Uncategorized
Beralih Fungsikan Buku Di Era Digital
Selama berabad-abad buku telah mampu betahan milintasi ruang dan waktu. Panjang sekali proses sejarah terciptanya buku, salah satunya proses penemuan kertas oleh seorang pegawai istana Dinasti Tang yang bernama Tsai Lun telah mengubah ranah intelektual negeri tiongkok.
Selanjutnya, beberapa kemudian yang lebih tepat pada abad-14, seorang pandai besi jerman bernama Johannes Gutenberb yang berhasil menciptakan mesin cetak.
Perubahan social telah banyak mengubah wajah kehidupan dunia. Semakin pesatnya kemajuan modern, yang membuat transformasi peranan buku mulai meredam.
Akan kah buku menjadi usang diera digital ini kemudahan yang ditawarkan internet merupakan salah satu mengapa berkurangnya minat membaca buku. Tidak bisa dinafikan bahwa suatu waktu ke-ekstensian dari buku elektronik akan melebih dari buku cetak.
Namun dengan melawati waktu dan proses yang amat panjang. Yang paling harus digaris bawahi adalah buku elektronik adalah mengalahkan bukan untuk mematikan buku cetak.
Melalui hal-hal tersebut, seharusnya buku cetak dan buku elektronik seharusnya dapat berjalan beriringan, dengan saling melengkapi atas kekurangan setiap masing-masing. Dari hal ini, penerbit harus terpacu untuk menyediakan buku-buku dengan kualitas yang maksimal mungkin dan mampu belajar beradaptasi dengan era digital, melalui media social sebagai alat promosinya.
Ada hal yang paling disoroti dan harus diperhatikan yaitu, minat membaca masyarakat Indonesia. Minat membaca masyarakat Indonesia itu masih minim, merujuk pada hasil survey dari UNESCO pada tahun 2011, indeks tingkat membaca masyarakat Indonesia hanya 0,001 persen. Artinya, hanya ada satu orang dari 1000 penduduk yang masih mau membaca buku dengan baik.
Merujuk pada hal diatas permasalahan yang paling terpenting itu berada pada si pembacanya. Jika hanya buku saja yang diterbitkan sebanyak-banyak nya namun hanya segelincir orang yang hendak membacanya maka, hal tersebut juga tidak seimbang.
Semakin pesatnya era digital, hal ini seharusnya dapat memberikan manfaat dengan saling menguntungkan. Melalui teknologi buku cetak seharusnya dapat terus berkembang dengan melakukan promosi-promosi melalui media social.
Ini seperti sebuah proses dari simbiosis mutualisme, tidak ada yang tertinggal, tidak ada yang akan tenggelam,tidak ada yang akan using,tidak ada yang akan mati, semua akan mampu mempertahankan keestensian mereka masing dengan tetap saling beriringan.
Penulis
Yuliati, S.Pd
Guru SMP N 1 Siantan