Uncategorized

KAMISAN Batam, Cara Aktivis Salurkan Aspirasi

Lihatkepri.com, Batam – Para aktivis muda menggelar aksi Kamisan atau juga dikenal dengan nama aksi payung hitam dibeberapa kota besar lainnya pada, Kamis (31/3) Sore. Aksi yang digelar secara rutin disetiap hari kamis di awal bulan ini telah digelar selama 13 kali, dan aksi ini biasa dilakukan di taman kota alun-alun engku putri yang lokasinya berdekatan dengan kantor DPRD Kota Batam.

Pada aksinya yang ke-13 ini, para aktivis yang kebanyakan berasal dari kalangan mahasiswa melakukan aksi diam selama kurang lebih 15 s/d 20 menit didepan pintu gerbang alun-alun engku putri bagian barat dengan memakai berbagai atribut seperti pakaian dengan warna dominan hitam, masker, spanduk, dan tak lupa payung hitam yang menjadi ciri khas dari aksi tersebut.

Namun, sebelum memulai aksi biasanya para aktivis ini melakukan persiapan sepeti menyiapkan perlengkapan, anggota, kendaraan, serta melakukan briefing. pada aksi kamisan yang ke-13 ini, Andre Agus Sitepu yang pada hari itu memberikan arahan seputar dasar-dasar aksi, seperti tujuan, manfaat, cara, serta latar belakang diadakan nya aksi kamisan ini.

Menurut Riki Rahmat sebagai presiden BEM PoliBatam, Aksi kamisan ini bukan merupakan aksi memberontak atau tidak mendukung pemerintah, namun aksi ini digelar dengan berbagai maksud yang baik, ada 3 point penting yang ingin disampaikan melalui aksi kamisan ini, pertama kepada mahasiswa, bagi mahasiswa kamisan batam aksi ini merupakan wadah untuk merasakan euforia dan juga pengalaman aksi turun kejalan yang juga merupakan tanggung jawab mahasiswa untuk mengontrol jalannya pemeintahan, yang kedua kepada masyarakat dimana aksi ini turut menyampaikan serta mengampanyekan selogan “human loves human” serta sebagai sarana edukasi masyarakat tentang pelanggaran HAM masa lalu yang belum terungkap, dan kepada pemerintah dimana aksi ini sebagai bentuk eksistensi para aktivis HAM guna sebagai pengingat kepada pemeintah bahwa kinerja meeka tersoroti dan terawasi oleh masyarakat.

“Aksi kemisan pertama kali didilakukan dijakarta, 18 januari 2007, sebagai aksi diam yang menuntut pemerintah untuk menuntaskan kasus pelanggaran HAM masa lalu,” tambahnya.

Selanjutnya, aksi yang berlangsung kurang lebih 30 menit ini dibuka dengan melakukan aksi diam, dimana para aktivis berbaris rapi didepan gerbang alun-alun engku putri selama 15 menit dengan masker, spanduk, dan payung hitam, setelah itu peserta melakukan diskusi atau refleksi seputar isu pelanggaran HAM nasional maupun daerah. Isu pelanggaran HAM nasional seperti kasus hilangnya aktivis luiji tukul dan aktivis lainnya pada tahun 1998 menjadi topik utama pada aksi kamisan hari itu, sedangkan untuk isu daerah, pemangkasan jam operasional Busway menjadi isu yang sangat hangat dibicarakan pada sore itu, mengenai isu daerah tersebut, sore itu dibawakan oleh Riki Rahmat sebagai presiden BEM PoliBatam yang juga menjadi peserta aksi kamisan hari itu. Meskipun hanya pemangkasan jam kerja busway baru berlaku di kawasan batuaji dan sekitarnya, isu ini tak luput dari diskusi bersama para aktivis.

Selanjutnya, Diskusi dibuka dengan menjelaskan dasar-dasar dari perlengkapan yang digunakan peserta “mengapa aksi diam? diam bukan berarti telah kehilangan hak-hak sebagai warganegara, namun untuk menunjukkan diri bukan perusuh, bukan warganegara yang susah diatur, juga bukan warganegara yang membuat bising telinga, tetapi tetap menuntut pemerintah untuk tidak diam, sedangkan payung yang menjadi maskot adalah bentuk perlindungan fisik atas hujan dan terik matahari, serta hitam melambangkan keteguhan hati dalam mendambakan kekuatan dan perlindungan ilahi”, ujar Ariyandi Restu saat membuka diskusi pada sore hari itu.

Selain itu, aksi kamisan atau aksi payung hitam ini bersifat bebas dan tidak terikat, siapa saja dapat menjadi peserta aksi tersebut dan dari aksi ini diharapkan mampu membuat masyarakat dari berbagai kalangan sadar akan hak dan tanggung jawabnya dalam mengawasi dan mengetahui tentang pemerintahan yang berlaku. serta membuat pemerintah awas akan kinerjanya, bahwa banyak masyarakat yang peduli akan kasus-kasus dan kinerja pemeintah dalam menyelesaikannya.(BEM/PoliBatam)

Show More
Kepriwebsite

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Close