Opini
Pendidikan Dari Pandemic
Pandemic covid-19 merupakan sebuah wabah penyakit yang telah menyebar ke berbagai penjuru dunia, apakah negara tersebut merupakan negara maju, negara berkembang atau bahkan negara yang tertinggal atau terancam bubar jalan akibat satu dan lain faktor baik tekanan dari dalam negeri atau kalah bersaing dari negara-negara lain dalam kompetisi global. Dan kali ini indonesia sebagai salah satu negara berkembang yang naik setingkat beberapa waktu lalu menjadi negara maju menurut negeri paman sam tersebut tentu tidak dapat menghindar atau berlindung dari serangan yang menakutkan dari virus tersebut.
Bayangkan jika hari ini saja para raksasa eropa seperti negara Italia, Spanyol bahkan America yang sejatinya merupakan negara-negara maju dan memiliki tingkat kualitas kesehatan yang baik saja porak-poranda akibat serangan covid-19 ini, tentu sudah bisa kita bayangkan bagaimana kondisi yang dirasakan oleh negara-negara berkembang bahkan negara terbelakang diberbagai penjuru dunia dalam memerangi serangan virus covid-19 ini. Hal ini dipicu dari tingkat kesadaran dan kepekaan masyarakat terhadap ancaman wabah yang masih terbilang cukup rendah, kondisi ini juga ditambah dengan tingkat edukasi secara vertical tidak berjalan dengan baik serta kurang optimalisasi.
Menyoal tentang edukasi secara vertical, beberapa hari yang lalu kita semua masyarakat indonesia terutama dari kalangan pelajar dan mahasiswa ramai-ramai berlomba untuk membuat sebuah unggahan berisi foto kemudian disertai dengan kata-kata yang nantinya akan menjadi sebuah rangkaian kalimat demi kalimat indah nan romantis dalam rangka memperingati hari pendidikan nasional, sebuah hari yang sebagian besar masyarakat Indonesia mempercayai bahwa ini merupakan hari besar bagi bangsa Indonesia.
Bagi sebagian masyarakat indonesia, terlepas dari besar ataupun kecilnya ukuran kelompok masyarakat yang sepakat atau tidak, namun hal ini harus kita akui bahwa pendidikan merupakan sebuah alat untuk merubah sebuah nasib suatu kaum diatas permukaan bumi. Sehingga tidak salah jika ada istilah yang mengatakan bahwa “Alam raya sekolahku, semua orang adalah guru”, begitulah bunyi sebuah pepatah lama yang sampai hari ini masih sangat relevan untuk kita jadikan prinsip hidup bagi sebagian besar kaum muda, seperti Generasi Millennial maupun Generasi Z yang saat ini tumbuh dan berkembang secara beriringan.
EDUDAY UNTUK SIAPA
Sejarah bangsa indonesia mencatat bahwa 2 Mei merupakan tanggal kelahiran seorang anak manusia yang kelak akan menjadi salah satu tokoh bangsa, seorang anak Indonesia yang memiliki dedikasi yang begitu tinggi terhadap dunia pendidikan pada masa colonial, dan untuk menghargai semua dedikasi yang diberikan itulah mengapa 2 Mei ditetapkan sebagai Hari Pendidikan Nasional dan anak indonesia yang bernama Raden Mas Soewardi Soerjaningrat atau lebih dikenal dengan Ki Hajar Dewantara sebagai bapak Pendidikan Nasional.
Sepenggal paragraph yang dituliskan diatas tidak akan cukup dalam mengupas sejarah dunia pendidikan di negeri ini, paragraph di atas hanya titik diatas ribuah tinta-tinta ketauladanan yang mengisi seluruh lapisan kertas-kertas pengetahuan yang mewarnai kehidupan anak-anak muda indonesia sampai hari ini.
Berbicara hari pendidikan di tengah hantaman gelombang covid-19 merupakan fenomena yang menarik, hal ini juga semakin unik karena persaingan global hari ini mengkhendaki seluruh negara-negara di dunia harus memiliki kompetensi sumber daya manusia di bidang teknologi serta dapat melakukan percepatan adaptasi terhadap revolusi industry 4.0 sebagai konsekuensi atas pesatnya kemajuan dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
Menyikapi fenomena dalam dunia pendidikan tentu bukan menjadi hal yang asing bagi masyarakat umum ketika mendengar istilah “Biaya berbanding lurus dengan tingkat kualitas”, yang berarti bahwa tingkat kualitas sebuah pendidikan manusia hari ini berbanding lurus apabila biaya yang dikeluarkan juga cukup menguras keringat. Jika kita tidak memiliki kelenjar keringat yang cukup banyak untuk membasahi tubuh, maka kita hanya memiliki tingkat pendidikan yang biasa-biasa aja atau bahkan dibawah kadar kebiasaan orang-orang biasa, seperti perbandingan sebuah sepeda ontel milik pak Tani yang dipacu di atas jalan berlumpur menjual gabah demi harga yang murah dengan tarikan pedal gas mobil pajero sport Pejabat daerah di atas aspal jalan tol yang bebas hambatan dari gerobak bakso pentol.
Kembali menyoal tentang pendidikan ditengah euforiah hari pendidikan tentu kembali juga kita bercermin tentang wajah pendidikan hari ini yang semakin keluar dari makna pendidikan itu sendiri, walau tidak bisa dipungkiri juga bahwa ada beberapa perubahan yang cukup baik, namun bukan berarti kita harus bersyukur dan berbangga atas apa yang dilakukan oleh para pemangku kebijakan, justru karena itu merupakan kewajiban bagi mereka-mereka para pejabat publik untuk membawa perubahan lebih baik.
Di tengah pandemic covid-19 para tenaga pendidik, sebuah istilah baru untuk menggantikan penggunaaan kata guru dalam dunia pendidikan hari ini terasa begitu sulit, ditengah kurangnya fasilitas pembelajaran, baik dari kurangnya kompetensi tenaga pendidik sampai dengan alat peraga mauput perangkat pembelajaran sebagai media interaksi, para tenaga pendidik juga harus disibukkan dengan laporan-laporan yang bersifat administrative, apakah itu laporan pendanaan honorarium atau bantuan operasional bagi sekolah-sekolah ,
Belum lagi tentang persoalan tentang peserta didik yang memiliki karakter yang berbeda-beda di tambah dengan semakin besarnya pengaruh negatif budaya asing yang merasuki cara-cara berfikir anak muda hari ini. Hal ini belum ditambah dengan adanya kegagapan baik dari peserta didik maupun dari tenaga pendidik dalam bertransformasi menjadi manusia digital selama belum meredanya pandemic covid-19 di indonesia,
Pemerintah pusat sampai hari ini selalu mengambil sebuah kebijakan dari berbagai dimensi kehidupan bernegara hanya melalui sudut pandang ibu kota negara, terlepas apakah didaerah tingkat satu ataupun dua sulit untuk diterapkan, itu persoalan kesekian. Persoalan pendidikan ditengah pandemic covid-19 sejatinya tidak bisa dianggap sebagai sebuah permasalahan yang lumrah dan biasa, ini merupakan sebuah ancaman bagi tumbuh dan kembangnya suatu bangsa. Jika persoalan pendidikan diselesaikan hanya dengan menggunakan program bebas kelaparan, lantas apa gunanya pengorbanan Bung Hatta sang tokoh proklamator bangsa kita menahan sakit dan lapar demi menambah pengetahuan didalam alam semesta.
Penulis
Adi Agus Setiawan
Aktivis Bintan Education