Opini
Sendu Ramadan di Tengah Wabah COVID-19
Wabah covid-19 telah menjadi cerita di setiap penjuru dunia, hari-hari media memberikan informasi terkait wabah ini. Kasus saat ini semakin bertambah entah kapan akan berakahir pandemi corona ini. Semua masyarakat merasakan dampak dari wabah ini. Para dokter dan tenaga medis sedang berjuang memabantu korban yang terinfeksi covid-19 ini dengan mengorbankan waktu bersama keluarga demi menjalankan tugasnya sebagai pahlawan kesehatan, ada yang sembuh dan juga ada yang meninggal dunia.
Dampak besar pandemi corona ini sangat di rasakan oleh seluruh masyarakat Indonesia terutama bagi umat islam. Umat islam saat ini berada di fase yang sangat sedih atau sangat berduka dimana pemerintah mengeluarkan surat edaran untuk tidak melaksanakan ibadah sholat di masjid dan melakukan kegiatan di masjid yang bersifat berkumpul atau massal. Kebijakan ini dibuat agar menekan laju penyebaran virus ini sehingga tidak berkembang di kalangan masyarakat terutam di dalam masjid.
Tinggal menghitung hari lagi umat islam akan menyambut bulan yang sangat mulia, bulan yang di nanti-nanti setahun sekali. Bulan suci ramadhan adalah bulan dimana para umat muslim melaksanakan puasa selama 30 hari dan melaksanakan kegiatan selama berjalannya bulan ramadhan ini seperti buka bersama keluarga dan teman-teman, sholat tarawih, tadarus, membangunkan orang sahur dan kegiatan lainnya. Namun bulan ramadhan tahun ini menjadi sebuah cerita duka untuk umat islam karena semua berbanding terbalik terhadap apa yang di harapkan. Kementerian agama telah mengeluarkan surat edaran agar tidak melaksanakan sholat tarawih di masjid melainkan di laksanakan di rumah masing-masing buka bersama, tadarus yang biasanya dilakukan sehabis sholat tarawih di masjid sekarang hanya di rumah atau bersifat tadarus online.
Ramadhan kali ini di rasakan sangat sendu dan sedikit berbeda dari bulan ramadhan sebelumnya. Penuh dengan duka, penuh dengan tangisan, dan penuh dengan kegundahan. Masyarakat Indonesia terutama umat islam merasakan pahit yang sangat kuat. Ketakutan menghantui semua menjadi berubah. Semua berharap pandemi ini bisa hilang sebelum bulan ramadhan menanti. Terkhusus lagi bagi yang ingin melakukan kegiatan mudik menyambut hari raya idul fitri harus tertunda dulu untuk tahun ini. Hanya sebuah telepon genggam yang menjadi alat pemecah rindu dengan keluarga di kampung halaman. Transportasi untuk perjalanan mudik harus terhenti karena banyak kasus dan ada beberapa daerah yang sudah mamasuki zona merah dan melakukan PSBB.
Mari bersama-sama kita mendoakan agar wabah ini cepat berlalu dan seluruh masyarakat Indonesia tetap patuhi aturan pemerintah. Kita sama-sama menjaga keluarga, menjaga daerah kita, menjaga negeri kita agar semua musibah ini tak terjadi lagi. Kesedihan akan berubah menjadi kebahagiaan. Keterpurukan akan menjadi keindahan.