
Opini
[Part 4] MENGETUK LANGIT, Sebuah Catatan Perjalanan Spiritual 212 Batam-Jakarta
[Part 4] MENGETUK LANGIT, Sebuah Catatan Perjalanan Spiritual 212 Batam-Jakarta
MENGETUK LANGIT
(Sebuah Catatan Perjalanan Spiritual 212 Batam-Jakarta)
Oleh : Adri Wislawawan (Ketua Bidang PPD HMI Cabang Batam)
Istiqlal menjelang sholat Isya belum terlalu padat, kami bergegas masuk ke masjid dan saling menyapa dengan rombongan lain, banyak juga adik-adik yang mejual kantong plastik untuk tempat sandal/sepatu, bayar seikhlasnya katanya.
Di sepanjang jalan masuk Istiqlal berderet penjual kopiah, kopi, baju 212, tongsis dan powerbank sampai pijat refleksipun ada. Dan memang dagangan mereka laris manis, karena umat yang berkumpul tentu juga ingin berbagi rezeki dengan para pedagang tadi.
Setelah sholat Isya saya dan ketum HMI Batam ngantri makan malam yang disediakan di posko konsumsi depan pintu masuk masjid, sembari antri saya perhatikan mobil-mobil mewah tak henti-henti keluar masuk area istiqlal, heran juga kenapa mereka mau masuk padahal lalu lintas jamaah sangat padat, ternyata mobil-mobil itu membawa sumbangan logisitik berupa konsumsi yang dibawa ke posko tadi, tak henti aliran manusia berjalan masuk menuju Istiqlal, begitu juga mobil-mobil mewah tadi. Ada semangat yang membuncah melihat aktifitas padat ini, Terima kasih ya Allah engkau masih memberikan kami kesempatan untuk menyaksikan semua ini. takbir kembali menggema, rupanya menyambut barisan dari daerah lain yang baru merapat, sangat padat.
Setelah kami makan malam, salah satu senior KAHMI Batam baru sampai di Istiqlal, menyusul merapat mantan ketum HMI Batam yang berdomisili di Jakarta, dan secara tidak sengaja juga bertemu juga dengan mantan Ketum HMI Badko Riau-Kepri, jadilah kami menggelar tikar di emperan jalan masuk Istiqlal, diantara pedagang kopi dan bapak yang menyediakan jasa pijat refleksi.
Diskusi terus mengalir hingga tak terasa sudah pukul 02.00 WIB, dan perlu dicatat sampai jam segitupun aliran manusia seragam putih-putih tak berhenti berjalan masuk ke dalam Istiqlal. Akhirnya gerimis jualah yang membubarkan kami, menuju ke arah masjid ada selentingan suara yang saya dengar “Nah kan Hujan, Allah negur kita agar Istirahat nih untuk perjalanan panjang 212”.
Di dalam area masjid saya sampai tidak bisa menemukan tempat untuk hanya sekedar duduk, sangat ramai! namun setelah sejenak keliling kami akhirya bertemu dengan teman-teman HMI dari cabang Pamekasan dan cabang Mataram. meskipun sudah janjian di grup Whatsapp, tetap saja mereka sulit menemukan kami karena saya lupa membawa muts dan gordon (atribut HMI berupa peci dan selempang leher), namun untuk menemukan mereka di dekat tempat penitipan barang lantai 2 justru tidak sulit karena mut yang mereka pakai sangat mudah ditandai.
Setelah berkenalan, niat awalnya ingin langsung istirahat, namun memang dasar anak HMI hobinya ngopi dan diskusi. dari perbincangan singkat saya ketahui mereka berangkat bersama aliansi ulama masing-masing, baik yang dari pamekasan maupun yang dari mataram. Beberapa ada yang bergabung di Sekretariat PB HMI di Jl. Sultan Agung 25 A Jaksel untuk longmarch bersama rombongan HMI ke Monas, namun kami memilih untuk menginap di Istiqlal, mengingat waktu juga sudah pukul 03.00 WIB. Kami memutuskan untuk tidur saat itu, meskipun hilir mudik jamaah tidak pernah berhenti.