Opini

PUASA DAN KESALEHAN POLITIK PEMIMPIN

Bulan puasa ramadhan tinggal beberapa hari lagi akan meninggalkan kita semua, mudah-mudahan kita bisa bertemu lagi puasa Ramadhan tahun depan. Karena bulan puasa merupakan bulan yang penuh ampunan,dosa-dosa kita masa lalu bisa kita lebur dengan ampunan Allah SWT. Momentum puasa sebulan penuh ini harusnya disikapi dengan adanya perubahan di dalam tata kelola Pemerintahan, baik diranah kekuasaan Eksekutif, Legislative dan Yudikatif. Dengan puasa sebulan penuh, kita tidak saja terjebak dengan rutinitas yang tanpa bekas, tetapi harus memberikan kesan yang cukup mendalam, karena dengan berpuasa mengikis sifat-sifat rakus, tamak, sombong dan tidak jujur dalam diri manusia. Egosentrisme atau iblis laknatullah (baca:mempertuhankan harta,tahta dan hawa nafsu)/individualisme akan lebur jika berpuasa dihayati dan dijalankan dengan benar.

Seorang pemimpin muslim yang berkuasa sejatinya semakin amanah, jujur dan integritasnya semakin mantap pasca puasa Ramadhan. Keshalehan politik pemimpin akan teruji dimasyarakat, sehingga tidak hanya pencitraan semata yang bertopeng dengan jubah kesucian. Dalam tata kelola Pemerintahan seorang pemimpin menjalankan roda pemerintahan dengan azaz-azaz pemerintahan yang baik.. Tetapi pada hakikatnya seorang penguasa di daerah harus tetap dilandasi dengan spirit religious yang penuh keberkahan dalam menata pemerintahannya. Dalam mengelola anggaran di daerah sangat mementingkan kepentingan publik dari pada golongannya. Beban moral pemimpin dan pertanggungjawaban seorang pemimpin kepada publik menjadi ukurannya. Karena politik bukan hanya hubungan antara manusia dengan manusia, tetapi hubungan manusia dengan Allah SWT. Tidak bisa dilepaskan tanggungjawabnya di dunia dan di akherat.

Keculasan dalam politik seorang pemimpin pasti mengandung persepsi negative public, sementara kejujuran dan keluhuran seorang pemimpin bernilai positif dimata masyarakat. Dengan spirit puasa Ramadhan sebulan penuh, kembali lagi ke hati nurani, jujur dan menolak perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh Tuhan. seorang pemimpin mesti mempunyai jiwa yang jujur, dapat menjaga amanah yang diberikan, mampu menyampaikan tabligh kepada anggotanya. Selain itu yang tak kalah penting adalah, seorang pemimpin harus fathonah atau cerdas.

Jika sebuah pemerintahan tidak mempunya pemimpin yang fathonah (cerdas) tidak tau mau kemana arah organisasi ini dibawanya. Karena seorang pemimpin yang dipilih tentunya yang dapat membawa organisasi ini sampai ke tujuan. Dia menambahkan, masalah yang dihadapi saat ini demikian kompleks, dan salah satunya adalah semakin tergerusnya masalah ketauhidan. Ini harus menjadi perhatian serius untuk menegakan kembali Tauhid itu secara utuh, teguh dan konsisten. Dengan spirit puasa inilah menjadikan pemimpin kembali ke khitahnya, yaitu menjadi wakil-Nya dimuka bumi, untuk menjadi Rahmatan Lilalaamiin. Kemudian amanah, jujur dan fathonah, harus melekat didalam sanubari seorang pemimpin, dalam kebijakannya selalu berdasarkan keadilan, kemanusiaan dan berpihak pada rakyat.

Pemimpin dinegara ini sudah seharusnyalah meneladani Rasulullah Nabi Muhammad SAW sebagai seorang pemimpin politik, negarawan, pemimpin keluarga dan berjihad dimedan perang. Keberhasilan Rasulullah dalam memimpin politik, tidak saja menyatukan para kabilah-kabilah arab yang berbeda-beda dan sangat Ashobiyah. tetapi Rasulullah juga mempersaudarakan kaum Ansar dan kaum Muhajirin. Kepemimpinan Rasulullah selalu didasari oleh sifat Siddiq, Amanah, Tabligh dan Fatonah. Siddiq ertinya benar.

Benar adalah suatu sifat yang mulia yang menghiasi akhlak seseorang yang beriman kepada Allah. “Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemahuan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan kepadanya.” (QS An-Najm: 4~5). Amanah artinya benar-benar boleh dipercayai. Jika satu urusan diserahkan kepadanya, nescaya orang percaya bahawa urusan itu akan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. “Aku menyampaikan amanat-amanat Tuhanku kepadamu dan aku hanyalah pemberi nasihat yang terpercaya bagimu.” (QS Al-A’raaf: 68). Tabligh artinya menyampaikan. Segala firman Allah SWT yang ditujukan oleh manusia, disampaikan oleh Baginda. Tidak ada yang disembunyikan walaupun ianya menyinggung Baginda sendiri. Fathonah artinya bijaksana. Mustahil bagi seseorang Rasul itu bersifat bodoh atau jahlun. Dalam menyampaikan ayat Al-Quran dan kemudian menjelaskannya dalam puluhan ribu hadis memerlukan kebijaksanaan yang luar biasa.

Dengan spirit puasa yang sebentar lagi meninggalkan kita semua, mudah-mudahan bisa menjalankan roda pemerintahan dengan meneladani sifat-sifat Rasulullah. Karena dengan pemimpin politik didaerah hari ini realitasnya masih dirasakan sangat kurang dalam keteladanan untuk masyarakat. Momentum puasa ramadhan seharusnya dijadikan ajang intropeksi oleh pemimpin-pemimpin di daerah ini. Jangan sampai pesan-pesan spritualnya tidak ada membekas sama sekali di dalam diri manusia. Keshalehan politik pemimpin nantinya akan teruji di masyarakat, apakah bisa dipercaya, bijaksana, dan amanah. Mudah-mudahan spirit puasa Ramadhan memberikan rasa spritualitas kepada pemimpin untuk memimpin daerah kepulauan riau ini menjadi lebih baik lagi. Semoga.

 

OLEH: SUYITO, M.Si DOSEN SOSIOLOGI STISIPOL RAJA HAJI

Tags
Show More
Kepriwebsite
Close