Opini

Klasifikasi Pendidikan Mengajarkan Budi Pekerti Yang Baik

Pendidikan adalah untuk meningkatkan intelektual, dan keseimbangan jiwa individu peserta didik yang lebih baik, bukan saja sebagai warga negara, akan tetapi menjadi manusia bagi dirinya sendiri .

Idealnya pendidikan memberikan andil besar dalam memberi solusi terhadap krisis kemanusiaan yang kini melanda kehidupan. Mulai pendidikan, kita ingin menghasilkan manusia yang jujur, bersemangat, pekerja keras, tidak malas, berani, kreatif, cinta kebersihan, toleran dan sebagainya.

Namun pada kenyataannya, akhir-akhir ini pendidikan terasa mandul dalam mencetak manusia seutuhnya sebagaimana tujuan pendidikan pada awalnya. Orientasi pendidikan hanya berkutat pada pencapaian kesuksesan kehidupan bermasyarakat dan ekonomi saja. Di sisi lain, kerusakan moral semakin meningkat. Mulai dari merebaknya pergaulan bebas dan perzinahan, narkoba, tawuran antar pelajar sampai pada taraf pembunuhan. Berita tentang kenakalan peserta didik setiap hari menjejali mata dan telinga kita.

Salah satu daripada Dampak modernisasi dan paradigma dikotomis dalam dunia pendidikan membuat manusia mengedepankan aspek kognitif dari pada aspek afektif dan psikomotorik; pendidikan yang terlampau mengutamakan kecerdasan intelektual, ketrampilan dan pancaindra, dan kurang memperhatikan kecerdasan emosional, spiritual, sosial dan berbagai kecerdasan lainnya menyebabkan out put dan out come pendidikan parsial.

Pendidikan yang terlalu kognitif telah mengubah orientasi belajar para siswa menjadi semata-mata meraih nilai tinggi. Hal ini cenderung mendorong peserta didik untuk mengejar nilai dengan tidak jujur, seperti mencontek, menjiplak dan sebagainya. Sistem pendidikan seperti ini membuat manusia berpikir secara parsial dan dikotomis.

Padahal, pada hakikatnya pendidikan dualisme ini tidak dikenal dalam dunia pendidikan Islam. Hal ini terbukti dengan kehadiran para ulama’ dahulu sekaligus menjadi ilmuwan semisal Al-Kindi merupakan seorang ulama filsuf sekaligus agamawan. Kemudian Ibn Sina, selain ahli dalam bidang kedokteran, filsafat, psikologi, dan musik, beliau juga seorang ulama. Al-Khawarizimi adalah ulama yang ahli matematika. Ibn Rusyd, seorang faqih yang mampu menghasilkan karya magnum opus-nya Bidayat Al-Mujtahid, yang mampu mensinergikan filsafat dan ilmu fiqh,Ibn Khaldun dikenal sebagai ulama peletak dasar sosiologi modern dalam magnum opus-nya Al-Muqaddimah, yang sampai sekarang banyak ahli yang mengkajinya baik dari dari kalangan ummat Islam maupun para orientalisme. Dan masih banyak lagi ulama-ulama besar lainnya, disamping dari itu merak para ulama ulama besar islam mampu bersaing dalam dunia sains dan teknologi yang pada hakikatnya merekalah para penemu-penumu ilmu pengetahuan tersebut.

Lalu bagaimana kita bisa menjadikan suatu ilmu pendidikan Islam yang berorientasi pada nilai-nilai kebaikan Problem Pendidikan Islam. Tantangan yang dihadapi oleh dunia pendidikan Islam saat ini begitu kompleks. Diantara salah satunya ialah Pendidikan model materialistis. Pendidikan demikian hanya menganggap pendidikan sebagai investasi rekayasa sosial yang akan membentuk kembali tatanan sosial-ekonomi. Pada akhirnya pendidikan dijadikan mobilisasi sosial-ekonomi individu atau negara.

Dominasi sikap yang seperti ini di dalam dunia pendidikan telah melahirkan patologi psiko-sosial, terutama di kalangan peserta didik dan orang tua, salah satu contoh yang di katanat Pof SM. Al-Attas sebagai “penyakit diploma”, yaitu usaha dalam meraih suatu gelar pendidikan bukan karena kepentingan pendidikan itu sendiri, malainkan karena nilai-nilai ekonomi dan sosial.

Disamping perencanaan yang buruk dan cara penanganan yang salah, keadaan seperti ini sebenarnya bersumber dari kebingungan intelektual dan hilangnya identitas kebudayaan yang disebabkan oleh pengaruh sekularisasi yang berkesinambungan konsep negara ala Barat. Problem terberat dalam dunia Islam .

Pertama dikotomi Ilmu, yang kemudian berdampak pada dualisme pendidikan, artinya ilmu dipahami sebagai pemisahan antara ilmu dan agama yang kemudian berkembang menjadi fenomena dikotomik-dikotomik lainnya, seperti dikotomi ulama dan intelektual, dikotomi dalam dunia pendidikan Islam dan bahkan dikotomi dalam diri muslim itu sendiri ..

Allah berfirman didlam Al-Qur’an Surah Al Mujadalah : 11
” Allah mengangkat derajat orang-orang beriman dan orang-orang yang berilmu pengetahuan beberapa derajat diantara kamu.”

Wallau’alam bishowab.

Oleh :

Andriansyah Sinaga
Direktur LDMI Cabang Batam

Show More
Kepriwebsite
Close