BintanKepulauan Riau
Jalan Berliku Ansar Ahmad ke Senayan
Kesuksesan tanpa usaha dan kegigihan, mustahil bisa didapat. Hasil yang dicapai hari ini, adalah buah dan manivestasi dari perjuangan masa lalu. Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian. Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian. Siapa sangka, seorang bocah yang dulunya hanya seorang pencuci bus yang gigih menuntut ilmu dan memperjuangkan hidupnya, pada akhirnya bisa meraih posisi prestisius sebagai anggota DPR RI.
Sosok lelaki lembut dan bersahaja ini juga pernah menduduki posisi sebagai Bupati Kabupaten Bintan selama dua periode. Dia adalah H. Ansar Ahmad SE MM. Lelaki kelahiran Kota Kijang, Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau, pada 10 April 1964 ini juga menyandang sebagai Ketua Partai Golongan Karya Provinsi Kepulauan Riau sejak tahun 2005 sampai sekarang.
Mencapai puncak menjadi orang yang diamanahi duduk di senayan bukanlah perjuangan yang mudah. Memerlukan sebuah perjalanan panjang dan berliku. Memerlukan pengabdian yang ditoreh melalui prestasi-prestasi yang dilukis manis dalam sebuah prasasti kehidupan. Sebuah perjalanan dalam suka dan duka, perjalanan penuh keringat dan air mata. Ansar Ahmad berhasil mencapai puncak, setelah mendaki dan menapaki bukit-bukit terjal dan tajamnya batu karang perjuangan.
Bagi lelaki suami dari Dra Hj. Dewi Kumalasari MPd ini hidup adalah perjuangan dan suratan takdir. Ketika saat ini dia tiba dipuncak sebagai pemimpin dan menjadi anggota DPR RI itu adalah suratan. Dia menapakinya dengan sabar, ikhlas, tekun, dan penuh keuletan. Baginya penderitaan, jatuh bangun, dan tantangan adalah bunga-bunga motivasi yang membakar semangatnya.
Ayah dari Annisa Sarwidya dan Roby Kurniawan ini yakin bahwa yang di atas pasti menatapnya,memandunya ke jalan yang lurus dan memberi ridlo atas seluruh perjuangan yang didasari dengan niat tulus penuh pengabdian. Lelaki yang gemar berpenampilan sederhana ini selalu yakin hasil tidak pernah mengkhianati perjuangan dan kerja keras.
Hal ini dikarenakan Ansar Ahmad bukanlah dibesarkan dari keluarga yang berada. Dia dilahirkan di sebuah kota kecil di Bintan dari keluarga yang tidak mampu. Bahkan dia sudah yatim sejak masih kecil karena ayahnya yang bernama Abdul Ahad meninggal dunia sebelum dia dewasa. Praktis, ibunya harus membanting tulang sendirian membiayai Ansar Ahmad berserta saudara-saudaranya yang berjumlah lima orang.
Kekuatan seorang ibu yang penuh dedikasi dan keuletan menjadi cambuk motivasi bagi Ansar Ahmad untuk teguh pada keyakinan, kuat pada pendirian dan tidak mengenal lelah dalam perjuangan. Ansar terus mengasah diri untuk tampil menjadi sosok yang pantang menyerah. Karenanya dia tidak segan untuk bekerja membantu meringankan beban orang tua dengan berbagai jenis pekerjaan. Mulai dari kuli bangunan, pencuci bus, pemungut bola tenis dan penjual makanan keliling. Baginya hidup harus terus mengalir dengan optimisme dan harapan menjulang.
Menanjak usia remaja, Ansar dikenal sebagai sosok remaja yang religius. Bahkan kepiawaiannya dalam melantunkan ayat-ayat suci Al Quran mengantarkannya menjadi wakil Kecamatan Tanjungpinang Timur pada sebuah MTQ.
Memasuki bangku perkuliahan, Ansar memilih Fakultas Ekonomi Universitas Riau (Unri) di Pekanbaru untuk menimba ilmu pada tingkat yang lebih tinggi. Di negeri kaya minyak itu ia menyewa sebuah rumah kecil yang dikelilingi kebun kangkung hingga tahun 1984. Untuk menambah biaya kuliahnya Ansarpun memanfaatkan keahliannya membaca Al Quran dengan menjadi guru mengaji dari rumah ke rumah.
Pergaulan di kampus jugalah yang mengantarkannya berteman dengan teman-teman satu angkatan seperti Rusli Zainal (Gubernur Riau), Syamsurizal (Bupati Bengkalis), Wan Syamsir Yus (Walikota Dumai dan Sekda Prov Riau), Asrul Jaafar (Bupati Kuansing) dan masih banyak lagi.
Kehadiran Ansar di kampus kala itu, mulai diperhitungkan. Kendati Ansar menganggap kampus merupakan laboratorium untuk benar-benar menuntut ilmu, jiwa dan semangat berorganisasinya juga terlihat dengan jelas. Karena itulah, memasuki tahun kedua Ansar di kampus Unri terpilih sebagai ketua Senat Mahasiswa Unri yang merupakan jabatan yang sangat prestisus di kalangan mahasiswa.
Pada tahun 1980 setelah menikah dengan Dewi Kumala Sari, Ansar masih memimpin Gabungan Koperasi Pegawai Negeri selama satu tahun. Setelah meraih gelar sarjana ekonomi, Ansar kembali ke Tanjungpinang dan bekerja sebagai pegawai Dispenda Kabupaten Riau Kepulauan di Tanjungpinang.
Karirnya terus melesat, sehingga menjadi Kabag Pembangunan Kabupaten Riau Kepulauan, berikut kepala bagian perekonomian. Dalam sidang DPRD Kabupaten Kepri tanggal 23 Oktober tahun 2000, pasangan Huzrin Hood dan Ansar Ahmad terpilih sebagai Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Kepri periode 2000-2005. Pada tanggal 2 Oktober 2003 Huzrin tersandung permasalahan hukum hingga diberhentikan oleh Mahkamah Agung.
Setelah itu Ansar melanjutkan tugas Huzrin sebagai pelaksana tugas Bupati. Dan kembali terpilih berpasangan dengan Mastur Taher pada tahun 2005. Selanjutnya Ansar kembali diamanahkan oleh masyarakat Bintan menjadi Bupati Bintan berpasangan dengan Khazalik periode 2010-2015. Masyarakat Bintan kiranya, benar-benar mencintai sosok Ansar. Hal itu dibuktikan dengan menang telaknya Ansar pada Pemilihan Bupati (Pilbup) Kabupaten Bintan Tahun 2010.
Lima tahun masa kepimpinan Ansar bersama Mastur Taher berhasil menekan angka kemiskian dari 14,5 persen tahun 2005 menjadi 12,47 persen. Dalam bidang pendidikan Ansar berhasil meningkatkan indeks pendidikan dari 80,16 persen tahun 2005 dan 82,76 persen pada tahun 2009, dan meningkatkan angka harapan hidup 69,33 pada tahun 2005 menjadi 69,69 tahun 2009.
Tekad Ansar Ahmad untuk membangun Kepulauan Riau telah bermula sejak lama, jauh bertahun-tahun sebelumnya. Sebelum menjadi Bupati Bintan, Ansar ingin membangun ibukota Kabupaten Bintan yang baru, dia memilih satu dari empat desa yang akan menjadi tapak lokasi pembangunan dengan membangun pusat Pemerintahan Bintan di Bintan Bunyu.
Bintan memang layak jadi perhatian. Sadar dengan potensi yang sangat besar di daerahnya, Ansarpun menitik beratkan program pembangunan pada bidang infrastruktur. Keberhasilannya bisa dilihat, salah satunya adalah sarana dan prasarana jalan yang sangat baik dan terencana, jauh lebih baik jika dibandingkan dengan daerah-daerah lain di Kepri. Itu merupakan salah satu yang menjadi nilai plus bagi seorang Ansar Ahmad.
Keberhasilan Ansar Ahmad selama memimpin Bintan menjadi sorotan tidak hanya di wilayah Kepulauan Riau tetapi juga nasional dan internasional. Hal ini terbukti dirinya beberapa kali menerima penghargaan baik dari pemerintah daerah, pemerintah pusat bahkan internasional. Dengan modal itu maka tidak mengherankan apa bila ekspektasi masyarakat Provinsi Kepulauan Riau begitu besar terhadap sosok Ansar Ahmad untuk duduk di DPR RI.
Kehadiran Ansar Ahmad di senayan dinilai tepat dalam rangka memperjuangkan aspirasi masyarakat Kepri sebagai daerah gerbang utama Indonesia. Karena itu tidak mengherankan bila dalam Pemilu 2019, Ansar Ahmad memperoleh suara mayoritas terbesar di banding calon legislative lainnya. Dari jumlah pemilih di Kepulauan Riau yang hanya mencapai sekitar 1.300 pemilih, Ansar Ahmad mampu meraup suara pribadi sebesar 134 ribu. Jumlah ini terpaut jauh disbanding caleg-caleg lainnya baik di internal Golkar maupun partai lainnya.