
Opini
Kecenderungan Pandangan Masyarakat Pribumi Asli Atas Pengaruh Masyarakat Etnis Tionghoa Terhadap Perekonomian Di Indonesia
Kemajuan sebuah Negara salah satunya ditentukan dari kekuatan ekonomi yang menjamin kesejahteraan masyarakatnya. Dengan kata lain, jika ingin mengetahui tingkat kemajuan suatu Negara, kita bisa melihat dari pendapatan perkapita. Semakin besar pendapatan suatu Negara dengan diimbangi jumlah penduduk yang tidak terlalu banyak maka rata-rata pendapatan perkapita penduduk mencapai angka maksimal. Namun permasalahannya disini adalah jumlah penduduk yang cukup banyak di Indonesia ini sangat menyulitkan suatu Negara untuk mencapai pendapatan perkapita yang maksimal.
Dalam hal ini perlunya kerjasama seluruh masyarakat Indonesia untuk turut serta membangun perekonomian di Indonesia. Seperti halanya masyarakat etnis tionghoa yang berada di Indonesia dan menjadi warga Negara Indonesia. Peranan Masyarakat etnis Tionghoa memang sangat dominan dalam perekonomian di Indonesia, segala sektor pasar, industri, maupun laut hampir semua dikuasai oleh masyarakat etnis Tionghoa. Sebagaimana kita ketahui masyarakat etnis Tionghoa sangat berpengaruh dalam mengatasi pengangguran yang ada di Indonesia.
Namun di Indonesia ini yang poli-etnis yang terdiri dari banyak suku, budaya dan bahasa mampu membentuk identitas nasional yang merekatkan warganya dalam kepentingan bersama. Disini, Indonesia juga harus akomodatif terhadap para imigran yang datang dengan model pluralisme budaya di dunia lama, meski masih menunjuk beberapa persoalan identitas dan pengakuan terhadap kehadiran mereka. Dan yang paling menonjol dalam permasalahan ini adalah pengakuan terhadap etnis-nation tionghoa, meskipun kehadiran etnis ini sudah berabad-abad lalu dan (seharusnya) sudah terintegrasi dalam multinational state, Indonesia.
Masyarakat etnis tionghoa sebenarnya sudah hadir berabad-abad lalu. Mereka melebur menjadi ‘warga setempat’ yang memiliki pasang-surut sejarah panjang, meski tak selalu mulus. Sebab, adalah suatu fakta sejarah yang tak terbantah , bahwa warga etnis tionghoa adalah pendatang (terlepas dari kenyataan bahwa kedatangannya terjadi berabad-abad lampau, sehingga keberadaannya bukan lagi hal baru). Fakta sejarah ini tidak bisa dihapus dan harus di terima sebagai bagian integral kehidupan masyarrakat etnis tionghoa di Indonesia. Etnis tionghoa harus diterima secara ihklas untuk membagun Indonesia yang lebih baik, karena mereka sudah menjadi bagian integral bangsa Indonesia.
Mereka mempunyai jaringan perdagangan di Asia tenggara dan potensi ini harus dimanfaatkan sebaik-baiknya demi kemajuan bangsa dan Negara. Seperti yang dicatat oleh Fujitsu Research di Tokyo (Naisbitt, 1997:19-20) yang mengamati daftar perusahaan-perusahaan di enam negara kunci di Asia, didalamnya di gambarkan betapa perusahaan-perusahaan tersebut secara mayoritas dikuasai oleh etnis tionghoa perantauan, misalnya, Thailand sebanyak 81% , singapura sebanyak 81% , di Indonesia sendiri sebanyak 73% dan lain-lain. Dan masih banyak yang bisa kita manfaatkan dari keberadaan etnis tionghoa. Misalnya contoh-contoh nyata dalam bekerja yang bisa kita tiru dari etnis tionghoa dalam memajukan suatu perekonomian:
Pertama : usaha keras, berani mencoba dan tak takut gagal, mulai dengan apa adanya; Kedua : mengumpulkan informasi dan selalu belajar; Ketiga : melakukan perencanaan; Keempat: membina relasi; Kelima : kemampuan administratife dan inventory control; Keenam : kemampuan pemasaran; Ketujuh : mendelegasikan; Kedelapan: mendiversifikasi; Kesembilan: mengolah keuangan.
Dari kesembilan ini apabila kita bisa menjalankan sebagaimana mestinya maka esok dengan perlahan perekonomian Indonesia akan membaik. Perlu diketahui Etnis Tionghoa selama ini sungguh sangat membantu sepak terjang perekonomian di Indonesia banyak hal yang sudah dilakukan etnis tionghoa kalau kita ungkit sejarah pada masa orde baru sebagai rezim pemerintah berlabel republik terlama didunia, berhasil membuka kran bagi warga tionghoa perawakan untuk sikit bernafas lega , mesti angin pasca PKI masih sesekali berhembus dan berimplikasi pada kehidupan mereka sehari-hari.
Namun, hubungan antara pemerintah dengan para pengusaha kakap asal tionghoa menjadikan mereka mendapat tempat yang layak dikalanagan birokrasi pemerintah, dan sedikit mampu mempengaruhi kebijakan pemerintah, khususnya dibidang ekonomi. Sebelum akhirnya orde baru tumbang pada Mei 1998, dan berganti kepada era-reformasi. Disana sudah muncul kepemimpinan tionghoa peranakan yang berhasil menjabat sebagai salah satu menteri yang paling strategis. Kwik Kian-Gie, sosok warga tionghoa yang berhasil menduduki jabatan strategis pada pemerintahan megawati soekarno putri . sebenarnya, kalau dikatakan warga Tioaghoa memiliki loyalitas terhadap Indonesia.
Sudah terbukti dari sikap mereka turut dalam memperbaiki kondisi perekonomian Indonesia pasca kemerdekaan. Para investor asing terutama Tionghoa. Sudah lama berkecimpung di tengah arus pasar bebas. Selain itu, cukup bnayaknya warga Tionghoa yang mampu berasimilasi dalam kehidupan mereka di masyarakat, hidup menyatu dengan masyarakat Indonesia. Mengakui kedaulatan Negara Indonesia dengan bersedia menjadi warga Negara Indonesia dengan menggunakan prasyarat yang telah di buat pemerintah . loyalitas merekapun Nampak pada kesediaan mereka menggunakan bahasa Indonesia dan segala atribut nasional Indonesia, melakukan pendidikan yang bercampur dengan pribumi, sebelum akhirnya ada juga diantara mereka yang enggan bersekolah di negeri dan lebih memilih bersekolah di swasta , yang diketahui hanya merupakan bentuk pencarian kearah pendidikan formal.
Saat ini tidak ada yang mesti dikwatirkan mengenai kondisi warga Tionghoa yang sudah berpuluhan tahun berdomisili di Negara Indonesia. Loyalitas tidak semata diukur dengan kemampuan mereka mempelajari dan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, namun etnis Tionghoa menjadi unsur tepenting dalam proses pembangunan bangsa Indonesia kearah perubahan dan perbaikan. Itu bagian dalam proses mengisi pembangunan di Indonesia, dari aspek ekonomi, politik, dan kebudayaan.
Tionghoa menjadi identitas yang utuh dalam kebudayaan Indonesia, sebagai bagian multikulturalisme dalam berbangsa. Jadi tidak ada alasan lagi untuk tidak menerima masyarakat etnis tionghoa berpolitik dalam membangun Indonesia menjadi yang lebih baik di ranah perekonomian karena Indonesia adalah keberagaman yang tetap satu, menjunjung tinggi toleransi antar agama, etnis, adat istiadat, kedaerahan. Walaupun dia seorang pemimpin dari etnis mana saja yang penting dia Warga Negara Indonesia yang Sah dan memiliki cita-cita yang sama di tanah air Indonesia dan tidak menimbulkan perpecahan yang terjadi di Negara Kesatuan Republik Indonesia karena seluruh Warga Negara Indonesia memiliki hak dan kewajiban yang sama untuk tercapainya keadilan dalam bermasyarakat.
Namun pemikiran kita sebagai pribumi seringkali mengingat masa lampau yang negatif tentang etnis Tionghoa sehingga proses solidaritas antar etnis menjadi terhambat karena masyarakat pribumi belum bisa menerima keberadaan etnis Tionghoa dikarenakan bangsa Indonesia merasa seolah-olah terjajah oleh etnis Tionghoa. Bangsa Indonesia ingin Negara ini dikuasai oleh penduduk pribumi. Namun pemikiran seperti ini keliru dikarenakan kita memiliki semboyan yang harus di mengerti “Bhineka tunggal ika” artinya berbeda-beda namun tetap satu jua. Semua boleh beda namun selalu diingat tujuan bangsa Indonesia itu sama tidak ada bedanya seperti layaknya etnis Tionghoa mereka berhak mengeksploitasi segala pendapat dan kemampuan mereka dalam bidang apapun karena secara sipil mereka telah tercatat sebagai warga Negara yang Sah dimata Undang-undang berarti kita punya tujuan yang sama membangun bangsa Indonesia.
Jadi jangan ada keraguan diantara kita sebagai bangsa Indonesia yang memegang erat nilai dasar Pancasila. Kalau kita mengingat sejarah betapa pentingnya peran etnis Tionghoa mungkin kita bisa sadar akan keberagaman ini salah satunya seperti Nama Sie Kok Liong memang sangat jarang didengar oleh masyarakat Indonesia, namun Sie Kok Liong merupakan seorang warga Tionghoa yang menyewakan rumahnya bagi para pemuda dalam menyelenggarakan sumpah pemuda perkembangan bangsa Indonesia. Dan Universitas Trisakti yang kini menjadi salah satu universitas terkenal di Indonesia juga salah satu sumbangsih warga etnis Tionghoa di Indonesia.
Dari semua itu sebagai masyarakat Indonesia harus dapat berpandangan lebih baik kepada etnis-etnis lain selama mereka tidak menjajah Negara kita, menghindari adanya kerusuhan dan bersikap positif kepada setiap etnis yang masuk, yang paling penting dapat mengikuti bagaimana majunya orang Tionghoa, serta dapat mengikuti etnis Tionghoa bagaimana meraih sukses dalam bisnisnya sehingga Indonesia tidak kalah di Negeri sendiri.
Oleh : Eko Priyono (Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Raja Haji Tanjungpinang)