
Temu Regional KAHMI se-Sumatra di Batam pada 20–21 September 2025 menghadirkan tokoh nasional: Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian, Wamen Transmigrasi Viva Yoga, dan Ketua Komisi I DPR RI Rifqinizamy Karsa. Forum ini bukan sekadar silaturahmi alumni, melainkan momentum strategis menentukan arah KAHMI di tengah situasi bangsa yang kian kompleks.
Politik Indonesia hari ini dikuasai pragmatisme. Demokrasi kehilangan substansi, rakyat tersisih dari ruang pengambilan keputusan. Di Sumatra, masalah Rempang–Galang menjadi bukti: negara hadir, tetapi tidak sepenuhnya memihak warga. Pertanyaannya: apakah KAHMI hanya akan menjadi penonton, atau tampil sebagai kekuatan moral-intelektual yang menegaskan politik kebangsaan?
KAHMI harus berani menawarkan “politik peradaban”: politik yang berpihak pada rakyat, menegakkan integritas, dan mengawal pembangunan berkeadilan. Dari Batam, KAHMI dapat memulai tiga langkah: (1) merumuskan sikap politik nasional secara tegas, (2) memberi solusi atas konflik agraria dan investasi, dan (3) memperkuat kaderisasi agar alumni tetap berakar pada tradisi intelektual HMI.
Kritik tanpa solusi hanyalah gema hampa. Karena itu, KAHMI dituntut melahirkan gagasan alternatif. Batam dan Sumatra adalah kawasan strategis; jangan biarkan ia hanya menjadi etalase investasi, tetapi jadikan sebagai laboratorium gagasan pembangunan berkeadilan.
Sejarah akan mencatat: apakah forum Batam ini lahir sebagai konsolidasi gagasan besar, atau sekadar seremonial rutin. KAHMI harus memilih—berdiri di pinggir pusaran pragmatisme, atau menjadi penggerak lahirnya politik peradaban.
Oleh:
Andriansyah Sinaga
(Mantan Ketua Umum HMI Cabang Batam 2021–2022)
Ketua MPW Pemuda ICMI Kepri (2024-2029)