Opini
Memaknai Hari Kemerdekaan, Dan Tugas Kita Sebagai Penerus Perjuangan
17 Agustus 1945 M atau 17 Ramadhan 1365 H merupakan hari bersejarah bagi seluruh rakyat Indonesia, karena pada saat itulah ikhrar kemerdekaan dikumandangkan dengan penuh suka cita. Ketika ikhrar kemerdekaan dikumandangkan oleh para tokoh-tokoh pejuang Negara republic Indonesia, maka pada ketika itu Negara ini bebas dari penjajahann asing. Setelah sekian lamanya Negara ini digempur dengan berbagai macam cobaan yang dilakukan oleh para penjajah.
Maka sebagai rakyat yang mencintai keabadian Negara ini tentunya tidak akan melupakan hari bersejarah tersebut. Jika kita membaca sejarah kemerdekaan Negara Indonesia maka kita akan melihat bagaimana para pejuang Negara ini mati-matian untuk berjuang, para pejuang Negara ini rela bermandikan darah meninggalkan anak istri tercintanya demi kebahagiaan anak-anak cucu mereka. Betapa banyak pejuang Negara ini wafat bahkan sebagian diantara mereka kita tidak tahu dimana pusara pemakamannya.
Beberapa hari yang lalu kita sudah selesai merayakan kemerdekaan tersebut dengan berbagai macam ritual yang sudah menjadi rutinitas setiap tahunnya kita laksanakan. Akan tetapi perayaan kemerdekaan yang kita lakukan tersebut tidak hanya sebatas sampai disitu. Akan tetapi ada hal yang harus kita lakukan dan menjadi satu kewajiban bagi seluruh rakyat Indonesia untuk menjaga Negara ini dari pertikaian dan perpecahan.
Kita menjadi pemegang warisan dari para pejuang untuk melanjutkan cita-cita mereka hingga akhirnya kita akan menghantarkan Negara ini kepada muara kesuksesannya. Sukses menjadikan Negara ini merdeka secara (khaffah) seutuhnya dan mewujudkan Negara yang berkeadilan, mencerdaskan kehidupan berbangsa dan bernegara, melindungi segenap tumpah darah rakyat Indonesia serta ikut dalam menjaga ketertiban dunia hal ini sebenarnya sudah diamanatkan di dalam undang-undang Negara kita dan sering dibacaakan akan tetapi sekedar dibaca saja tidak akan mungkin tercapai, melainkan harus ada implementasi dari teks tersebut.
Dalam melaksanakan upacara kemerdekaan yang kita lakukan tersebut menjadi ikhtibar dan pertanyaan bagi kita semua, seluruh rakyat Indonesia. Apakah kita hanya sekedar mengibarkan sangsaka bendera merah putih? Apakah sebagai anak bangsa yang sudah dibebaskan dari penjajahan hanya bias sebatas ikut serta dalam melaksanakan upacara tersebut dan apakah sebagai rakyat kita hanya berpangku tangan untuk mewujudkan mimpi-mimpi para pejuang Negara kita? Tentunya tidak, karena tidak mungkin Negara lain yang akan mewujudkan cita-cita kemerdekaan itu.
Maka, ini menjadi sebuah renungan kepada kita semua. Sudah sampai dimana Negara ini kita bawa berlayar menuju tujuan sucinya? Sudah sampai dimana aparat penyelenggara Negara ini mewujudkan cita-cita Negara ini dan apa sumbangsih yang sudah kita torehkan sebagai rakyat dalam memberikan partisipasi dan sumbangsih untuk kemajuan dan kemadanian Negara ini?
Maka dari sejarah perjuangan kemerdekaan tersebut sejatinya menjadikan iktibar dan pelajaran bagi kita semua. Sudah saatnya seluruh rakyat Indonesia mengaktualisasiakn persatuan dan kesatuan dalam kehidupan nyata dan tidak hanya di dunia maya, kita kembali kepada falsafah bangsa kita dan menyingkirkan ego dan kepentingan masing-masing, hilangkan rasa perbedaan dan ikat dengan persatuan dan kesatuan, sampingkan kepentingan kelompok dan sifat serakah karena Negara ini didirikan bukan untuk kelompok ataupun kepentingan individu. Tetapi Negara ini didirikan untuk kepentingan bersama, maka untuk itu kebersamaan dan kegotong royongan lah yang bias menghantarkan Negara ini kepada cita-cita sucinya.
Negara kita adalah Negara pejuang dan pemenang, maka kita sebagai anak bangsa merasa bangga. Negara kita bukan Negara yang cengeng maka kita akan menjadi pejuang dan pemenang. Merah putih selalu berkibar dan perjuangan akan selalu membara dan berkumandang. Ketika para pejuang bangsa sanggup menggusir penjajah dengan bambu runcing maka sebagai anak bangsa akan berupaya mewujudkan cita-cita mulia dari pejuang.
Oleh: Irwansyah (Wakil Ketua II DPW KAMUS KEPRI)