Kolom Pembaca

KEMULIAAN KALIMAT “BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM”

Secara etimologi menurut dari salah satu situs kementerian agama disebutkan bahwa kalimat “Bismillahirrahmanirrahim” bisa dibagi menjadi tiga bagian. Tiga bagian ini adalah “bismillah”, “arrahman”, dan “arrahim”.

Frasa “bismillah” terdiri dari tiga kata, yaitu “bi”, “ismi”, dan “Allah. Bi berarti dengan, ismi atau asma berarti nama, kemudian Allah. Dengan demikian, arti dari bismillah yaitu dengan nama Allah atau diterjemahkan menjadi dengan menyebut nama Allah. Kata selanjutnya adalah “arrahman” yang berarti sifat Allah yang Maha Pengasih. Kemudian “arrahim” yang berarti sifat Allah yang Maha Penyayang.

Jika diterjemahkan secara utuh, maka arti “Bismillahirrahmanirrahim” adalah dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.

Quraish Shihab dalam tafsir Al Mishbah mengatakan, ketika kita memberi nama satu lokasi atau bangunan – katakanlah Bandar Udara Soekarno Hatta – maka tujuannya antara lain adalah untuk mengabadikan kedua tokoh yang berjasa dalam proklamasi kemerdekaan Indonesia. Kedua tokoh tersebut menjadi kekal paling tidak selama apa yang menyandang namanya itu tetap wujud. Di sisi lain, ketika seorang ayah menamai anaknya “Muhammad” maka ia mengharap kiranya sang anak memperoleh berkat Nabi Muhammad saw. serta meneladani sifat-sifat beliau.

Pada dasarnya sudah menjadi bagian dari tradisi sebagian kaum dan bangsa, entah tradisi mereka itu sesuai dengan ajaran Islam atau tidak, untuk memulai pekerjaan-pekerjaan penting dengan menyebutkan nama-nama orang-orang yang mereka hormati dengan harapan bahwa pekerjaan mereka akan mendapatkan keberkahan. Wali-wali Allah selalu memulai suatu pekerjaan dengan menyebut nama Allah, demikian pula Rasulullah saw. memulai dengan nama Allah ketika pertama kali menghujamkan pedang ke tanah di masa peperangan khandaq.

Quraish Shihab menjelaskan, bahwa dari segi makna dapat dikemukakan bahwa pada dasarnya kata Allah mencakup segala sifat-sifatNya, bahkan Dialah yang menyandang sifat-sifat tersebut. Karena itu, jika kita berkata ya Allah, maka semua nama-nama serta sifat-sifatNya telah dicakup oleh kata tersebut. Jika kita menyebut nama Allah, maka pasti akan tenang di hati kita, demikian penegasan penyandang Asma al-Husna, Allah Swt. dengan FirmanNya: “dengan mengingat Allah, akan menjadi tentram hati” (QS. ar-Ra’d [13]: 28). Ketenangan itu akan dirasakan bila kita menghayati sifat-sifatNya, kodrat dan kekuasaanNya dalam mengatur dan memelihara segala sesuatu. Ketenangan dan ketentraman itu lahir bila kita percaya bahwa Allah adalah Penguasa Tunggal dan Pengatur alam raya dan yang dalam genggaman tanganNya segala sesuatu.

Kemudian dalam kitab Al Mishbah disampaikan, bahwa sedemikian banyak sifat atau nama Tuhan, namun yang terpilih dalam Basmalah hanya dua sifat, yaitu “ar-Rahman” dan “ar-Rahim” yang keduanya terambil dari akar kata yang sama. Agaknya kedua sifat ini dipilih, karena sifat itulah yang paling dominan. Dalam hal ini Allah dalam Al-Quran menegaskan: “Rahmat-ku mencakup segala sesuatu” (QS. al A’raf [7]:156).

Kedua kata tersebut “ar-Rahman” dan “ar-Rahim” berakar dari kata “rahim” yang juga telah masuk dalam pembendaharaan bahasa Indonesia, dalam arti “peranakan”. Apabila disebut kata “rahim”, maka yang dapat terlintas di dalam benak adalah “ibu dan anak” dan ketika itu dapat terbayang betapa besar kasih sayang yang dicurahkan sang ibu kepada anaknya. Tetapi jangan disimpulkan bahwa sifat Rahmat Tuhan sepadan dengan sifat rahmat Ibu, betapapun besarnya kasih sayang ibu. Karena telah menjadi keyakinan kita bahwa Allah Swt. adalah wujud yang tidak memiliki persamaan, dalam Dzat, sifat dan perbuatanNya, dengan apapun, baik yang nyata atau dalam khayalan, dan dengan demikian hakikat dan kapasitas rahmat-Nya, tidak dapat dipersamakan dengan hakikat dan kapasitas rahmat siapapun. Rasulullah saw., “mendekatkan” gambaran besarnya rahmat Tuhan dengan sabdanya: “Allah Swt. menjadikan rahmat seratus bagian. Dia menyimpan di sisinya sembilan puluh sembilan bagian dan diturunkan-Nya ke bumi ini satu bagian. Satu bagian inilah yang dibagi pada seluruh makhluk. (Begitu meratanya sampai-sampai satu bagian yang di bagian itu diperoleh pula oleh) seekor binatang yang mengangkat kakinya karena dorongan kasih sayang, khawatir jangan sampai menginjak anaknya” (HR muslim).

Dengan kata “ar-Rahman” digambarkan bahwa Tuhan mencurahkan rahmatNya, sedangkan dengan “ar-Rahim” dinyatakan bahwa Dia memiliki sifat rahmat yang melekat pada diri-Nya.

Selanjutnya. ada juga ulama yang memahami kata “ar-Rahman” sebagai sifat Allah Swt. yang mencurahkan rahmat yang bersifat sementara di dunia ini, sedang “ar-Rahim” adalah Rahmat-Nya yang bersifat kekal. Rahmat-Nya di dunia yang sementara ini meliputi seluruh makhluk, tanpa kecuali dan tanpa membedakan antara mukmin dan kafir. Sedangkan rahmat yang kekal adalah Rahmat-Nya di akhirat, tempat kehidupan yang kekal, yang hanya akan dinikmati oleh makhluk-makhluk yang mengabdi kepada-Nya.

Kembali kepada Basmalah, Quraish Shihab menjelaskan bahwa dapat ditegaskan di sini bahwa apabila seseorang memulai pekerjaannya dengan nama Allah atau atas nama Allah, maka pekerjaan tersebut akan menjadi baik, indah dan benar atau paling tidak akan terhindar pelakunya dari godaan nafsu, atau dorongan ambisi dan kepentingan pribadi. Apabila anda menjadikan pekerjaan Anda bertitik tolak dari pangkalan Ilahi dan demi karena Dia yang Maha Pengasih dan Penyayang itu, maka pastilah pekerjaan anda tidak akan mengakibatkan kerugian bagi orang lain. Ia bahkan akan membawa manfaat bagi diri, masyarakat dan lingkungan, bahkan kemanusiaan secara keseluruhan.

Pengucap Basmalah menurut Quraish Shihab ketika mengatakan ucapannya dengan kekuasaan dan pertolongan Allah – bagi yang mengaitkannya dengan kata itu – maka seakan-akan ia berkata, “Dengan kekuasaan Allah dan pertolongan-Nya pekerjaan yang saya lakukan dapat terlaksana. Apapun aktivitas yang dilakukan, termasuk menarik dan menghembuskan nafas, makan atau minum, gerak refleks atau sadar, diam atau bergerak, semuanya tidak dapat terlaksana tanpa kekuasaan dan pertolongan Allah. Di sisi si pengucap yang menghayati ucapannya akan menyadari kelemahannya di hadapan Allah Swt., tetapi dalam saat yang sama ia memperoleh kekuatan dan rasa percaya diri, karena ketika itu ia telah menyandarkan diri kepada Allah Swt. sambil memohon bantuan-Nya.

Kemudian disampaikan dalam kitab Al Mishbah, bahwa apabila seseorang memulai sesuatu pekerjaan dengan nama Allah atau atas namaNya, maka pekerjaan tersebut akan menjadi baik, atau paling tidak, pengucapnya akan terhindar dari godaan nafsu, dorongan ambisi atau kepentingan pribadi, sehingga apa yang dilakukannya tidak akan mengakibatkan kerugian bagi orang lain, bahkan akan membawa manfaat bagi diri pengucapnya, masyarakat, lingkungan serta kemanusiaan seluruhnya.

Bismillahirrahmanirrahim yang terdiri dari sembilan belas huruf itu, adalah pangkalan tempat muslim bertolak. Jumlah huruf-hurufnya sebanyak sembilan belas huruf. Demikian pula dengan ucapan Hauqalah: “La haula wala quwwata illa billah”. Tiada daya (untuk memperoleh manfaat) dan upaya untuk (menolak mudarat) kecuali dengan (bantuan) Allah. Kalimat ini pun (bila ditulis dengan aksara yang digunakan al-Quran) mempunyai sembilan belas huruf. Dengan demikian, permulaan dan akhir usaha setiap muslim adalah bersumber dan berakhir pada kekuasaan Allah yang Rahman dan Rahim, Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang itu. Dalam QS. al Muddatstsir [74]:30 dinyatakan bahwa penjaga neraka terdiri dari sembilan belas malaikat. Basmalah dan Hauqalah yang masing-masing mempunyai sembilan belas huruf itu, dapat menjadi perisai bagi seseorang yang menghayati dan mengamalkan tuntunan kedua kalimat tersebut. Menjadi perisai terhadap kesembilan belas penjaga neraka itu.

Selanjutnya menurut Mohsen Qaraati, makna Bismillah adalah: pernyataan keamanan seorang mukmin; rahasia tauhid; simbol kekekalan; rahasia cinta kepada Allah dan rahasia tawakal; lambang kerendah hatian dan lambang ketidakberdayaan dihadapan Allah Swt.; awal dari langkah menghamba dan beribadah; penjamin kesucian amal-amal; hati selalu mengingat Allah; pernyataan misi bahwa Allah adalah tujuanku dan bukan manusia; ucapan Allah dengan manusia dan ucapan manusia dengan Allah; dan lain sebagainya.

Raden Syahid bin Tumenggung Wilatikta atau yang lebih dikenal dengan Sunan Kalijogo (Sunan Kalijaga) adalah pemimpin para Wali sangat melegenda di masyarakat Jawa. Dalam mendekatan diri kepada Allah Swt, Sunan Kalijaga menggunakan dzikir sebagai sarananya. Dengan bacaan dzikir, diyakini akan memudahkan umat untuk dekat dengan Allah Swt. Berbagai macam bacaan dzikir beliau ajarkan kepada muridnya, begitupun cara berdzikirnya, mulai dzikir lisan, dzikir nafas, dzikir qolbu, dzikir ruh, dzikir perbuatan dan lainnya.

Pola demikian dilakukan oleh Sunan Kalijaga agar murid-muridnya tidak merasa berat dalam menjalankan dzikir. Dzikir yamg diajarkan Sunan adalah dzikir berupa bacaan basmalah; “Bismillahirrahmanirrahim”. Bismillah merupakan dzikir paling sederhana, Bismillah bukan hanya pengakuan seseorang terhadap ke-Tuhan-an-Nya Allah melainkan juga meneguhkan bahwa Allah adalah dzat yang Rahman (pemurah/pengasih) dan Rahim (Penyayang). Sifat Rahman berarti pemurah dan pengasih yang tidak memandang golongan atau kelompok manusia, apakah muslim taat atau tidak. Bahkan mereka yang bukan Islam pun mendapatkan Rahman-Nya. Allah menciptakan matahari yang menyinari semua mahluk, manusia maupun hewan, baik muslim atau bukan, baik maupun jahat, laki-laki maupun perempuan. Semua mendapat manfaat dari matahari yang merupakaan ciptaan Allah. Karena itulah, Sunan Kalijaga biasanya mengajarkan kepada muridnya yang baru, atau kepada para mualaf untuk melanggengkan (membiasakan) dzikir basmallah. Dzikir ini juga diucapkan dalam setiap mengawali segala aktivitas.

Syekh Burhanudin ulama besar penyebar agama Islam di Sumatera Barat yang berasal dari Ulakan Pariaman, meyebarkan Islam melalui tradisi dan permainan yang berkembang dalam masyarakat. Misalnya pada saat itu ada anak yang bermain, maka Syekh Burhanudin bertanya kepada anak-anak tersebut, apa permainan yang kamu lakukan coba terangkan kepadaku satu persatu, maka diterangkanlah oleh anak-anak itu apa yang mereka mainkan. Seperti main galah, kelerang, dan lainnya. Lebih lanjut Ali Imran Tuanku Kali Ulakan menjelaskan: “Kemudian Syekh Burhanudin ikut pula dalam permainan, tetapi beliau memulai permainan dengan membaca doa, dan beliau selalu memperoleh kemenangan, melihat kejadian itu maka bertanyalah anak-anak kepada beliau. Ya tuanku, doa apa yang tuanku bacakan, maka Syekh Burhanudin menjawab, dengan membaca Bismillah dengan pertolongan Allah. Itulah ajaran yang beliau sampaikan kepada anak-anak. Begitulah Syekh Burhanudin memberikan pelajaran kepada anak-anak dengan mencampurkan permainan. Beliau mengajar dengan perkataan lemah lembut dan berangsur-angsur. Begitu juga terhadap tingkah laku dan budi pekerti beliau rubah sedikit demi sedikit.”

Sungguh sangat luar biasa dan betapa mulia dan agungnya kalimat “Bismillahirrahmanirrahim” sebagai ayat pertama pada surat pembuka Al-Quran yakni surat Al Fatihah ini dalam kehidupan kita sebagai umat muslim. Kalimat ini dapat menjadi dzikir sederhana namun kaya manfaat bagi jiwa dan batin manusia yang bertauhid kepada Allah. Mulai saat ini, marilah terlebih dahulu kita mengucapkan kalimat agung “Bismillahirrahmanirrahim” sebelum memulai segala aktiftas apapun.

Oleh :

William Hendri, S.H., M.H.
Kader Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia
(ICMI) Orda Kota Tanjungpinang

Tags
Show More
Kepriwebsite

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Close