Uncategorized
Banyaknya Rumput Laut Yang Terdapat Di Indonesia
Perairan Indonesia sebagai wilayah tropika memiliki sumberdaya plasma nutfah rumput laut kurang lebih 782 jenis (ekspedisi Laut Siboga 1899-1990 oleh Van Bosse). Jenis yang paling banyak terdapat di perairan Indonesia adalah Glacilaria, Gelidium, Eucheuma, Hypnea, Sargassum, dan Turbinaria Dari beberapa jenis rumput laut telah mampu dikembangkan ratusan jenis produk yang dapat dimanfaatkan dalam berbagai bidang industri (DKP, 2004).
Sargassum sp. adalah salah satu kelompok dari alga coklat (Phaeophyta). Sargassum sp. merupakan alga yang memiliki bentuk thallus silindris atau gepeng dengan warna thallus coklat, bentuk daun melebar, lonjong, seperti pedang dengan percabangan yang rimbun dan juga memiliki gelembung berisi udara yang disebut dengan blader. Alga ini biasanya melekat dan tumbuh diatas benda keras seperti batu karang yang telah mati, namun tidak jarang juga spesies Sargassum ini dijumpai di perairan secara terapung terbawa air.
Klasifikasi dan Deskripsi Sargassum sp
Sargassum adalah salah satu genus dari kelompok rumput laut coklat yang merupakan genera terbesar dari family sargassaceae. Klasifikasi Sargassum sp (Anggadiredja et al. 2006) adalah sebagai berikut :
Divisio : Thallophyta
Kelas : Phaeophyceae
Bangsa : Fucales
Suku : Sargassaceae
Marga : Sargassum
Jenis : Sargassum polyfolium
Sargassum merupakan alga coklat yang terdiri dari kurang lebih 400 jenis di dunia. Jenis-jenis Sargassum sp yang dikenal di Indonesia ada sekitar 12 spesies, yaitu : Sargassum duplicatum, S. histrix, S. echinocarpum, S. gracilimun, S. obtusifolium, S. binderi, S. policystum, S. crassifolium, S. microphylum, S. aquofilum, S. vulgare, dan S. polyceratium (Rachmat 1999).
Rumput laut jenis Sargassum umumnya merupakan tanaman perairan yang mempunyai warna coklat, berukuran relatif besar, tumbuh dan berkembang pada substrat dasar yang kuat. Bagian atas tanaman menyerupai semak yang berbentuk simetris bilateral atau radial serta dilengkapi bagian sisi pertumbuhan. Umumnya rumput laut tumbuh secara liar dan masih belum dimanfaatkan secara baik. Rumput laut coklat memiliki pigmen yang memberikan warna coklat dan dapat menghasilkan algin atau alginat, laminarin, selulosa, fikoidin dan manitol yang komposisinya sangat tergantung pada jenis (spesies), masa perkembangan dan kondisi tempat tumbuhnya (Maharani dan Widyayanti 2010).
Komponen utama dari alga adalah karbohidrat sedangkan komponen lainnya yaitu protein, lemak, abu (sodium dan potasium) dan air 80-90% (Chapman 1970).
Limbah Rumput Laut
Berdasarkan catatan statistik Departemen Kelautan dan Perikanan 2007 (DKP 2008) produksi rumput laut nasional pada tahun 2004 baru mencapai
410.570 ton. Pada tahun 2005 jumlah produksi tersebut meningkat menjadi 910.636 ton, kemudian pada tahun 2006 terus meningkat hingga mencapai 1.079.850 ton. Pada tahun 2007, tercatat sebanyak 1.343.700 ton rumput laut dihasilkan dalam waktu satu tahun. Nilai produksi yang sangat besar ini dikarenakan permintaan rumput laut sebagai bahan baku industri sangat besar baik di dalam maupun di luar negeri. Peningkatan ini didukung oleh kegiatan intensif budi daya rumput laut yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat. Indonesia memiliki potensi sebanyak 540 jenis rumput laut tetapi sampai saat ini, jenis rumput laut yang banyak dibudidayakan hanya berkisar kurang dari 10 jenis.
Pengolahan dari 100% rumput laut segar menghasilkan limbah olahan yang belum diolah dan dioptimalkan dengan baik di Indonesia. Besarnya potensi diprospek pengolahan rumput laut masih belum diimbangi dengan penanganan pengolahan limbahnya. Sehingga limbah pengolahan rumput laut cenderung terbuang dan hanya menjadi sampah organik. Pada tahun 2008 limbah dari pengolahan rumput laut sekitar 1.682.542 ton. Jumlah yang besar ini sangat disayangkan jika tidak diolah dan dimanfaatkan dengan baik (Harvey 2009). Perlu adanya pemanfaatan dan pengolahan limbah sehingga dapat menerapkan prinsip “zero waste industry”. Produk olahan limbah tersebut dapat menjadi suatu produk yang memiliki nilai tambah yang jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan nilai produk awalnya. Limbah hasil olahan rumput laut tersebut masih mengandung selulosa dan kadar selulosa yang dikandung oleh limbah mencapai 15-25%. Selulosa tersebut merupakan bahan baku yang berpotensi untuk pembuatan bioetanol (Kim et al. 2007).
Bioetanol
Etanol merupakan produk fermentasi yang dapat dibuat dari substrat yang mengandung karbohidrat (gula, pati, atau selulosa). Etanol adalah salah satu senyawa alkohol dengan rumus kimia C2H5OH yang berupa cairan yang tidak berwarna, jernih, mudah menguap, memiliki bau yang sangat halus dan rasa yang pedas (Hambali et al. 2007).
Bioetanol merupakan salah satu bahan bakar alternatif untuk mengurangi ketergantungan terhadap minyak. Karena masyarakat kita sudah sangat familiar dengan bahan cair yaitu BBM maka bioetanol diharapkan dapat mensubsitusi kebutuhan terhadap bensin. Bioetanol bersifat multi-guna karena dicampur dengan bensin pada komposisi berapapun memberikan dampak yang positif. Campuran anatara gasoline (bensin) dengan alkohol(bioetanol) disebut gasohol (Prescott dan Dunn 1981).
Proses pembentukan bioetanol dengan bahan baku tanaman yang mengandung selulosa, dilakukan melalui proses penguraian selulosa menjadi gula (glukosa) larut air. Proses pembuatan glukosa dibantu oleh hidrolisis asam dan enzim. Hidrolisis asam salah satunya dengan menggunakan asam sulfat, kurang dapat berkembang sehingga yang umum saat ini digunakan adalah penambahan air dan enzim. Kemudian dilakukan proses fermentasi gula menjadi bioetanol dengan penambahan ragi (yeast) (Nurdyastuti 2008). Pembuatan bioetanol dengan bahan baku selulosa terdiri dari beberapa proses yaitu proses hidrolisis enzim, proses fermentasi dan proses pemurnian bioetanol (Irawati 2006 dan Subekti 2006).
MANFAAT RUMPUT LAUT
Sargassum sp Rumput laut sargassum telah lama dimanfaatkan sebagai bahan makanan dan obat. Sebagai sumber gisi, rumput laut memiliki kandungan karbohidrat (gula atau vegetable-gum), protein, sedikit lemak, dan abu yang sebagian besar merupakan senyawa garam natrium dan kalium. Selain itu, rumput laut juga mengandung vitamin-vitamin, seperti A,B1,B2,B6,B12, dan C; betakaroten; serta mineral, seprti kalium, kalsium, fosfor, natrium, zat besi, dan yodium.
Hidrokoloid dari Rumput laut (Karaginan, Agar dan Alginat) sangat diperlukan mengingat fungsinya sebagai gelling agent, stabilizer, emulsifier agent, pensuspesi, pendispersi yang berguna dalam berbagai industri seperti industri makanan, minuman, farmasi dan kosmetik, maupun industri lainnya seperti cat tekstil, film, makanan ternak, keramik, kertas, fotografi dan lain- lain
Penulis
Awaludin (130254241035)
Jurusan Ilmu Kelautan UMRAH