Opini
Vannamei Intensif Di Bak Beton (VITON)
Salah satu strategi untuk realisasi target peningkatan produksi udang Vannamei nasional hingga 250% di tahun 2024 adalah dengan melakukan peningkatan jumlah lahan produksi yang dilengkapi dengan perbaikan sistem manajemen produksi. Pemeliharaan udang Vannamei secara intensif yang dilakukan di bak beton (VITON) dapat dijadikan salah satu alternatif strategi selain metoda konvensional yang umum digunakan saat ini.
Berdasarkan data Food and Agricultural Organization (FAO), produksi budidaya udang Vannamei secara umum dapat dikategorikan menjadi 3 (tiga) sistem: (1) Sistem tradisional atau ekstensif (2) Sistem semi-intensif; dan (3) sistem intensif. Faktor yang secara signifikan membedakan masing-masing sistem pemeliharaan adalah jenis tambak/kolam yang digunakan, input pakan, padat tebar, pengelolaan air, modal usaha, dan jenis teknologi yang diaplikasikan. Sistem tradisional memiliki karakteristik padat tebar yang lebih rendah dibandingkan dengan semi-intensif dan intensif, dan juga minim input suplemen pakan dan sangat mengandalkan ketersediaan pakan alami untuk mendukung pertumbuhan udang. Sistem semi-intensif memiliki padat tebar yang lebih tinggi dibandingkan sistem ekstensif dengan kombinasi pakan alami dan buatan untuk mendukung carrying capacity media pemeliharaan. Namun produktivitas yang dihasilkan masih terhitung cukup rendah. Untuk sistem intensif sendiri, selain padat tebar yang lebih tinggi dibandingkan dengan kedua sistem lainnya, beberapa teknologi mulai dari teknologi pakan, manajemen kualitas air hingga kepada pengguaan teknologi 4.0 untuk manajemen data sudah mulai diaplikasikan. Tujuan utama adalah meningkatkan produktivitas dan efisiensi produksi. Pada makalah ini, penulis coba mengurai beberapa input teknologi yang dapat digunakan sebagai pendukung optimalisasi produksi udang Vannamei yang dilakukan secara intensif di bak beton (VITON) yang dikembangkan di Batam, dimulai dari teknologi pendederan (nursery), manajemen pemeliharaan yang meliputi penggunaan nozzle venture dan disc diffuser untuk peningkatan kualitas air dan aplikasi 4.0.
- Teknologi Nursery
Sistem nursery merupakan bagian yang tidak terpisahkan untuk mendukung optimalisasi VITON. Tujuan utama dari sistem ini adalah untuk meningkatkan kondisi kesehatan, fisiologis dan laju pertumbuhan udang yang akan digunakan untuk proses perbesaran. Aplikasi sistem nursery juga menjadikan petambak lebih mudah untuk melakukan screening awal dengan hanya menggunakan benih udang yang bebas penyakit dan memiliki performa pertumbuhan yang lebih baik. Manfaat lain dari penggunaan teknologi nursery ini adalah menjadikan benih yang digunakan mendapatkan kebutuhan nutrisi spesifik yang diinginkan serta dapat meningkatkan efisiensi pemeliharaan. Rekayasa nutrisi akan lebih mudah dilakukan di sistem nursery dan menjadi faktor pembeda dengan metode konvensional lainnya sehingga durasi pemeliharaan di bak perbesaran nantinya akan menjadi lebih singkat dengan tingkat kelulushidupan yang lebih baik. Untuk pada tebar di bak nursery bisa dilakukan dengan kepadatan 6000 – 9000 PLs/m3 dengan berat awal 0.01 – 0.03 g. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemanfaatan teknologi nursery ini adalah tinjauan manajemen produksi dan carrying capacity lingkungan bak pemeliharaan selama masa pemeliharaan hingga akhirnya mendapatkan ukuran benih udang yang diinginkan. Proses pemindahan dengan minimalisasi proses handling dan aklimatisasi yang baik juga menjadi faktor penting untuk diperhatikan agar potensi stress yang berujung pada mortality benih udang ketika dimasukkan kedalam bak pembesaran dapat berkurang secara signifikan.Gambar 1. Proses pemindahan dan penghitungan udang dari bak nursery (kiri) dan aklimatisasi benih di bak pembesaran (kanan).
- Manajemen pemeliharaan
Persiapan bak, pergerakan air, manajemen pakan dan air serta proses oksigenasi merupakan bagian penting dalam sistem VITON. Persiapan bak dimulai dari proses sterilisasi bak dan air yang akan digunakan. Inokulasi alga Nannochloropsis sp yang dipadukan dengan Thalassiosira sp yang merupakan jenis diatom dengan kandungan protein cukup tinggi selama masa persiapan juga menjadikan udang tumbuh lebih baik. Konsentrasi 104 sel/mL dari kedua campuran alga tersebut menjadi indikator yang baik sebelum udang ditebar di bak perbesaran VITON. Untuk efisiensi pakan, sistem bioflok juga dapat diintegrasikan guna mendukung optimalisasi produksi dalam sistem VITON. Untuk hasil yang optimal, proses fermentasi dapat dilakukan secara rutin dimulai dari 2 minggu sebelum penebaran udang dilakukan. Komponen fermentasi yang dapat digunakan terdiri atas bekatul, bakteri probiotik, molase dan enzim yang difermentasi secara anaerob dan aerob selama 48 jam. Proses penebaran hasil fermentasi dapat dikombinasikan dengan penebaran alga selama fase persiapan bak.
Gambar 2. Venturi nozzle untuk produksi microbubble (kiri) dan penggunaan Disc diffuser (kanan) untuk optimalsisasi sistem oksigenasiSelama masa pemeliharaan, tentu level oksigen terlarut diharapkan selalu berada dalam kondisi optimal. Untuk sistem oksigenasi yang baik, penggunaan Venturi nozzle merupakan cara yang cukup efektif untuk melakukan suplai oksigen kedalam bak VITON. Kombinasi dengan Disc diffusers akan menghasilkan sistem oksigenasi yang lebih efisien karna memiliki pori yang lebih kecil dibandingkan oksigen difuser konvensional. Untuk mendukung sirkulasi air dan optimalisasi kedua sistem ini, penggunaan airlift atau kincir mini sangat direkomendasikan sebagai tambahan dalam sistem VITON. Berdasarkan pengamatan, kombinasi Venturi nozzle, Disc diffusers dan kincir mini mampu meningkatkan konsentrasi oksigen dalam media pemeliharaan sebesar 15-20% dan produktivitas udang sebesar 50 – 60% dibandingkan dengan sistem aerasi konvesional yang umum digunakan.
Sistem VITON akan berjalan baik bila manajemen kualitas air dan pakan dilakukan secara rutin dan kondisi lingkungan tidak melebihi carrying capacity yang dapat ditolerir oleh Vannamei. Penggantian air menjadi rutinitas penting yang harus dilakukan bila konsentrasi unsur toksik seperti Ammonia (NH3-N), Nitrit (NO2-N) dan Sulfida (S2-) meningkat melebihi batas toleransi maksimum. Pergantian air juga dilakukan kalau terjadi blooming alga yang dapat dengan cepat mereduksi konsentrasi oksigen terlarut dan mempengaruhi beberapa parameter kualitas air lainnya. Bila dipadukan dengan teknologi bioflok, perubahan warna air dapat menjadi indikator penting keberhasilan sistem yang dikembangkan. Akhirnya, penerapan teknologi 4.0 melalui manajemen data dengan mengintegrasikan seluruh data produksi kedalam satu sistem akan semakin memudahkan sistem pemeliharaan dengan metoda VITON. Ketertelusuran dan akurasi data menjadi sangat penting untuk melakukan penentuan arah produksi. Beberapa sistem manajemen data saat ini sudah banyak tersedia, seperti: JALA, AquaEasy, IQuatics dan lainnya untuk memudahkan kita melakukan analisis tentang sistem budidaya yang kita lakukan dan beberapa apps juga memberikan prediksi pertumbuhan dan waktu yang tepat untuk melakukan panen. Semua teknologi ini ketika digunakan dengan baik dan konsisten akan memberikan hasil yang optimal.
- Hambatan
Seperti halnya masalah yang timbul ketika melakukan sistem pemeliharaan dengan kepadatan tinggi, keterlambatan dalam melakukan identifikasi perubahan kualitas air dan melakukan pergantian air ketika loading kotoran, sisa pakan, bahan organik dan partikel terlarut yang bersifat toksik semakin meningkat, menjadi faktor penghambat utama dalam sistem produksi VITON. Kegagalan dalam menjalankan minimalisasi handling ketika transfer udang dari bak nursery ke bak perbesaran juga menjadi salah satu faktor penghambat sekunder kegagalan produksi akibat kesalahan dalam menentukan biomass yang berujung pada kesalahan penentuan jumlah pakan yang tepat (Over feeding) sehingga mempercepat degradasi kualitas lingkungan.
Analisa Ekonomi Sederhana VITON
Tabel 1. Investasi VITON ukran 8 x 8 m dan kedalaman 120 cm
Investasi | Total (IDR) | |
1 | Konstruksi beton, instalasi air dan sistem aerasi | 30.000.000 |
2 | Root blower (1 unit) | 15.000.000 |
3 | Pompa 2 inchi (1 unit) | 3.000.000 |
4 | Kincir Minipadd (1 unit) | 3.750.000 |
5 | Nozzle Venturi (4 unit) | 600.000 |
6 | Disc Diffuser (5 unit) | 500.000 |
7 | PLN + Genset emergency | 5.000.000 |
Total | 57.850.000 |
Tabel 2. Data analisis usaha budidaya dengan sistem VITON kepadatan 600 PL/m2 per 1 bak beton ukuran 8 x 8 m kedalaman 120 cm
Modal kerja | Total (IDR) | |
1 | Benur F1 (600*64 = 38,400) @70 (Batam) | 2.688.000 |
2 | Pakan FCR 1.5 @15,000/Kg | 13.500.000 |
Target produksi SR 80% size 50 = 600 Kg | ||
3 | Fermentasi + enzim | 5.000.000 |
4 | Pekerja 3 bulan (1 kolam) | 2.500.000 |
5 | Listrik + BBM | 1.500.000 |
Total | 25.188.000 | |
Panen 600 Kg * IDR 70,000/Kg | 42.000.000 | |
Pendapatan bersih/bak/siklus | 16.812.000 |
Oleh:
Dr. ROMI NOVRIADI, M.Sc1
(Wakil Ketua Masyarakat Akuakultur Indonesia)