
Opini
Garuda Dalam Lingkaran Naga
Perkembangan dinamika kehidupan baik dalam dimensi sosial, politik, hukum dan keamanan kini tidak lagi berada dalam posisi yang bisa dianggap biasa-biasa saja, ada semacam pergeseran titik-titik yang sangat krusial ditengah kehidupan bermasyarakat diantara kita, adanya pergeseran nilai-nilai budaya yang tak lagi sama, persoalan ini bukan hadir semata-mata hanya karena dampak pandemic yang tak kunjung usai, lebih jauh dari itu dan sampai hari ini angkatan muda indonesia masih terkesan bungkam, memilih diam ketimbang berbeda pandangan dalam menyikapi persoalan.
Pukul 04.20, pertanggal 01 juni 2020 masyarakat indonesia memperingati hari kelahiran Pancasila, sebuah peristiwa yang ditandai dengan pembacaan pidato oleh bung Karno dalam sidang BPUPKI pada tahun 1945 silam, sebuah hasil dari proses penggalian ideology anak bangsa dalam merumuskan sebuah dasar negara dalam mempersiapkan Indonesia Merdeka, dan tentu proses kelahirannya juga disertai dengan loby-loby oleh pihak-pihak yang tergabung didalam panita Sembilan sesuai amanah yang diberikan pengurus BPUPKI.
Beribu-ribu halaman yang kita tuliskan tentu tidak akan cukup untuk menggambarkan bagaimana proses kelahiran Pancasila sebagai dasar negara kita, apalagi menyimpulkan hanya dalam sebait paragraph, sebuah proses penggalian pemikiran yang dilakukan oleh sang proklamator kita dalam membidani kemunculan sang bayi asli yang diberi nama Pancasila, walaupun pada akhirnya beliau tidak seorang diri karena harus melakukan loby-loby kepada pihak lain untuk menyatukan pandangan dalam rumusan tersebut.
Kembali kepada judul tulisan diatas yang membahas tentang garuda dalam lingkaran naga, ini merupakan sebuah ilustrasi bagaimana sang burung yang gagah perkasa, dengan kepakan sayapnya mampu melintasi garis khatulistiwa yang melintang dari sumatera hingga papua kini nampaknya sedang menderita atau sedang gegana, dalam istilah kaum melankolis gegana diartikan sebagai sebuah kondisi yang gelisah bercampur galau yang membawa angin merana.
Kondisi seperti ini menjadi sebuah persoalan yang sangat menyedihkan seperti halnya drama-drama percintaan anak muda dalam menjalin hubungan selalu ada orang ketiga, sebuah kondisi yang tidak dapat dicerna oleh akal sehat jika seandainya kita melihat ada banyak kekayaan sumber daya alam yang melimpah dan beraneka ragam jenisnya menjadi wilayah penguasaan oleh sang garuda, hal ini belum ditambah dengan luasnya wilayah yang diapit oleh dua benua dan dua samudera yang menambah nilai strategis dalam dimensi persaingan wilayah antar negara.
Memaknai hari kelahiran Pancasila sebagai dasar negara mestinya juga harus disejalankan dengan proses kerja-kerja ideology yang bertujuan untuk kembali menanamkan nilai-nilai Pancasila yang mulai pudar dikalangan anak muda dan dibawahnya sebagai generasi terakhir dalam abad ini. Upaya pemerintah dalam mempertahankan ajaran dan norma Pancasila hari ini tidaklah selesai hanya dalam membentuk sebuah Badan/Lembaga baru yang kemudian diisi oleh orang-orang tertentu hanya sebatas untuk saling membantu dalam mempertahankan kursi kekuasaan semata.
Hari kelahiran Pancasila haruslah dimaknai bukan hanya sebatas kata-kata seperti yang dilakukan oleh pewarta, seperti yang pernah diucapkan oleh Gie, salah satu tokoh sentral dalam pergerakan revolusi diindonesia pada masa itu. Nasionalisme kita tidak akan tumbuh apabila hanya berasal dari slogan-slogan feudal. Karena semangat cinta tanah air itu hanya tumbuh jika kita menyelami dan memahami akan tugas dan fungsi kita sebagai warganegara, kemudian kita juga tau apa yang akan kita lakukan dan berikan untuk proses kemajuan bangsa dan negara.
Bicara soal naga, ini hanyalah sebuah perumpamaan sebuah ular yang begitu besar dan memiliki kekuatan yang luar biasa dan hanya ular inilah yang mampu menandingi keperkasaan dari sang garuda tersebut, bahkan sangking besarnya ia mampu melilit sang garuda hanya dengan sekejap saja dan tinggal menunggu waktu kapan ia akan memusnahkan sang garuda dengan menggunakan semburan api atau dengan melahapnya.
Seiring berjalannya waktu, negeri ini akan diisi oleh orang-orang baru yang berasal dari angkatan muda, yang tentu saja memiliki karakter dan pola pikir yang sangat berbeda dengan pendahulunya, dan tentu sudah menjadi kebiasaan bagi para penguasa terdahulu untuk memberikaan nasihat-nasihat yang baik sebagai bekal perjuangan dimasa depan, memberikan warisan yang sepadan dengan apa yang ssudah didapat pada masa perjuangan nenek moyang saat itu, bukan hanya meninggalkan kegaduhan diberbagai bidang kehidupan serta nominal hutang yang semakin menguatkan lilitan sang naga pada tubuh garuda.
Sebagai negara yang kaya akan sumber daya serta ratusan juta penghuninya, tentu sudah menjadi kewajiban sang garuda untuk mempertahankan wilayahnya, jangan sampai hanya karena keuntungan pribadi semata lantas wilayah kedaulatan yang susah payah dijaga, kini hanya tinggal cerita anak cucu saja, dampak dari tingginya angka hutang yang menyebabkan kedaulatan dan kebebasan negara tersandera.
Indonesia dibawah naungan angkatan muda harus menjadi berwibawa, menjadi kuat dalam mencengkram, menjadi perkasa dalam lingkaran naga, dan sudah pasti dengan semangat Pancasila, generasi muda harus tampil dan mampu menguasai panggung dunia, bukan hanya sebatas penikmat dan pasar bagi perusahaan drama korea atau hanya sebatas membawa nasi panas bagi para pekerja asing china.
(Adi Agus Setiawan)