Opini
KEBANGGAANKU, KEBANGGAANMU, KEBANGGAAN KITA SEMUA (IMF – WORLD BANK GROUP ANNUAL MEETINGS 2018)
KEBANGGAANKU, KEBANGGAANMU, KEBANGGAAN KITA SEMUA
(IMF – WORLD BANK GROUP ANNUAL MEETINGS 2018)
Oleh :
Dr. Mohamad Gita Indrawan, M.M
Wakil Ketua Asosiasi Dosen Indonesia (ADI) Provinsi Kepri
Wakil Ketua Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Kota Batam
Ketua Tim Ekonomi Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Kota Batam
Sekretaris Jenderal Indonesia Marketing Association (IMA) Chapter Batam
Sekretaris Dewan Pakar Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Provinsi Kepri
Wakil Ketua Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI) Wilayah X-D Provinsi Kepri
Seperti yang kita ketahui bersama melalui pemberitaan di berbagai media cetak maupun elektronik bahwa Indonesia telah terpilih menjadi tuan rumah IMF – World Bank Annual Meetings 2018 yang rencananya akan dilaksanakan di Nusa Dua, Bali dengan acara puncaknya pada tanggal 12 – 14 Oktober 2018. Meskipun acara puncaknya sendiri tanggal 12 – 14 Oktober 2018 namun rangkaian kegiatannya telah dimulai sejak tanggal 8 Oktober 2018.
Bagi sebagian besar rakyat Indonesia mungkin asing dengan nama dan maksud dari diadakannya kegiatan IMF – World Bank Annual Meetings (IMF – WBG AM) ini apalagi bagi mereka yang tidak berkecimpung di sektor keuangan dan perekonomian. Jadi secara singkat dapat saya jelaskan bahwa IMF-WBG Annual Meetings (IMF – WBG AM) adalah pertemuan tahunan yang diselenggarakan oleh Dewan Gubernur World Bank dan IMF pada bulan Oktober, untuk mendiskusikan perkembangan ekonomi dan keuangan global serta isu-isu terkini, yaitu: outlook ekonomi global, stabilitas keuangan global, kemiskinan, pembangunan, lapangan kerja, perubahan iklim dan isu global lainnya
Berdasarkan data resmi yang diperoleh dari Sekretariat Komite Nasional IMF – WBG 2018, untuk IMF – World Bank Annual Meetings 2018 (IMF – WBG AM 2018) ini akan dihadiri oleh 22 Kepala Negara (setingkat Kepala Negara), 189 Menteri Keuangan, 189 Gubernur Bank Sentral, 3.500 – 4.000 Delegasi Resmi, 3.500 – 4.500 CEO Industri Keuangan dan Investor, 1.000 – 1.500 Pimpinan dan staf IMF – WBG, 1.000 – 1.500 CSO/NGO, 1000 – 1.500 Akademisi Dunia dan Lembaga Internasional, 1.000 Pers/Media, 1000 Pengamat, dll, dengan perkiraan yang hadir sekitar 12.000 – 15.000 orang dan jika diproyeksikan dengan jumlah pasangan dan keluarga yang akan ikut serta yaitu sekitar 3.000 – 5.000 orang maka totalnya akan menjadi sekitar 15.000 – 20.000 orang.
Selain itu pada AM 2018 ini akan diadakan lebih kurang 2000 pertemuan yang dilaksanakan secara simultan dengan jumlah peserta terbesar di dunia dari sektor keuangan dan perekonomian. Proses pemilihan dan penetapan untuk dapat menjadi tuan rumah IMF-WBG AM melalui perjuangan panjang sejak tahun 2014. Terpilihnya Indonesia sebagai tuan rumah setelah mendapatkan suara mayoritas melalui voting oleh 189 negara, mengalahkan Mesir dan Senegal.
Adapun negara-negara yang pernah menjadi tuan rumah IMF – WBG AM adalah sebagai berikut : London, UK (1947); Paris, France (1950); Mexico City, Mexico (1952); Vakum (1955-1973); Manila, Philippines (1974); Belgrade, Yugoslavia (1979); Toronto, Canada (1982); Seoul, South Korea (1985); Berlin, Germany (1988); Bangkok, Thailand (1991); Madrid, Spain (1994); Hong Kong, RRC (1997); Prague, Czech Rep (2000); Ottawa, Canada (2001); Dubai, UEA (2003); Singapore (2006); Istanbul, Turkey (2009); Tokyo, Japan (2012); Lima, Peru (2015); Bali, Indonesia (2018). Jadi di ASEAN, negara yang pernah menjadi tuan rumah IMF – WBG AM adalah Phillipines (1976), Thailand (1991) dan Singapore (2006).
Terkait Annual Meetings ini, IMF – WBG memiliki aturan yang mengatakan bahwa setiap tahun World Bank & IMF menyelenggarakan 2 kali Pertemuan Tahunan: Annual Meetings (AM) pada Oktober dan Spring Meetings (SM) pada April. AM diselenggarakan di Washington, DC (untuk dua tahun berturut-turut) dan di negara anggota yang berbeda (setiap tahun ketiga). Sehingga dikarenakan ada 189 negara anggota yang antri untuk menjadi tuan rumah penyelenggara event ini maka dapat dipastikan bahwa ratusan tahun lagi Indonesia baru akan mendapat kesempatan menjadi tuan rumah IMF – WBG AM lagi.
Agar kita dapat mengetahui skala kegiatan AM 2018 ini maka mari kita membandingkannya dengan beberapa event akbar yang pernah dilaksanakan atau sedang berlangsung di Indonesia (saat tulisan ini sedang disusun Asian Games ke-18 sedang berlangsung) antara lain sebagai berikut :
- Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung tahun 1955 diikuti oleh 29 negara.
- Konferensi Tingkat Tinggi negara-negara kerja sama ekonomi Asia Pasifik (KTT APEC) di Bali tahun 2013 diikuti oleh 21 negara.
- Konferensi Asia Afrika di Jakarta dan Bandung tahun 2015 dihadiri oleh 77 negara.
- Ajang pemilihan Miss World di Bali tahun 2013 diikuti oleh 127 negara peserta.
- Asian Games ke-18 di Jakarta dan Palembang tanggal 18 Agustus hingga 2 September 2018 akan diikuti 15.000 atlet dari oleh 45 negara di Asia yang akan berlaga di 42 cabang olahraga.
Selain skala kegiatannya yang sangat besar, AM 2018 ini juga memiliki posisi yang sangat strategis bagi kepentingan Indonesia karena :
- Pertama, dengan kehadiran otoritas dan pelaku sektor keuangan dari negara anggota IMF-WB (Gubernur Bank Sentral dan Menteri Keuangan dari 189 negara) peran Indonesia sebagai tuan rumah AM 2018 menjadi sangat strategis.
- Kedua, jumlah peserta dari berbagai rangkaian pertemuan ini diperkirakan mencapai 15.000 orang dari berbagai negara, terdiri dari delegasi pertemuan, partisipan dari industri keuangan, ekonom dan akademisi, perwakilan LSM dunia, parlemen, media serta partisipan lainnya.
- Ketiga, peserta pertemuan merupakan pejabat pembuat kebijakan dari berbagai negara serta pimpinan perusahaan dan investor terkemuka, sehingga menjadi ajang yang sangat strategis untuk mendorong dialog, promosi dan keputusan investasi.
- Keempat, kegiatan ini disebut sebagai salah satu pertemuan keuangan terbesar di dunia sehingga perhatian dunia ekonomi global akan tertuju pada negara tempat penyelenggara pertemuan. Kondisi ini menjadi kesempatan untuk meningkatkan persepsi dan citra positif Indonesia serta menunjukkan kepada dunia internasional bahwa Indonesia adalah negara yang aman dengan infrastruktur dan fasilitas yang baik serta stabilitas makro ekonomi yang terjaga.
- Kelima, kehadiran 15.000 orang tentu mampu mendongkrak penerimaan devisa yang berasal dari sektor transportasi, akomodasi termasuk belanja. AM 2018 juga menjadi momen strategis untuk mempromosikan keindahan pariwisata Indonesia, tidak hanya Bali, tapi juga berbagai destinasi wisata lain yang menjadi unggulan.
- Keenam, keberhasilan Indonesia sebagai tuan rumah kegiatan ini juga menunjukkan leadership Indonesia di kawasan, khususnya peran aktif dalam mendorong citra ASEAN sebagai salah satu penggerak utama perekonomian dunia.
Manfaat jangka pendek maupun jangka panjang bagi kepentingan Indonesia yaitu antara lain :
- Jangka pendek
Penyelenggaraan AM 2018 memberikan potensi penerimaan devisa dari kehadiran dan aktiftas tambahan seluruh peserta sebelum, selama dan setelah AM 2018. Potensi penerimaan devisa diperkirakan minimal Rp.725 miliar sepanjang pelaksanaan AM 2018 mengingat kehadiran peserta baik delegasi maupun turis yang diperkirakan akan mencapai 15.000 orang. Penerimaan devisa tersebut berasal dari biaya belanja yang dikeluarkan oleh peserta, antara lain : Pertemuan (Private Sector), Transportasi dan Akomodasi, Makanan dan Minuman, Belanja dan Hiburan, Wisata (Alam dan Budaya). - Jangka panjang
Adapun manfaat jangka panjang yang akan diperoleh Indonesia sebagai tuan rumah AM 2018 adalah sebagai berikut :
- Knowledge-Transfer, berupa pembelajaran mengenai penyelenggaraan kegiatan bisnis dan keuangan berskala dunia.
- Investasi dan Perdagangan, dengan makin dikenalnya produk lokal dan semakin terbuka lebar peluang investasi serta transaksi perdagangan.
- Pariwisata, meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke 5 destinasi utama Indonesia yang telah disiapkan oleh panitia.
- Leadership, mengokohkan kepemimpinan Indonesia dalam pembahasan isu-isu global serta meningkatkan peran Indonesia di mata dunia bisnis dan keuangan global.
Setelah kita mengetahui betapa penting dan strategisnya penyelenggaraan AM 2018 di Bali bagi kepentingan Indonesia jangka pendek dan jangka panjang maka adalah sangat masuk akal jika untuk mendukung kelancaran dan kesuksesan kegiatan AM 2018 tersebut membutuhkan anggaran yang besar.
Untuk menjadi tuan rumah dalam pertemuan IMF-World Bank di Bali pada Oktober 2018, berdasarkan keterangan dari Ketua Pelaksana Harian pertemuan IMF-World Bank, Susiwijiono, pemerintah telah mengalokasikan anggaran sekitar Rp.855,5 miliar. Anggaran tersebut merupakan jumlah pagu yang dianggarkan oleh Kementerian Keuangan (Kemenkeu) dari 2017 dan 2018. Alokasi anggaran dari Kemenkeu itu sudah diputuskan bulan Februari-Maret 2017, itu multiyears 2017 dan 2018. Secara umum, realisasi uangnya, pagu sudah ditetapkan di bulan Maret 2017, untuk tahun 2017 alokasinya adalah Rp.45,4 miliar. Lalu 2018 sudah dialokasikan sebesar Rp.810,1 miliar. Sehingga pagu alokasi multiyears untuk 2017 dan 2018 kira-kira totalnya adalah Rp.855,5 miliar, kemudian pemerintah telah melakukan berbagai kontrak untuk pelaksanaan AM 2018 tersebut.
Di 2017, pemerintah telah melakukan kontrak dan realisasi Rp.10,4 miliar dari pagu 2017 sebesar Rp.45,4 miliar, sedangkan khusus untuk 2018, pemerintah telah melakukan kontrak persiapan Rp.556 miliar, dari total pagu 2018 sebesar Rp.810 miliar.
Memang tidak bisa dibantah bahwa anggaran sebesar Rp.855,5 miliar adalah angka sangat besar apalagi ditengah kondisi ekonomi Indonesia yang sedang lesu saat ini, belum lagi (saat tulisan ini disusun) sedang terjadi musibah seperti gempa bumi di Lombok dan bencana alam di beberapa daerah di Indonesia sehingga sangat bisa dimaklumi jika anggaran sebesar ini akan menjadi polemik dan perdebatan di tengah-tengah masyarakat mulai dari gedung parlemen hingga ke obrolan di warung kopi namun jika kita cermati dengan lebih seksama sebenarnya anggaran yang besar tersebut pada dasarnya akan kembali lagi ke negara, sebab pemerintah Indonesia hanya sekedar menanggung persiapan untuk para tamu yang hadir jadi bukan membayar keperluan tamu, misalkan untuk hotel, mereka akan membayar sendiri pemerintah Indonesia hanya booking saja untuk pesan hotel. Untuk kantor delegasi dan rombongan, pemerintah Indonesia akan menyiapkan 650 kamar untuk menjadi kantor di Nusa Dua. Jadi kalau dilihat, ada beberapa hotel di Nusa Dua, yang akan ditutup selama satu bulan kemudian kamar hotel-hotel tersebut akan disulap menjadi kantor-kantor delegasi dan rombongan, itu yang disewakan kepada para delegasi dan rombongan. Mereka akan membayar ke pemerintah Indonesia kemudian uang tersebut akan masuk ke Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Sehingga tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa anggaran sebesar Rp.855,5 miliar tersebut sepadan atau bahkan mungkin kecil jika dibandingkan dengan manfaat dan keuntungan yang akan diperoleh oleh Indonesia baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Oleh sebab itu penyelenggaraan AM 2018 di Bali ini sejatinya bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja namun juga merupakan tanggung jawab kita semua sebagai anak bangsa karena biar bagaimanapun kesuksesan penyelenggaraan AM 2018 di Bali akan menjadi kebanggaanku, kebanggaanmu dan kebanggaan kita semua bangsa Indonesia.