Opini

[Part 2] MENGETUK LANGIT, Sebuah Catatan Perjalanan Spiritual 212 Batam-Jakarta

[Part 2] MENGETUK LANGIT, Sebuah Catatan Perjalanan Spiritual 212 Batam-Jakarta

 

MENGETUK LANGIT

(Sebuah Catatan Perjalanan Spiritual 212 Batam-Jakarta)

Oleh : Adri Wislawawan (Ketua Bidang PPD HMI Cabang Batam)

 

Singkat cerita setelah pengumuman aksi 212, berbagai wacana dan aksi bergulir, diantaranya ; isu makar dimassifkan, ada parade bhinneka tunggal ika (1911), ada aksi Solidaritas Mahasiswa Untuk NKRI (SMUNKRI) yang aneh, ada ulama yang mengeluarkan fatwa bahwa sholat jum’at di jalan raya itu bid’ah dan haram, Perusahaan Bus dilarang berangkat mengangkut massa aksi 212 dari daerah, ada gubernur yang mengatakan yang berangkat 212 itu teroris, ada helikopter yang terbang di atas langit jakarta menyebarkan pamflet larangan ikut aksi 212, ada maklumat siapapun yang berangkat dan memfasilitasi dari daerah akan diproses hukum, tiba-tiba berbagai pihak rajin mengundang makan siang, rajin nelpon, rajin nyadap, rajin sms, rajin chatting, rajin ngajak ngopi, ada juga pejabat daerah yang ngancam-ngancam kalau berangkat nanti dipukuli, tidak ketinggalan juga berbagai pemangku kepentingan di daerah yang mengadakan kegiatan-kegiatan yang temanya tidak jauh dari Menjaga NKRI dan Merawat Kebhinnekaan. Memang baik kegiatan-kegiatan tersebut dan kamipun mengikutinya, tapi sayangnya kegiatan terebut diadakan untuk mengatakan bahwa seakan-akan aksi 212 itu aksi teroris, anti kebhinnekaan, dan hanya berbicara tentang pilkada DKI Jakarta.

 

Padahal aksi yang dijalankan umat Islam adalah untuk menuntut penegakan hukum yang berkeadilan kepada penista agama, dan sang penista agamalah yang justru merusak kebhinnekaan dan NKRI yng kita jaga selama ini. tidak ada urusannya dengan dia rasnya chinese, agamanya kristen dan bahkan tidak ada urusannya sama sekali dengan dia yang merupakan salah satu calon gubernur DKI jakarta (re : gubernur non aktif). ini murni masalah keyakinan yang dinista, sehingga tolong jangan melihatnya secara parsial.

 

Akhirnya dari Ciamis suara perlawanan itu menggema! karena geram diperlakukan kurang lebih seperti yang digambarkan di paragraf sebelumnya, ulama dan santri dari Ciamis memutuskan untuk berjalan kaki menuju Jakarta guna mengikuti aksi 212 dan bertemu saudara-saudara lainnya.

 

Virus perlawanan dari ciamis menggema ke seluruh sanubari umat Islam yang beriman, bahwa bahkan mahasiswapun tidak bisa diharapkan lagi untuk menyuarakan keadilan, maka umat Islam yang berimanlah yang harus bergerak. segala keraguan sirna, segala ketakutan sirna, segala kecemasan sirna dan akhirnya dari Batam dan daerah lainny, tak terhitung jumlah umat yang berangkat ke Jakarta via kapal laut dan pesawat. Terima kasih Ciamis !

Show More
Kepriwebsite
Close