Ekonomi
Mencermati Fluktuasi Indeks Saham di Bursa Efek Indonesia
Jakarta,- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam tiga bulan terakhir sejak Agustus 2021 hingga pertengahan Oktober 2021 mengalami pertumbuhan signifikan, yaitu dari level 6.096,543 per 2 Agustus ke posisi 6.655,998 pada 19 Oktober. Apa saja faktor yang menyebabkan naik dan turunnya IHSG?
Sebelum mencermati faktor fluktuasi indeks saham, kita simak dulu apa sebetulnya IHSG itu? Indeks harga saham adalah sebuah ukuran statistik yang menggambarkan pertumbuhan harga dari sekumpulan saham-saham yang tercatat di bursa saham secara komposit. Indeks digunakan sebagai alat untuk memantau atau mengamati pergerakan harga saham.
Nilai indeks pasar saham dipengaruhi oleh harga saham yang berada di dalam portofolio indeks tersebut dan bobot masing-masing saham itu. Semakin banyak jumlah suatu saham yang beredar dan nilainya semakin besar, maka akan semakin besar bobot saham tersebut dalam mempengaruhi pergerakan indeks harga saham.
Jika indeks harga saham mengalami kenaikan dalam tiga bulan terakhir, artinya harga saham secara rata-rata yang masuk dalam perhitungan IHSG, sedang mengalami kenaikan harga. Hal ini dapat memberikan informasi kepada para investor saham kalau saham milik mereka kemungkinan besar harganya sedang dalam tren naik. Tren kenaikan harga saham yang ditunjukkan dalam kenaikan IHSG memberikan sinyal positif yang memperlihatkan pertumbuhan saham tersebut. Sehingga umumnya, jika dalam jangka waktu tertentu terjadi tren naik, kemungkinannya akan terus bergerak naik melewati batas resisten levelnya. Atau bisa juga menurun jika sudah mencapai titik tertinggi, dan para investor melakukan aksi ambil untung atau profit taking.
IHSG memasukkan seluruh saham yang tercatat di BEI dalam perhitungannya. Per 19 Oktober 2021, ada 750 saham yang tercatat dan diperdagangkan di BEI. Jadi, naik atau turunnya IHSG mencerminkan naik turunnya rata-rata harga ke-750 saham tersebut. Kenaikan harga saham dapat dipicu oleh kondisi fundamental perusahaan yang membaik, situasi ekonomi, politik, stabilitas ekonomi yang baik, serta hukum ekonomi, yakni semakin banyak permintaan beli pada saham yang ada di BEI, maka akan memacu kenaikan harga. Sebaliknya, jika permintaan jual yang tinggi, harga saham akan terkoreksi.
Selain IHSG, BEI juga mempublikasikan indeks saham lain, di antaranya LQ45. Tujuan dibuatnya indeks saham lain, yaitu untuk mengetahui pergerakan saham-saham tertentu, bukan hanya seluruh saham. Indeks LQ45 hanya menghitung pergerakan 45 saham yang tercatat di BEI. Tentu saja, ke-45 saham yang masuk dalam perhitungan indeks LQ45 dipilih berdasarkan kriteria tertentu. Indeks LQ45 memasukkan 45 saham yang memiliki likuiditas yang tinggi dan kapitalisasi pasar yang besar, serta didukung oleh fundamental perusahaan yang baik. Bisa dibilang, saham-saham yang ada dalam LQ45 adalah saham-saham blue chips atau disebut juga dengan istilah saham-saham “papan atas” atau saham dengan kapitalisasi pasar yang besar.
Saat ini, ada 38 indeks saham di BEI. Masing-masing indeks ini memiliki kriteria masing-masing. Pergerakan indeks-indeks ini tentunya berbeda-beda, walaupun akan cenderung mirip secara tren jangka panjang. Indeks-indeks saham selain dua indeks yang sudah disebut di atas adalah IDX 80, IDX 30, IDX Quality 30, IDX Value 30, IDX Growth 30, IDX ESG Leaders, IDX High Dividend 20, IDX BUMN20, Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI), Jakarta Islamic Index (JII), JII70, IDX-MES BUMN 17, IDX MSC COMPOSITE, IDX SMC Liquid, Kompas100, Bisnis27, MNC-36, Investor33, Infobank15, SMInfra18, SRI-KEHATI, PEFINDO25, dan PEFINDO i-Grade.
Selain itu, ada juga indeks sektoral yang menghitung pergerakan harga saham di masing-masing sektor perusahaan tercatat (emiten) di BEI. Ada 11 sektor emiten yang mengklasifikasikan perusahaan berdasarkan jenis usahanya. Ke-11 indeks sektoral tersebut adalah indeks sektor energi (IDXENERGY), indeks industri dasar (IDXBASIC), indeks sektor perindustrian (IDXINDUST), indeks sektor barang konsumen primer (IDXNONCYC), indeks sektor barang konsumen non-primer (IDXCYCLIC), indeks sektor kesehatan (IDXHEALTH), indeks sektor keuangan (IDXFINANCE), indeks sektor properti dan real estat (IDXPROPERT), indeks sektor teknologi (IDXTECHNO), indeks sektor infrastruktur (IDXINFRA), serta indeks sektor transportasi dan logistik (IDXTRANS).
Terdapat dua indeks yang mengelompokkan saham di BEI ke dalam papan utama dan papan pengembangan, yaitu Indeks Papan Utama, dan Indeks Papan Pengembangan. Selain itu, ada beberapa indeks yang unik dan khusus yang menarik pula untuk dicermati dan dimiliki sahamnya.
IDX ESG Leaders yang mengukur kinerja saham dari saham-saham yang memiliki penilaian Enviromental, Social, dan Governance (ESG) yang baik. Selain itu, perusahaan yang ada pada konstituen indeks tersebut juga tidak terlibat pada kontroversi secara siginifikan, memiliki likuiditas transaksi serta kinerja keuangan yang baik. Penilaian risiko ESG dan analisis kontroversi atas perusahaan-perusahaan tersebut dilakukan oleh Sustainalytics.
SRI-KEHATI juga menarik karena menghitung saham yang memiliki kesadaran terhadap lingkungan hidup, sosia, dan tata kelola perusahaan yang baik, atau disebut Sustainable and Responsible Investment (SRI). Indeks ini diluncurkan pada tahun 2009 dan dikelola oleh BEI bekerjasama dengan Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (Yayasan KEHATI).
Sedangkan di pasar modal syariah, ada pula IDX-MES BUMN 17 yang merupakan kerja sama antara BEI dan Perkumpulan Masyarakat Ekonomi Syariah (MES). Isinya ialah 17 saham syariah yang merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), memiliki kapitalisasi pasar yang besar, serta fundamental keuangan yang baik. *** (TIM BEI)