
Kampus
Nanokosmetik: Inovasi atau Risiko Tersembunyi?
Industri kosmetik berkembang pesat seiring meningkatnya kebutuhan masyarakat untuk menjaga penampilan dan kesehatan kulit. Salah satu inovasi yang kini menjadi sorotan adalah pemanfaatan nanoteknologi, yaitu teknologi yang bekerja pada skala sangat kecil, antara 1–100 nanometer. Dengan ukuran tersebut, partikel nano mampu menembus lapisan kulit lebih dalam dibandingkan bahan konvensional, sehingga efektivitas produk kosmetik meningkat signifikan.
Konsep nanoteknologi dalam kosmetik pertama kali diperkenalkan oleh Christian Dior pada tahun 1986, dan hingga kini telah digunakan lebih dari tiga dekade dalam berbagai produk, mulai dari tabir surya, krim anti-aging, pelembap, hingga perawatan rambut dan kuku
Apa Itu Nanokosmetik?
Nanokosmetik merujuk pada produk kosmetik yang menggunakan teknologi nanomaterial (partikel dengan ukuran nanometer (1–100 nm)) untuk meningkatkan efektivitas dan stabilitas bahan aktif. Banyak bahan aktif dalam kosmetik, seperti vitamin C, retinol, dan koenzim Q10, bersifat sensitif terhadap cahaya, oksigen, dan panas, sehingga mudah rusak. Dengan teknologi nanoenkapsulasi, bahan-bahan tersebut “dikemas” dalam kapsul berukuran nano untuk melindungi dari degradasi sekaligus mempermudah penyerapan ke lapisan kulit lebih dalam. Selain itu, teknologi ini dapat meningkatkan bioavailabilitas bahan aktif, dan memberikan hasil yang lebih optimal.
Jenis Nanopartikel dalam Kosmetik
Berbagai jenis nanopartikel digunakan dalam formulasi kosmetik, antara lain:
- Titanium Dioxide (TiO₂) dan Zinc Oxide (ZnO): Keduanya digunakan sebagai filter UV dalam tabir surya. Nanopartikel ini memberikan perlindungan yang efektif terhadap sinar UV tanpa meninggalkan residu putih pada kulit.
- Liposomes: Vesikel lipid yang digunakan untuk mengenkapsulasi bahan aktif, meningkatkan stabilitas dan kontrol pelepasan bahan tersebut ke dalam kulit.
- Nanocapsules: Struktur inti-cangkang yang dapat mengenkapsulasi bahan aktif, memberikan perlindungan tambahan dan kontrol pelepasan yang lebih baik.
- Fullerenes: Partikel berbasis karbon yang memiliki sifat antioksidan, digunakan dalam produk anti-penuaan untuk melawan radikal bebas.
- Nanopartikel Emas: Digunakan dalam formulasi kosmetik untuk meningkatkan penetrasi bahan aktif dan memberikan efek anti-penuaan.
- Silica (SiO₂): Digunakan sebagai pengisi, pengental, dan agen pemadatan dalam kosmetik, memberikan hasil akhir yang halus dan matte.
- Silver Nanoparticles (Ag): Memiliki sifat antimikroba, digunakan dalam produk seperti deodoran dan krim antibakteri.

Ciri-Ciri Kosmetik yang Mengandung Teknologi Nano
Untuk mengidentifikasi apakah suatu produk kosmetik mengandung nanomaterial, perhatikan hal-hal berikut:
- Labeling “nano”: Menurut Regulasi Kosmetik Uni Eropa No. 1223/2009, semua bahan dalam bentuk nanomaterial harus dicantumkan dalam daftar bahan dengan kata “nano” dalam tanda kurung setelah nama bahan tersebut. Misalnya, “Titanium Dioxide (nano)”.
- Informasi pada kemasan: Beberapa produsen mencantumkan informasi tentang penggunaan teknologi nano pada kemasan produk mereka.
- Sumber resmi: Informasi lebih lanjut dapat diperoleh melalui portal resmi seperti Cosmetic Products Notification Portal (CPNP) di Uni Eropa.
Contoh Produk Kosmetik Berbasis Nano
Sejumlah merek ternama telah memanfaatkan teknologi nano dalam formulasi produknya, di antaranya:
- Tabir Surya Nano-ZnO dan Nano-TiO₂
Digunakan oleh berbagai merek internasional, seperti La Roche-Posay Anthelios dan Neutrogena Ultra Sheer, yang menawarkan perlindungan UVA/UVB transparan tanpa meninggalkan residu putih. - Krim Anti-Aging dengan Nanogold
Produk seperti Guerlain Orchidée Impériale Cream dan Bio-Gold 24K Gold Water menggunakan partikel emas berukuran nano untuk meningkatkan vitalitas kulit dan mengurangi kerutan. - Lipstik dan Lip Balm dengan Nanoliposome
Merek Lancôme dan Dior memanfaatkan liposom nano untuk menjaga kelembapan bibir lebih lama dan membuat warna tahan lebih awet. - Shampo Berbasis Nanoemulsi
Beberapa produk perawatan rambut, seperti Pantene Pro-V Nanolipids, menggunakan nanoemulsi agar bahan pelembut dan penguat rambut lebih mudah meresap ke kutikula rambut. - Cat Kuku dengan Nanopartikel Perak
Formula inovatif yang mengandung nanosilver digunakan untuk meningkatkan daya tahan cat kuku sekaligus memberikan efek antijamur.
Keuntungan dan Risiko Nanokosmetik
Keuntungan:
- Efektivitas lebih tinggi – Partikel nano memungkinkan bahan aktif mencapai lapisan epidermis hingga dermis, sehingga efek anti-aging, pencerahan, dan peremajaan kulit lebih nyata.
- Perlindungan UV optimal – Sunscreen berbasis nano transparan di kulit namun tetap efektif melawan radiasi UVA dan UVB.
- Stabilitas formula meningkat – Nanoenkapsulasi menjaga bahan aktif agar tidak cepat rusak, sehingga produk lebih awet dan konsisten khasiatnya.
- Tekstur lebih baik – Produk bertekstur ringan, cepat meresap, dan memberikan hasil akhir natural.
- Efisiensi bahan aktif – Konsentrasi bahan dapat ditekan tanpa mengurangi manfaat, sehingga risiko iritasi berkurang.
- Fungsi tambahan – Nanogold digunakan dalam produk anti-aging, nanosilver sebagai antibakteri, hingga nanoceria sebagai antioksidan kuat.
- Kontrol Pelepasan: Nanocapsules dan liposomes memungkinkan pelepasan bahan aktif secara terkendali, meningkatkan efektivitas dan mengurangi efek samping.
Risiko:
- Risiko kesehatan manusia
Ukuran partikel yang sangat kecil berpotensi masuk ke dalam sel tubuh. Beberapa penelitian menunjukkan nanopartikel tertentu dapat memicu stres oksidatif, iritasi, hingga peradangan kulit. ZnO dan TiO₂ umumnya aman pada kulit sehat, tetapi bisa lebih berisiko pada kulit yang rusak. Nanosilver (AgNPs) efektif sebagai antibakteri, namun berpotensi mengganggu keseimbangan mikrobioma kulit dan bersifat toksik pada konsentrasi tinggi. - Risiko lingkungan
Partikel nano dari kosmetik yang terbuang ke saluran air dapat mencemari ekosistem perairan dan menumpuk dalam rantai makanan, sehingga berdampak pada organisme akuatik. - Regulasi yang Belum Merata
Standar dan regulasi mengenai penggunaan nanomaterial dalam kosmetik masih bervariasi antar negara, yang dapat mempengaruhi keamanan konsumen. Uni Eropa melalui Scientific Committee on Consumer Safety (SCCS, 2023) mewajibkan uji keamanan komprehensif untuk setiap bahan berbasis nano sebelum dipasarkan, meliputi karakter fisik-kimia, potensi toksisitas, dan dampak lingkungan.
Kesimpulan
Nanoteknologi telah membuka babak baru dalam industri kosmetik, menghadirkan produk yang lebih efektif, nyaman, dan inovatif. Namun, pemanfaatannya tidak lepas dari tantangan, terutama terkait keamanan jangka panjang dan dampak lingkungan.
Oleh karena itu, pengembangan kosmetik berbasis nano perlu diiringi dengan:
- penelitian ilmiah berkelanjutan,
- regulasi ketat, dan
- edukasi konsumen yang memadai.
Dengan pendekatan yang bertanggung jawab, nanoteknologi dapat menjadi solusi masa depan untuk menghadirkan kosmetik yang cantik, sehat, dan ramah lingkungan.
Referensi
- European Chemicals Agency. (n.d.). Nanomaterials in cosmetics. Retrieved from euon.echa.europa.eu
- Nanotechnology Blog. (n.d.). Cosmetics: Nanotechnology. Retrieved from nanotechnology.blog
- PMC. (2018). Nanocosmetics: Benefits and risks. Retrieved from PubMed Central
- Zero Waste Green. (n.d.). Nanoparticles in cosmetics: Revolutionizing beauty at the nanoscale. Retrieved from zerowastegreen.com
- de la Presa, P., Rueda, T., Morales, M. del P., Chichon, F. J., Arranz, R., Valpuesta, J. M., & Hernando, A. (2009). Gold nanoparticles generated in ethosome bilayers, as revealed by cryo-electron-tomography. Retrieved from arXiv
- Slavova, T. G., Radulova, G. M., Kralchevsky, P. A., & Danov, K. D. (2020). Encapsulation of fragrances and oils by core-shell structures from silica nanoparticles
Oleh:
Nur Eka Kusuma Hindrasti, Ardi Widhia Sabekti, Lina Agustina, Muhammad Arsyad, dan Matsun (Mahasiswa S3 Pendidikan IPA Universitas Sebelas Maret Surakarta)