Olahraga
PB PBSI Gelar Coaching Clinic 2016 di Palembang
PALEMBANG – PP PBSI menggelar acara Penyegaran Kursus Kepelatihan Bulutangkis atau coaching clinic PBSI 2016 di Palembang. Tujuan acara ini adalah supaya ada kesinambungan pembinaan.
Adapun acara coaching clinic ini dilangsungkan di GOR Dempo, Kompleks Jakabaring Sport City, Palembang, 21-24 Juni 2016. Palembang adalah kota kedua yang menjadi lokasi coaching clinic setelah Balikpapan. Coaching clinic PBSI rencananya akan berlanjut ke Batam dan Lampung.
Selain itu, Coaching clinic PBSI di Palembang diikuti oleh 42 orang pelatih setempat. Seluruh peserta tampak aktif dan bersemangat mengikuti materi yang diberikan.
Selain itu, Program coaching clinic merupakan kerja sama bidang Pengembangan dengan bidang Pembinaan dan Prestasi PP PBSI.
“Program penyegaran kepelatihan ini merupakan kerja sama bidang pengembangan dan pembinaan prestasi PBSI. Tujuan dari penyegaran ini adalah supaya ada kesinambungan pembinaan antara daerah dengan pusat. PBSI pusat turun ke daerah-daerah, agar pelatih di daerah punya pengetahuan mengenai cara melatih yang benar,” kata Basri Yusuf, Kepala Bidang Pengembangan PBSI, dalam rilis yang diterima detikSport.
“Alasan pemilihan kota dilihat dari kota kantong-kantong pemain. Seperti Palembang ini ‘kan ada Mohammad Ahsan, Debby Susanto, Fran Kurniawan, Melvira Oklamona, dan lain-lain. Kota kantong-kantong pemain ini dipilih yang berada di luar Jawa,” lanjut Basri, dikutip dari detikSport.
Adapun, sasaran utama program ini adalah para pelatih. Kabid Pembinaan dan Prestasi PBSI, Rexy Mainaky, berharap pelatih bulutangkis di daerah bisa terus berkembang dan kualitasnya meningkat.
“Pelatih ini merupakan tulang punggung sampai atlet berada di Pelatnas. Kehebatan atlet-atlet Pelatnas di kancah internasional bukan semata-mata karena latihan yang diberikan pelatih Pelatnas, tetapi juga karena bekal yang bagus dari pelatih mereka saat masih di daerah masing-masing,” ujar Rexy.
“Jangan sampai atlet-atlet daerah hanya mengandalkan pelatih dari Pulau Jawa. Karena pada dasarnya yang lebih mengenal kultur dan karakter atlet muda pasti pelatih yang berasal langsung dari daerahnya sendiri,” kata Rexy. (mfi/mrp)