Pendidikan
Mengintip Stratifikasi Sosial Dalam Masyarakat Beragama
Agama merupakan suatu hal yang sering kita dengar dalam kehidupan bermasyarakat di Dunia, banyak sekali keanekaragaman agama yang dapat kita jumpai. Agama merupakan suatu pandangan hidup yang di yakini penganut-penganutnya sebagai pedoman untuk diterapkan dalam kehidupan pribadi maupun bersosial.
Agama merupakan upaya manusia untuk mengenal dan menyembah sesuatu yang dipercaya dapat memberi keselamatan serta kesejahtraan hidup bagi manusia. Upaya tersebut dilakukan dengan berbagai macam ritus ( secara pribadi dan bersama) yang ditujukan kepada ilahi.
Agama dalam masyarakat diposisikan sebagai bagian dari unsur sosial yang ada didalam masyarakat. Agama dimaknai sebagai suatu sistem makna, yang artinya agama dapat mempengaruhi struktur sosial lain dalam masyarakat. Dalam kehidupan masyarakat, orang-orang yang hidup secara berkelompok tentu akan terus menemukan permasalahan-permasalahan dan gejala-gejala yang akan terus muncul. Salah satunya adalah munculnya suatu hal yang dihargai. Selama manusia mempunyai hal yang dihargai dan hal tersebut diakui dalam masyarakat, maka sistem pelapisan sosial akan muncul.
Kelas sosial atau biasa di sebut stratifikasi sosial merupakan suatu lapisan sosial yang menjadi pembeda penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat (secara hirarki). Pelapisan yang terjadi ini karena ada sebuah nilai yang dihargai lebih atas penilaian kelompok seperti kekayaan, kekuasaan, keturunan (kehormatan), dan ilmu pengetahuan (pendidikan).
Penggolongan itu ada bukan karena sesuatu yang terkodrati melainkan bentukan atau buatan masyarakat itu sendiri yang tergenerasi sehingga masyrakat tidak mungkin menolak penggolongannya dalam suatu kelompok tertentu (Siregar, 200: 74). Sehingga jika kita membahas antara stratifikasi sosial dan agama tentunya akan menekankan pada prilaku umat beragama(penganut) di tengah masyarakat.
Memahami keterkaitan antara stratifkasi sosial dan agama sebenarnya tak kunjung ditemui, karena hakikatnya masyarakat beragama memahami bahwa tingginya derajat seseorang itu diukur oleh seberapa dekat dia dengan Tuhan, seberapa bertakwa dan beriman individu tersebut dalam beragama.
Namun relevansi antara dua permasalahan di atas baru bisa ditemui dari realita penganut yang meyakini ada beberapa nilai yang dihargai dalam beragama. Kelas sosial atau stratifikasi sosial seseorang dapat dilihat dari keilmuan dan ketaatan dalam menjalankan perintah agama. Contohnya dalam pemahaman penganut agama islam seorang ustad kelas sosialnya lebih tinggi dari seorang murid, seorang ulama sangat di hormati oleh masyarakat karena tingginya ilmu agamanya. Dari fenomena ini dapat disimpulkan bahwa, kelas sosial dalam masyarakat beragama bisa berubah-ubah tergantung usahanya. Seseorang dari keluarga biasa bisa menjadi ulama besar apabila seseorang itu bersungguh-sungguh belajar dan taat terhadap agamanya.
Begitupun pada fenomena masyarakat awan dan pemimpin agama. Di masyarakat sendiri, ada perbedaan kelas yang jelas antara masyarakat awam dan pemimpin agama. Stratifikasi tersebut didasarkan pada kedalaman pengetahuan agama dan juga terkadang garis keturunan. Misalnya di Islam, orang-orang yang bergelar habib akan sangat di hormati dan disayangi oleh umat islam karena mereka memilki garis keturunan Nabi Muhammad SAW. Begitupun bagi pemeluk agama Kristen, sosok pendeta sangat dihormati bagi penganutnya.
Di agama hindu juga demikian, umumnya terdapat empat kasta mulai dari yang paling tinggi yaitu Brahmana, Ksatria, Waisa, dan Sundra yang paling rendah, bahkan ada yang lebih rendah dari Sundra. Penggolongan kasta ini sangat ketat, orang dari golongan Brahmana tidak boleh menikah dengan golongan Waisa, Sundra, dan lainnya. Pernikahannya harus satu tingkatan sehingga hubungan antara kelompok sosial dalam kasta menjadi sangat terbatas dan eksklusif.
Dapat disimpulkan, stratifikasi sosial dan agama sebenarnya memang tak akan kunjung di temui, karena pemahaman orang yang beragama menyatakan bahwa bahwa tingginya derajat seseorang itu diukur oleh seberapa dekat dia dengan Tuhan, seberapa bertakwa dan beriman individu tersebut dalam beragama.
Namun keterkaitan itu dapat ditemukan dari prilaku umat beragama yang ada di lingkungan masyarakat. Pengelompokan-pengelompokan ini dapat ditemui di beberapa fenomena beragama seperti tingkat keilmuan dan pemahaman seorang individu dalam beragama, penggolongan antara masyarakat awam dan tokoh agama/pemimpin agama, garis keturunan, maupun kasta.
Walaupun pada kenyataannya, fenomena-fenomena tersebut masih langgeng dalam menciptakan pengelompokan-pengelompokan umat beragama, namun sekarang umat manusia dapat hidup tenang tanpa adanya perpecahan.
Penulis:
Muhamad Khairul Anuar
Mahasiswa sosiologi 2019 Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang