201079
Penulis adalah Mahasiswi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH) Tanjungpinang.