Opini
Selamat Jalan Walikota, Guru dan Ulama Kami
Ketua PGRI itu mendatangi Koran Peduli di Jalan Pemuda. Mengklarifikasi berita soal guru SMAN4 Tanjungpinang. Sebagai Ketua PGRI, Ia berusaha membela anak buahnya semua guru di Tanjungpinang. Mulai guru SD hingga guru SMA.
Ternyata inilah jejak rekam yang nantinya mengantar almarhum Syahrul menjadi orang nomor satu di Kota Gurindam di tahun 2018.
Adalah Lis Darmansyah, Wakil Ketua DPRD Provinsi Kepri saat itu mengajak Syahrul seorang pendidik. Kepala sekolah SD Teladan untuk menjadi wakilnya. Suara guru akan bulat mendukung jika Syahrul dipilih jadi wakil. Dan suara tokoh ulama juga akan mendukungnya selain dari suara guru guru yang berjumlah ribuan.
Dan pilihan itu tidak salah. Suara pasangan ini menang banyak dari lawannya tiga pasang lainnya. Lis Syahrul menduduki jabatan kepala daerah. Selama pemerintahan, sebagai wakil Syahrul memposisikan diri sebagai wakil. Mengisi kekosongan ketika walikota berhalangan.
Ketika pilkada 2018, Syahrul menyatakan ikut Pilkada Tanjungpinang. Inilah masa ketika saya harus menjaga tidak berpihak ke mana mana. Sebagai penyelanggara pilkada tentu harus tegak lurus ke atas sesuai dengan aturan yang ada. Harus adil ke semua peserta.
Ada ketika momentum yang kami harus menolak PKS sebagai partai pengusung ketika mengantarkan pasangan Syahrul Rahma ke KPU. Pembicaraan dengan seluruh tim bagaimana cara memasukan PKS sebagai partai pengusung. Karena Syahrul Rahma hanya diusung dua partai yakni Golkar dan Gerindra yang sudah memiliki dukungan dari DPP Partai masing masing. Sementara PKS belum membawa surat dukungan dari DPP PKS.
Setelah diskusi di dalam ruangan, akhirnya Syahrul dan Rahma memahami aturan yang ada. Sepakat kedua partai itu saja yang bisa dijadikan pengusung. Sementara PKS tidak tercatat sebagai pengusung bersama partai lainnya termasuk PKB. Partai Golkar dan Gerindra lah nanti yang bisa mengusung calon pengganti Rahma sebagai wakil walikota. Rahma akan melanjutkan kepemimpinan pasca Syahrul berhalangan tetap.
Ketika itu saya melihat sosok Syahrul figur yang tegar. Tidak ada protes. Toh kami memang bertetangga. Setelah proses administrasi selesai, saya pun tanda tangan menerima berkas pencalonan. Cium pipi kiri dan kanan sebelum pamit meninggalkan kantor. Saya lega. PKS pun menerima dengan lapang dada.
Pasangan ini diterima. Proses pencalonan lancar. Pun ketika saya harus menyampaikan penggunaan gelar sebagai Sarjana Pendidikan SD. Atau disingkat SPd.SD. Karena gelar akan dipakai di alat peraga kampanye yang KPU siapkan baik spanduk, baleho, hingga debat publik. Dari tempat duduknya di ruang rapat kantor, samping kanan saya, beliau suka rela menyetujui SPd.SD sebagai gelar resmi diperoleh di Universitas Terbuka. Kalau ditulis, Syahrul SPd.SD. Bukan SPd.
Sampai di hari, ketika Syahrul ditetapkan KPU menjadi pemenang dengan unggul tipis dari Lis Darmansyah, dan dilantik kami pun tidak hadir. Karena memang tidak diundang. Ucapan selamat ketika ketemu beliau di masjid Assakinah. Masjid perumahan kami.
“Terima kasih abang sampaikan atas proses pilkada yang baik dan sukses,” katanya ketika ketemu di masjid. Para jamaah pun menyaksikan bincang santai selesai berjamaah.
Walaupun tidak mengetok palu kemenangan. Karena periode saya sebagai penyelenggara sudah selesai. Praktis pertemuan jarang juga terjadi. Hanya sesekali di masjid.
Bang Syahrul sampai akhir hayatnya tetap seorang guru dan juga pendidik. Puluhan tahun dia habiskan umurnya menjadi pendidik dibandingkan menjadi politisi. Ketika namanya termasuk salah satu calon wakil gubernur di pilkada 2020, maka itu bukan pilihan yang salah. Ia dianggap mewakili suara Islam dan ulama.
Seorang pendidik kharismatik. Ucapannya membuat kita cepat memahami. Dilengkapi dengan pemahaman agama yang baik, maka Ia walikota dalam alam demokrasi, dan juga imam bagi warga Tanjungpinang. Lengkap dari sisi ilmu agama menjadi pemimpin. Bisa menjadi imam, bisa menjadi muazin, bisa menjadi khatib, hingga menjadi pemandi jenazah dan memimpin doa jenazah. Bahkan menjadi pemantun ketika mengantar pengantin. Ya, mungkin perlu waktu lama Tanjungpinang atau di Kepri lahir pemimpin serba bisa baik dari agama, kebudayaan, hingga insting politik yang baik. Ia tahu kapan waktu yang tepat bertindak.
Suara azan merdu Syahrul di RRI diputar saat berbuka puasa tahun ini seperti sebuah tanda tanda perpisahan Ia dengan masyarakat Tanjungpinang. Tapi itulah suara terakhir Ia memanggil warga Tanjungpinang agar menunaikan salat. Menjemput kemenangan. Karena awal Ramadan kali ini, suara azan sedikit berubah lirik agar salat di rumah. Karena wabah, ya karena wabah. Syahrul juga membuat himbauan agar masjid di Tanjungpinang tutup karena sayangnya pemimpin kepada ummat.
Suara azan magrib yang merdu itu spesial dibuat untuk warga Tanjungpinang. Ketika ia masih kuat. Seolah olah itulah kebiasaan baik karena ia sering melafazkan azan dari remaja hingga harus pergi untuk selamanya. Dan meninggalkan suara yang merdu. Saya yang masih muda saja, tak sanggup untuk bisa menyamai azan semerdu itu. Lagi lagi, itu azan terakhir dari hamba yang cinta dengan Rab- nya. Diteriakkan dengan semangat terakhir. Walaupun Ia tak tahu apakah itu azan direkam sebagai suara perpisahan.
Ya, kita akan ingat, kebiasaan baik di masa hidup akan muncul ketika detik detik mengakhiri masa di hidup di dunia fana. Ustadz Syahrul biasa azan ketika masa hidupnya. Dan Allah akhiri masa hidupnya dengan azan yang berkumandang di seluruh RRI Tanjungpinang sebagai tanda berbuka. Ia mengajak ummat muslim menemui Sang Pencipta melalui salat.
Kita di Kepri tidak pernah memiliki pemimpin sekaligus ulama. Itulah yang membuat Syahrul dirindukan sepanjang masa negeri Melayu. Ia politisi yang santun, dan juga ulama yang kenyang dengan pengalaman spiritual. Dididik sejak remaja cinta dengan masjid. Karena Ia memang pengurus remaja masjid. Hingga akhir hayatnya masih menjadi pengurus masjid.
Saat remaja masjid Assakinah meresmikan pesantren kilat, Bang Syahrul selalu menyempatkan hadir membuka acara. Petuah, motivasi kepada remaja masjid selalu Ia sampaikan. Karena pesantren kilat untuk remaja masjid seperti mengembalikan kisah Syahrul muda puluhan tahun lalu. Tatkala Syahrul muda masih menjadi panitia setiap Ramadan di masjid raya Al Hikmah Tanjungpinang.
Ia dengan fasih menceritakan kisah kisahnya bagaimana menjadi remaja masjid. Dengan tujuan memotivasi anak anak muda di masjid untuk dekat dengan masjid. Jadilah pemuda yang rindu masjid. Hati yang selalu terpaut dengan masjid. Biasanya anak anak remaja serius mendengarkan arahan orang nomor satu Tanjungpinang itu. Ramadan kali ini, kebiasaan itu hilang. Tak ada kata sambutannya. Bahkan ia biasa mengisi kultum singkat Ramadan di masjid.
“Saya ini hanya mengganti penceramah yang tak hadir,” ujarnya merendah. Jamaah pun tertawa. Karena jamaah bangga, tetangga yang sederhana itu adalah pemimpin tertinggi di Tanjungpinang. Bukan orang biasa. Bagi anak anak, buku absen mereka akan tertera penceramah pengganti adalah Syahrul.
Ketika kami dari Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI ) Tanjungpinang menemuinya, Syahrul juga pernah menjadi pengurus ICMI ketika Habibie menjadi Ketua Umum.
Dan corona virus menyebabkan jiwa dan raganya menjadi lemah. Sang Panglima Perang gugur ketika daerahnya perang melawan korona. Sebagai rakyat, haruslah kita patuh kepada imbauan pemerintah: diam di rumah, pakai masker, jaga jarak. Kepada penerus Syahrul, ambilah kebijakan yang tepat agar tak banyak korban lagi di Tanjungpinang. Jangan tambah lagi tetesan air mata karena ada meninggal karena korona.
Sungguh cobaan itu berat. Tapi Ia ditakdirkan wafat dalam keadaan syahid. Hamba Allah istimewa diwafatkan dalam syahid. Di waktu yang paling istimewa bulan Ramadan. Bang Syahrul salah satunya. Selamat jalan Walikota, guru dan ulama kami. Suatu saat kami pun akan menyusul mu balik kampung akherat yang abadi itu.
Robby Patria
Warga BLK C.