Opini
Pendidikan Dahulu, Sirkuit Balap Kemudian
Sebagai angkatan muda indonesia, kelompok anak bangsa yang cinta akan negaranya dan sangat bangga dengan beraneka ragam budayanya tentu kita masih ingat pada peristiwa pemboman yang dilakukan oleh negara sekutu untuk menghancurkan negara Jepang dalam pertempuran di perang dunia II yang berselang pada tahun 1942-1945, pada saat itu tepatnya tanggal 6 dan 9 agustus terjadi sebuah peristiwa yang sangat-sangat tidak bisa dibayangkan oleh para rakyat Jepang. Dua kota besar yang memiliki peran penting baik dari segi industry maupun militer di negeri doraemon itu luluh lantak dalam sekejap akibat dari ganasnya serangan little boy yang disusul leh fat man, sebuah nama yang diberikan negara paman sam untuk jenis bom atom yang membuat jepang menyerah kepada sekutu dalam peperangan tersebut.
Mengutip dari pernyataan seorang kaisar jepang, dalam pernyataannya beliau menanyakan kepada seluruh para jendral yang masih tersisa, beliau menanyakan tentang jumlah guru yang berhasil selamat dalam tragedy tersebut, beliau mengatakan bahwa sebuah kesia-siaan apabila kita memiliki kekuatan dalam persenjataan perang dan strategi yang matang namun kita tidak tahu bagaimana caranya mencetak sebuah bom yang memiliki daya ledak yang luar biasa dahsyatnya.
Dalam sejarah bangsa manapun proses perkembangan sebuah bangsa untuk maju kedepan bukanlah tanpa halangan ataupun hambatan, bahkan sampai detik ini masih banyak bangsa-bangsa yang masih berupaya untuk maju selangkah lebih kedepan dari segala kondisi apapun. Tak terkecuali bangsa kita yang memiliki deretan cerita panjang yang takkan pernah habis dimakan jaman jika kita kembali mengulas perjalanan panjang bagaimana para pendahulu kita berjuang sampai titik darah penghabisan demi satu tujuan, INDONESIA MERDEKA.
Berbicara soal sejarah panjang bangsa, sekali lagi kita kembali menyoal tentang perkembangan pendidikan dari masa ke masa, dari era penjajahan bangsa eropa hingga masa pandemic hari ini. Hal ini dikarenakan pendidikan merupakan tiang pancang kebudayaan serta pondasi utama dalam membangun peradaban sebuah bangsa dan pendidikan adalah faktor penentu dari kemajuan suatu negara jika kita melihat fenomena hari ini. Dan hal ini bisa kita lihat bagaimana seluruh bangsa di berbagai penjuru didunia yang berhasil baik dari segi ekonomi,teknologi maupun bidang apapun mesti ditopang oleh kualitas pendidikan yang sangat kokoh.
Akan tetapi jika berbicara tentang eksistensi pendidikan yang ada didalam negeri yang kita cintai ini masih cendrung memprihatinkan, bayangkan jika kita melihat ditepian jalan raya diberbagai kota-kota besar seperti Jakarta, bandung dan surabaya, masih banyak sukarno-sukarno muda yang tak berdaya akibat ganasnya ibukota, para sri mulyani dan megawati muda yang masih kebingungan dan khawatir karena memikirkan harapannya untuk mendapatkan sesuap nasi akan hilang jika tidak melawan dan bisa dilihat bahwa hasilnya adalah mereka tidak lagi memikirkan tentang pentingnya sebuah pendidikan, yang terpenting adalah mereka tidak kelaparan dan masih memiliki harapan untuk hidup keesokan harinya.
Indoneia sebagai negara besar dengan wilayah yang sangat luas serta keindahan alam yang membentang sepanjang garis khatulistiwa tentu harus dapat menjaga apa yang telah diberikan oleh Sang Pencipta alam semesta, seperti kekayaan alamnya yang mengundang takjub, kekayaan bawah laut yang mampu membangkitkan naluri bajak laut dari kejauhan, hingga limpahan minyak dan gas bumi yang tentu saja sampai saat ini masih menjadi primadona dikalangan pengusaha lintas negara, tak terkecuali dalam dunia tambang, batu bara juga tak kalah menjadi incaran bagi para saudagar kaya maupun bagi para menteri kabinet indomie rasa yang dulu pernah ada.
Dinamika pembangunan di Indonesia dalam beberapa tahun belakangan terlihat begitu signifikan majunya, hal ini pun dapat kita lihat dari sikap yang diambil oleh negeri paman sam yang menyatakan Indonesia termasuk dalam status negara maju bersama dengan beberapa negara lainnya, seperti Malaysia,Thailand, serta beberapa negara di afrika seperti Zimbabwe, dan Ethiopia. Walau pernyataan sikap itu masih bertolak belakang dengan apa yang diambil oleh beberapa organisasi di dunia seperti WTO dan IMF, namun paling tidak secara argument kita juga merasakan aggapan negara yang kita cintai dapat merasakan sebagai sebuah negara maju dalam pergaulan internasional.
Namun bukan berarti sebagai negara maju indonesia juga telah mengalami kemajuan yang sangat pesat pula, hal ini masih bisa kita benturkan kepada realita yang dialami oleh masyarakat luas seperti masih banyakanya ketimpangan-ketimpangan sosial, adanya kesenjangan ekonomi, adanya diskriminasi hak, adanya kelompok-kelompok anak muda yang termarjinalkan dalam sisi pendidikan, masih terpeliharanya pemikiran-pemikiran feodal yang mementingkan kepentingan kelompok sendiri daripada kepentingan umum.
Kabupaten bintan sebagai salah satu wilayah yang mendapatkan penghargaan dalam pengelolaan dibidang pendidikan yang diberikan oleh pemerintah pusat beberapa tahun lalu, dan sudah tentu hal ini menjadi sebuah prestasi tersendiri bagi pemerintah kabupaten Bintan melalui Dinas Pendidikan, akan tetapi hal ini juga perlu diperhatikan bahwa esensi dari sebuah pendidikan bukan hanya sebatas coretan angka-angka tentang naik turunnya sebuah grafik yang menggambarkan kondisi anak-anak muda indonesia yang mengalami putus sekolah, bukan juga tentang seberapa banyak alat bantu perlengkapan yang diberikan.
Pembangunan sumber daya manusia melalui peningkatan kapasitas didalam dunia pendidikan menjadi wajib untuk dilakukan jika kita ingin mengkhendaki sebuah wilayah yang maju baik dari sisi daerah maupun masyarakatnya. Seperti rencana yang baru-baru ini digulirkan oleh pemerintah daerah bekerjasama dengan pemerintah pusat bahwa akan melakukan pembangunan sebuah arena sirkuit mobil dirasa kurang tepat, mengingat masih banyak fasilitas pendidikan yang harus ditingkatkan demi menopang kualitas pendidikan, belum lagi persoalan tentang wilayah perbatasan yang acapkali muncul, seperti adanya kesenjangan sosial ditingkat pekerjaan yang didasari oleh kemampuan tenaga lokal yang kurang maksimal, hal ini perlu disikapi secara cermat.
Kabupaten bintan sendiri juga dikenal sebagai salah satu wilayah dengan potensi wisata yang sudah termashur dikalangan dunia internasional, hal ini juga dapat dibuktikan dengan banyaknya event-event berskala internasional yang mampu mengundang para wisatawan asing untuk berkunjung, namun hal ini masih sangat rentan untuk mengalami goyangan-goyang yang datang menghantam perekonomian, dan persoalan ini juga terbukti saat badai pandemic melanda wilayah ini, sehingga pusat pariwisata yang selama ini menjadi tulang punggung perekonomian daerah menjadi kehilangan keseimbangan akibat turunnya tingkat kunjungan wisatawan.
Persoalan seperti ini tentu dapat terhindarkan apabila kita mengutamakan tentang pembangunan daerah berbasis masyarakat melalui peningkatan mutu pendidikan diberbagai sektor, sehingga kita dapat melakukan mitigasi untuk terhindar dari dampak yang diakibatkan oleh pandemic hari ini. Kita lebih sering bergelut dengan angka-angka dan data statistik yang menggambarkan tentang peningkatan wisatawan tanpa memikirkan tentang ilusi yang diberikan kepada masyarakat lokal.
Pembangunan sirkuit tingkat internasional lagi-lagi bukanlah sebuah solusi yag tepat untuk mendongkrak peningkatan pendapatan disektor pariwisata paska pandemic covid-19 yang melanda indonesia hari ini, karena masih banyak angkatan muda indonesia yang berada di wilayah perbatasan seperti di Bintan yang masih memerlukan adanya perhatian seperti masih banyak anak-anak muda yang putus sekolah karena faktor tekanan ekonomi atau faktor lain hal, dan juga masih banyak yang memerlukan adanya bantuan baik dari sisi keuangan, akses serta fasilitas penunjang yang dapat meringankan bukan hanya sebatas beban hidup, tetapi juga guna menaruh harapan untuk menyambung hidup dimasa depan. Seperti adanya pendirian institusi-institusi pendidikan mulai dari tingkatan sekolah dasar hingga perguruan tinggi berskala internasional yang beragam, dan sudah tentu ini akan menjadi penopang yang kokoh dalam tujuan pembangunan wilayah jika kita selalu berkomitmen dalam memajukan daerah.
(Adi Agus Setiawan)