Opini

MENGGAPAI KEBERKAHAN HIDUP

Beberapa hari lagi kita akan meninggalkan tahun 2018 dan saat ini menyongsong tibanya tahun 2019. Tidak sedikit masyarakat setiap momen akhir tahun menggunakan waktunya untuk bergembira ria dengan membuat berbagai kegiatan, ada yang menghabiskan malam pergantian tahun lama ke tahun baru turun kelapangan menghadiri pentas musik, ada yang jalan-jalan ke Luar Negeri, ada yang nongkrong di pinggir jalan dan duduk di pinggir pantai, ada juga yang ber i’tikaf, beribadah ke tempat ibadah sesuai agama dan kepercayaan masing-masing.

Hari berganti hari, minggu berganti minggu, bulan berganti bulan dan tahun berganti tahun semuanya dilalui dengan berbagai peristiwa, keadaan dan kondisi baik secara massal ataupun secara pribadi sebelas bulan telah kita rasakan. Seperti menjelang tahun pemilu bertepatan pada awal tahun 2019 secara massal masyarakat merasakan getaran fikiran tentang siapa yang harus diperjuangkan untuk di pilih, ada juga dengan santai dan tenang nya berfikir siapa yang saya pilih. Dua kata menghubung yaitu siapa yang akan ” diperjuangkan” dengan siapa yang akan “dipilih” membuat lebih dari 70 % dari masyarakat negara ini turut andil pada kata siapa yang akan ” diperjuangkan” karena ini kalimat aktif dan orang-orangnya sangat aktif, sehingga mudah ditebak jadi atau tidaknya sang calon terpilih tergantung seberapa besar dan pengaruh perjuangan mereka untuk sang calon. Sementara kalimat siapa yang akan di pilih adalah pasif, orangnya pun pasif, tidak mondar mandir, tidak ribut-ribu sana – sini, bahkan hanya menuggu hari kapan tanggal pencoblosan calon secara resmi, masyarakat kelompok ini hanya tersisa kurang lebih 30 % saja.

Tahun 2018 akan berakhir, walaupun akan masuk dalam tahun pemilu pilpres dan pemilu legislatif, jika masyarakatnya rukun, damai, saling sehat menasehati akan membuat seluruh penduduk negeri ini hidup dalam “keberkahan”.

KEBERKAHAN merupakan dambaan setiap orang semestinya karena keberkahan itu bermakna “bersih dari dosa”. Dari menebar Fitnah, penebar berita yang tidak benar, menghujat satu dengan yang lainnya adalah sumber dosa dan berdampak buruk bagi negara dan penduduknya.

Firman Allah. (Q.S.Al A’rof: 96) yang artinya. Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri ini beriman dan bertaqwa pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami) itu, maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.

KEBERKAHAN yang kita inginkan di negara ini harus dilandasi dengan kepedulian terhadap sesama masyarakat, saling menghargai, saling menolong dan membantu sesama. Makanya Rasulullah.SAW. pernah berpesan kepada istri-istrinya untuk memperbanyak “kuah” masakan untuk dibagikan kepada tetangga-tetangga. Memperbanyak “kuah” sebagaimana yang dimaksud oleh Rasulullah dalam artian yang luas, sama maksudnya kelebihan rezeki jangan melupakan dan harus membagikan kepada sesiapa yang membutuhkan dan patut untuk diberi.

Hari ini begitu banyak kasus korupsi mereka lahir menjadi orang terhormat berasal dari pilihan rakyat, setelah mereka berhasil, berjaya, lupa akan perjuangan orang-orang yang memperjuangkannya, tidak membagikan rezekinya kepada mereka yang membutuhkan, maka musibah silih berganti kepada negara dan masyarakat ini adalah andil dari kecerobohan kita memilih pemimpin.

Semoga sebelum kita meninggalkan tahun 2018 ini dan masuknya tahun 2019, Indonesia ini diharapkan menjadi negara yang masyarakatnya penuh. ” keberkahan”. Terpilih pemimpin yang bersih, tulus, mulia dan bersahaja. Kita tunggu seperti apa Tim pemenang Sang Calon pemimpin menyambut pergantian tahun 2018-2019

komitmen Kenegaraan, komitmen keberagaman, kebihinikatunggal-Ikaan, dalam perbedaan kesukuan, keberagaman agama namun satu bingkai NKRI.

 

Oleh : AKHIRMAN
Presidium PKMD KAHMI Kota Batam

Show More
Kepriwebsite

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Close