Opini
New Normal; Harapan Dan Ancaman Kebangsaan
Bencana covid-19 yang tengah melanda bangsa dan negara yang kita cintai ini telah memasuki caturwulan pertama atau sudah masuk pada penghujung bulan ketiga dan tengah bersiap-siap untuk ketahap selanjutnya, menurut ramalan beberapa ahli baik dibidang kesehatan maupun pengamat sosial, diperkirakan puncak pandemic yang terjadi di indonesia berada pada kisaran bulan juni dan akan mengalami penurunan kasus pada bulan juli, walaupun hal ini belum menjadi sebuah kepastian, paling tidak ini menjadi sebuah gambaran dalam mempersiapkan kehidupan selanjutnya dalam dimensi baru.
Dalam kondisi seperti ini, manusia indonesia kerap kali melakukan hal-hal yang berbeda, seperti melakukan sebuah kebiasaan-kebiasaan yang terkesan unik, tidak pernah dilakukan sebelum hadirnya pandemic covid-19, hingga pada akhirnya manusia-manusia indonesia pun kini telah memiliki sebuah kebiasaan yang bisa saja dikemudian hari akan merubah peradaban manusia dimasa yang akan datang. Seperti pembatasan kontak fisik, kemudia juga munculnya pergeseran nilai-nilai dalam kehidupan dimasyarakat nantinya.
Hal ini perlu diperhatikan lebih seksama sebagai sebuah kondisi yang sangat rentan dari segala persoalan, dari sudut pandang ekonomi, imbas dari sebuah ketidakpastian kondisi sebuah negara, hilangnya beberapa calon investor yang menjadi penopang perekonomian baik secara regional maupun nasional dikarenakan dampak atas meluasnya pandemic covid-19 yang tak kunjung usai.
Kemudian dari aspek regulasi, juga menjadi faktor yang menyebabkan sulitnya memutus mata rantai penyebaran pandemic covid-19, kita bisa melihat beragam fenomena masyarakat yang tak kunjung tertib menerapkan himbauan yang diberikan oleh pemerintah, seperti ada persoalan yang tak kunjung usai diselesaikan, adanya konflik internal-horizontal antar kementerian dan antar wilayah, semakin memperkuat konsolidasi akar rumput pada jaringan-jaringan virus yang terus memperluas penyebaran.
Dengan kondisi seperti ini, tentu pemerintah baik ditataran pusat maupun wilayah harus melakukan hal-hal yang dapat merubah kondisi secara signifikan, melakukan berbagai cara dengan langkah-langkah taktis yang bertujuan untuk mereduksi penyebaran virus yang melanda negeri ibu pertiwi, seperti pemberlakuan lockdown secara keseluruhan dalam tempo yang disesuaikan dengan kondisi dan perkembangan penyebaran virus secara keselruhan.
Perkembangan dinamika kebangsaan kita hari ini mengalami pergeseran paradigm dalam proses berfikir secara rasional, melalui nalar berfikir sebagai anak bangsa sudah semestinya dalam situasi dan kondisi penyebaran wabah penyakit hari ini harus memikirkan langkah-langkah strategis yang berfungsi untuk mempercepat penyembuhan serta pemulihan (recovery) bagi wilayah-wilayah yang terdampak sangat dahsyat, seperti wilayah strategis ibukota serta beberapa daerah penopang disekitar, menjadi salah satu titik konsentrasi dari banyak titik koordinat dalam upaya pemutusan mata rantai yang menjadi pekerjaan berat bagi tim gugus tugas dalam rangka percepatan hal-hal diatas.
Proses edukasi masyarakat terkait tujuan pemutusan mata rantai penyebaran hari ini kita anggap masih belum dapat dikatakan maksimal, beberapa pihak lain dengan sengaja menggunakan kondisi dan situasi pandemic menjadi wilayah penjajakan diri dalam proses kompetisi politik, meningkatnya angka persebaran covid-19 diindonesia tak serta merta menurunkan intensitas politik dinegeri ini, ada banyak pihak-pihak yang memanfaatkan situasi ini dengan fasilitas yang di sediakan oleh negara untuk menaikkan tingkat popularitas dikalangan atas maupun kelas dibawahnya. Dalam satu sisi, sudah menjadi sebuah keharusan dalam dunia politik untuk menjadikan apapun dapat dijadikan bahan peningkatan elektabilitas baik oleh sesame competitor politik atau masyarakat kecil yang memiliki ambisi untuk menguasai pasar opini dalam negeri.
Pergolakan pemikiran dalam tataran akar rumput yang berasal dari perencanaan kehidupan normal paska pandemic atau NEW NORMAL perlu mendapatkan perhatian yang tidak main-main, hal ini dikarenakan bahwa masyarakat indonesia masih merasakan penderitaan yang diakibatkan oleh penyebaran virus serta pemutusan mata rantai yang belum berjalan dengan baik, upaya ini juga bisa dikatakan tidak dapat berjalan karena adanya gesekan kepentingan antara harapan untuk hidup kedepan dan juga memperbaiki harapan dimasa yang akan datang.
Pemberlakuan NEW NORMAL sebagai sebuah solusi dalam persoalan ini dinilai tidak tepat dan sangat merugikan masyarakat, hal ini dapat kita lihat bahwa sampai saat ini upaya untuk memutuskan mata rantai penyebaran melalui penutupan beberapa tempat ibadah beberapa waktu lalu yang sempat heboh dibeberapa wilayah yang tersebar di indonesia juga belum berhasil, ditambah pemberlakuan aktifitas kerja dari rumah, belajar dirumah hingga segala pembatasan sosial baik dalam skala kecil maupun besar juga masih belum berhasil.
Kebijakan yang diambil oleh pemerintahaan JOKOWI-AMIN hari ini terkesan mengesampingkan resiko yang akan diterima oleh masyarakat awam, dalam upaya pemutusan mata rantai penyebaran dan juga upaya pemulihan dinilai masih sangat-sangat minim. New Normal hari ini bukan menjadi sebuah solusi, dikarenakan dalam tiap harinya terjadi peningkatan dalam curva penyebaran covid-19 sehingga hal ini dianggap keliru, apalagi jika kita melihat bahwa ada banyak pusat-pusat perbelanjaan serta pusat-pusat industry yang mayoritas pemegang saham serta pemilik usaha merupakan para investor asing, tentu hal ini dapat memunculkan polemic serta bola panas dalam isu kepentingan pihak luar yang kemudian terkesan sengaja mengabaikan kondisi hari ini. Dan tentu saja hal ini harus segera disikapi secara sadar dan teroganisir untuk membedah narasi-narasi kebijakan yang mungkin saja abai terhadap manusia indonesia dan lebih mengakomodir kepentingan faksi-faksi diluar wilayah.
Adi Agus Setiawan
(Aktivis Bintan Education)