Kolom Pembaca
Melihat Dunia Pendidikan Di Daerah Berakit
Telah kita ketahui bahwasanya pendidikan adalah modal dasar bagi seseorang untuk meraih masa depan yang di inginkan ada faktor-faktor pendukung yang dianggap sangat vital demi berjalannya proses belajar mengajar yang efektif nyaman dan berkesinambungan. Berakit adalah daerah paling berdekatan dengan Negara tetangga kita yaitu Singapura dengan adanya bukti pelabuhan kapal ferry ke Singapura perlu di ingat daerah perbatasan atau daerah terluar daerah rawan konflik tetapi sejauh pengamatan saya hal itu belum terbukti, yang ingin saya bicarakan adalah tentang pendidikan dan tenaga pengajar yang ada di berakit, saya mendapat tugas mencari tahu tentang dunia pendidikan di berakit atau teluk sebong.
Rombongan kami sampai sekitar jam 6 sore karena kami sebelumnya berkumpul dulu di bintan centre dan mulailah kami mempersiapkan apa yang harus di bawa dan digunakan untuk mewawancarai narasumber esok hari setelah semua persiapan sudah selesai kami berdiskusi sedikit dan tak lupa membaca doa demi kelancaran dan keselamatan kami dalam hal wawancara nanti di lapangan mengingat kami datang berkunjung ke daerah orang dan kami pun meluncur ke lokasi wawancara dengan menggunakan sepeda motor,setelah bertanya Tanya kepada warga sekitar dan informasi darii kepala desa diketahuilah di daerah ini hanya ada SD,SMP ,dan MTS.
pertama tama kami mengunjungi SD yang ada di berakit ini di lihat dari bentuk bangunan dan fasilitasnya saya beranggapan SD ini tidak mengalami kendala yang sangat mempengaruhi proses belajar mengajar dan kami lanjut ke lokasi SMP di sini saya bertemu dengan wakil kepala sekolah SMP Negeri 10 bernama pak Suryanto dan beliau berdomisili di tanjung pinang, dalam hal fasilitas sekolah standar minim sudah mencukupi tetapi beliau berkata akan ada perbaikan dan penambahan bangunan yaitu pembangunan mushollah dari hasil kolektif orang tua siswa dan guru agar lebih maksimal, di bagian tenaga pengajar ada juga guru yang tidak sesuai dengan bidang studi. Demi menutupi kekurangan tenaga pengajar, di bidang bimbingan konseling juga belum tersedia , kendala yang dirasakan para tenaga pengajar biasanya adalah jarak dan cuaca mengingat para tenaga pengajar ini ada yang berdomisili di tanjung pinang dan daerah kijang sekitarnya
Ada cerita menarik ketika saya datang MTS di Berakit berpayungkan di bawah naungan yayasan, sebelum itu saya dan tim saya di sambut dengan ramah oleh ibu kepala sekolah kami di suguhi teh hangat dan pisang goreng di majelis guru pagi hari lalu. Saya mulai mewawancarai, ibu kepala sekolah membeberkan tentang sejarah singkat MTS yang kami datangi, MTS ini berdiri pada tahun 1980 dan telah beberapa kali berganti kepala sekolah dan ibu kepala sekolah juga bercerita tentang masalah internal di MTS mulai akses buku yang dianggap sangat kurang, contohnya pembendaharaan buku di ruangan perpustakaan yang sangat sedikit dan hanya di sekat oleh tirai gorden.
pembayaran gaji masih dianggap berat bagi orang tua siswa padahal biaya itu dimaksudkan untuk menjalankan kegiatan belajar mengajar di lab komputer, dana kolektif yang dikenakan bagi para siswa senilai sepuluh ribu rupiah per bulan itu yang sering di undur dengan berbagai alasan walaupun tujuannya untuk meningkatkan proses belajar siswa/i MTS tersebut, ada juga penjelasan dana bos yang disalurkan pemerintah dan ada juga penjelasan tentang pemerintah memberikan dana penunjang satu juta itulah hasil yang diterima bagi guru atau tenaga pengajar non PNS atau biasa kita sering sebut dengan pegawai honor. tetapi harus disyukuri ujar buk kepala sekolah dan ada juga penjelasan tentang perbedaan perlakuan antara MTS yang negeri asuhan kementrian agama dan MTS versi yayasan dana bantuan yang di salurkan, sering kali hanya MTS yang berbasis negeri saja yang dapat padahal kedua lembaga beda asuhan ini sama sama mendidik anak bangsa.
Walaupun menjabat sebagai ibu kepala sekolah tetapi tidak jarang ibu kepala sekolah merangkap menjadi guru bidang studi setiap minggu. Ada tenaga pengajar pembantu yang di utus dinas pendidikan dari kota kijang, tetapi tenaga pengajar tersebut sering tidak datang walaupun jatah kehadirannya tiga hari dalam seminggu, tidak jarang dalam seminggu itu tennaga pengajar yang berstatus sebagai PNS itu tidak hadir sama sekali.
Dalam kasus ini menunjuKkan bahwasanya tenaga pengajar masih sangat minim bantuan buku layak baca pun di anggap hanya angan angan semata di karenakan tidak meratanya bantuan yang disalurkan pemerintah terhadap daerah daerah paling terluar seperti di tanjung berakit dan harapan saya kedepannya pemerintah lebih serius untuk melihat nasib dunia pendidikan di daerah terluar salah satunya yaitu tanjung berakit desa teluk sebong.
Ditulis oleh Dimas Eza Airlangga Prodi Sosiologi Fisip Umrah