Jakarta

Ekonomi Kreatif Digital Indonesia 2025: UMKM Lokal Kuasai Pasar Global

Jakarta, 16 April 2025 – Ekonomi kreatif digital Indonesia menunjukkan performa luar biasa di tahun 2025. Dengan kontribusi yang terus meningkat terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), sektor ini kini menjadi tulang punggung baru dalam pembangunan ekonomi nasional, menyusul sektor-sektor konvensional seperti pertanian, industri berat, dan pertambangan.

Transformasi digital yang dipercepat sejak pandemi COVID-19 lalu telah membawa UMKM dan pelaku ekonomi kreatif masuk ke panggung global. Kini, batik, kriya, kuliner, musik, gim lokal, hingga produk digital seperti NFT dan AI-art karya anak bangsa tak hanya berjaya di dalam negeri, tetapi juga merambah pasar luar negeri.

Lonjakan Kontribusi terhadap PDB

Menurut data Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), kontribusi ekonomi kreatif terhadap PDB nasional mencapai Rp1.600 triliun pada kuartal pertama 2025, meningkat 14% dibanding periode yang sama tahun lalu. Sektor ini juga menyerap lebih dari 21 juta tenaga kerja, mayoritas berasal dari pelaku UMKM digital.

Sandiaga Uno, Menteri Parekraf, menyebut 2025 sebagai “tahun emas ekonomi kreatif” karena hampir semua sub-sektor mengalami pertumbuhan.

“Tiga subsektor terbesar masih dipegang kuliner, fashion, dan kriya. Tapi sekarang subsektor digital seperti gim, animasi, dan konten kreator juga tumbuh luar biasa cepat,” ujar Sandiaga dalam Konferensi Ekonomi Digital di Jakarta Convention Center, Senin (15/4).

UMKM Lokal Merambah Global Berkat Teknologi

Salah satu pendorong utama pertumbuhan ini adalah penetrasi teknologi digital yang semakin luas di kalangan pelaku usaha kecil.

Program UMKM Go Digital yang digulirkan pemerintah sejak 2020 kini telah menjangkau lebih dari 12 juta pelaku usaha, lengkap dengan pelatihan e-commerce, branding digital, dan manajemen keuangan berbasis aplikasi.

Pelaku usaha batik di Solo, misalnya, kini tak hanya menjual produk secara offline, tapi juga melalui platform global seperti Etsy dan Amazon Handmade.

“Dulu kita jual batik ke turis yang datang. Sekarang pembeli dari Kanada, Jepang, sampai Brasil pesan lewat online. Bahkan kami pakai AI untuk desain motif batik baru,” ujar Kartika Putri, pemilik UMKM Batik Cendana di Solo.

Digitalisasi Produk Kreatif: Dari Musik ke NFT

Tidak hanya produk fisik, pelaku ekonomi kreatif Indonesia juga merambah ranah digital non-fisik, seperti musik, seni digital, dan game.

  • Musisi lokal kini bisa merilis lagu lewat platform streaming global seperti Spotify, Apple Music, dan Joox, serta menghasilkan penghasilan dari views YouTube dan TikTok.

  • Seniman visual menjual karya dalam bentuk NFT (non-fungible token) lewat platform blockchain seperti OpenSea dan Rarible.

  • Studio gim indie seperti Toge Productions dan Agate meluncurkan judul-judul yang viral di pasar Asia dan Eropa.

Indonesia juga masuk dalam Top 5 negara dengan pertumbuhan pasar gim mobile tertinggi di dunia, dengan kontribusi lebih dari Rp30 triliun per tahun dari sektor ini saja.

Tantangan: Infrastruktur Digital dan Ketimpangan Akses

Meski potensinya besar, geliat ekonomi kreatif digital masih menghadapi sejumlah kendala serius:

  1. Ketimpangan akses internet antara kota besar dan daerah terpencil.

  2. Literasi digital yang masih rendah di kalangan pelaku UMKM usia lanjut.

  3. Perlindungan hukum terhadap kekayaan intelektual yang belum maksimal.

“Masih banyak pelaku usaha yang belum mengerti cara mendaftarkan hak cipta, atau takut masuk ke e-commerce karena belum percaya sistem pembayaran digital,” ujar Dwi Nursanti, pakar UMKM dari LPEM FEB UI.

Untuk mengatasi ini, pemerintah mengembangkan Digital Hub Desa Kreatif di lebih dari 500 kecamatan terpencil, menyediakan koneksi internet, pelatihan daring, dan pendampingan langsung oleh mentor kreatif.

Peran Generasi Z dan Konten Kreator Lokal

Tak bisa dipungkiri, generasi muda—khususnya Gen Z—berperan besar dalam mendorong ekonomi kreatif digital. Mereka mendominasi platform seperti TikTok, Instagram, dan YouTube, menciptakan konten yang bukan hanya viral, tapi juga punya nilai ekonomi tinggi.

Konten edukatif, hiburan, dan bahkan dagangan kini dikemas secara kreatif lewat tren short-video dan live-streaming. Banyak konten kreator juga mulai mengembangkan brand sendiri, dari kuliner kekinian hingga produk skincare dan fashion.

Contohnya:

  • Rizky D sukses menjual “keripik setan level 10” yang viral di TikTok hingga ke pasar Malaysia dan Singapura.

  • Indah Aprilia, ilustrator digital, menjual merchandise fanart anime lewat platform luar negeri seperti Redbubble dan Society6.

Ekonomi Kreatif Syariah: Peluang Baru

Satu tren menarik tahun ini adalah tumbuhnya ekonomi kreatif berbasis syariah. Banyak produk fesyen muslim, konten edukasi islami, dan aplikasi digital berbasis syariah mendapatkan tempat besar di pasar nasional dan global.

Startup seperti Muslimarket, Umma App, dan Hijab Lokal mencatat pertumbuhan transaksi hingga 80% pada kuartal awal 2025.

“Pasar halal itu besar, bukan hanya di Indonesia. Kami ekspor gamis dan hijab ke 14 negara tahun ini,” kata Fitriani Husein, pemilik brand Hijab Lokal.

Dukungan Pemerintah dan Ekosistem

Untuk menjaga momentum ini, pemerintah memberikan berbagai insentif dan dukungan infrastruktur:

  • Fasilitasi pendaftaran HAKI (hak atas kekayaan intelektual) secara digital.

  • Pendanaan inkubasi bagi startup kreatif melalui BEKRAF dan LPDB.

  • Peningkatan kapasitas ekspor lewat program Creative Hub Indonesia dan diaspora Indonesia di luar negeri.

Bahkan beberapa daerah kini memiliki “Kawasan Ekonomi Kreatif” seperti di Bandung, Yogyakarta, dan Makassar, yang memfasilitasi coworking space, studio kreatif, dan laboratorium desain.

Menuju Pemimpin Ekonomi Kreatif Asia Tenggara

Dengan talenta muda yang melimpah, perkembangan teknologi yang pesat, dan kekayaan budaya yang luar biasa, Indonesia memiliki semua modal untuk menjadi pusat ekonomi kreatif digital terbesar di Asia Tenggara.

Namun, kesuksesan ini tetap membutuhkan dukungan menyeluruh—dari pemerintah, swasta, hingga masyarakat. Kunci ke depan adalah kolaborasi dan inklusivitas, memastikan bahwa pelaku kecil di desa-desa pun punya akses yang sama untuk tumbuh dan mendunia.

2025 bukan hanya tahun kebangkitan ekonomi kreatif digital, tapi juga tahun di mana UMKM Indonesia unjuk gigi di panggung global.

Tags
Show More
Kepriwebsite

Leave a Reply

Close