Kolom Pembaca

Peran Keluarga Dalam Pemulihan Kecanduan Narkoba

Jumlah pecandu narkoba di Indonesia terus bertambah, melalui Badan Narkotika Nasional mencatat sekitar 4-5 juta orang pernah menggunakan Narkoba, dengan 1-2 juta di antaranya merupakan pemakai aktif. Badan Narkotaika Nasional dengan berbagai program yang di luncurkan untuk menangani penyalahgunaan atau pecandu dalam mengikuti proses pemulihan yang dapat di dasarkan pada kesadaran sendiri maupun dorongan dari keluarga untuk melakukan rehabilitas.

Rehabilitas merupakan bagian yang sangat penting dalam penanganan masalah Narkoba, rehabilutas menolong pecandu pulih dari pengaruh aktif dan membentuk perilaku baru yang lebih positif, namun pecandu sering mengalami kesulitas menyelesaikan rehabilitas dan harus kembali ke lingkungannya, mereka akan berhadapan dengan masalah penerimaan dan penolakan keluarga serta orang-orang disekitarnya. Kondisi ini menunjukan bahwa rehabilitas tidak efektif bila hanya di tujukan untuk pecandu saja, rehabilitas akan menjadi lebih efektif jika turut melibatkan keluarga dan masyarakat. Rehabilitas berbasis masyarakat bertujuan untuk membangun masyarakat yang peduli dan terlibat dalam penanganan Narkoba

Rehabilitas diartikan sebagai proses pemulihan kapasitas fisik dan mental kepada kondisi sebelum penyalahguna atau pencandu, sebuah proses yang harus di jalankan dalam rangka pemulihan sepenuhnya, untuk hidup normatif, madiri dan produktif. Rehabilitas berkelanjutan dapat di lakukan melalui layanan trapi medis dan psikiatris, tahap berikutnya adalah rehabilitas sosial yang bertujuan mengintergrasi kembali pecandu atau penyalah guna dalam kehidupan masyarakat.

Dalam masa pemulihan, perlu adanya peran dari keluarga dalam pemulihan kecanduan Narkoba sebagai orang terdekat selama proses rehabilitas, keluarga residen (pasien rehap) perlu di edukasi, sepeti mengikuti diskusi kelompok terarah, kelompok dukungan keluarga dan beberpa kegiatan lainnya, sehingga keluarga juga mampu menerima kondisi klien setelah kembali kerumah.

Pecandu yang sudah direhabilitas terkadang masih sering di sebut “individu yang buruk” atau “sampah masyarakat” respon masyarakat seperti ini terkadang membuat mereka merasa tidak nyaman, tidak percaya diri, merasa di kucilkan dan takut untuk bersosialisasi. Situasi menjadi buruk ketika mereka sulit mendapatkan pekerjaan  denagn alasan latar belakang mereka sebagai  recovering addicts. Kurang penerimaan dan dukungan dari keluarga sangat beresiko memunculkan kembali kekambuhan (relapse). mereka cendrung mencari lingkungan pergaulan yang mau menerimanya dan membuat ia nyaman. Yakni pergaulan yang lama dengan sesama pecandu, inilah yang menjadi alasan rehabilitas tidak memberikan hasil yang optimal bila hanya di tujukan untuk pecandu saja. Rehabilitas akan menjadi lebih baik  jika turut melibatkan keluarga.

Salah satu bentuk dukungan sosial yang paling penting adalah dukungan keluarga. Menurut Suradi (2017) keluarga berperan penting dalam proses rehabilitasi serta saat kembali kepada keluarga dan lingkungan sosial. Keluarga berfungsi sebagai sistem sosial yang dapat mendukung kelangsungan hidup serta kesejahteraan setiap para anggotanya (Thoburn & Sexton, 2015). Begitu pentingnya dukungan keluarga yang dapat memberikan penguatan terhadap klien yang menjalani proses rehabilitasi dan paska rehabilitasi serta meningkatkan rasa percaya diri pecandu agar dapat cepat pulih dan siap kembali ke dalam lingkungan masyarakat. Hal tersebut berbanding terbalik dengan hasil penelitian yang dilakukan Agustina (2019) yang menyatakan bahwa dukungan sosial tidak memiliki hubungan signifikan dengan kepercayaan diri pada penyalahguna narkoba yang menjalani masa rehabilitasi. Kepercayaan diri rendah pada pengguna napza dapat menyebabkan seseorang sulit untuk berubah menjadi lebih baik saat menjalani program rehabilitasi, padaha salah satu aspek dari self esteem ialah keberartian atau penerimaan yang diperoleh melalui individu lain. Dalam hal ini, keberartian dapat berupa perhatian, kepedulian, maupun kasih sayang yang diterima oleh suatu individu dari individu lain.

Dari beberapa kasus di lapangan menunjukkan bahwa dukungan keluarga menjadi salah satu syarat diperolehnya layanan rehabilitasi. Izin dari pihak keluarga atau wali untuk menempatkan klien pada tempat rehabilitasi menjadi salah satu syarat utama pemberian layanan rehabilitasi bagi klien. Yang menjadi salah satu faktor yang paling mempengaruhi keberhasilan proses rehabilitasi klien ialah dukungan sosial yang diberikan kepada klien, baik oleh keluarga atau orang-orang terdekat. Pernyataan tersebut didukung dengan hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Noviarini, Dewi, dan Prabowo (2013) yang menyatakan bahwa dukungan sosial berpengaruh terhadap kualitas hidup pecandu narkoba.

Bentuk-Bentuk Dukungan Sosial Dalam prosesnya, dukungan keluarga menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan program rehabilitasi yang dijalani oleh klien. Dukungan sosial yang diberikan dapat memberikan pengaruh positif terhadap pemulihan klien selama menjalani rehabilitasi. Menurut data yang diperoleh peneliti secara mendalam terhadap ketiga keluarga klien berusaha memberikan dukungan sosial yang cukup kepada klien dengan bekerjasama penuh dalam pemberian program rehabilitasi. Pihak keluarga juga memantau perkembangan atau kesulitan yang dialami klien melalui informasi yang diperoleh di lapangan. Dengan mengetahui hal tersebut, keluarga dapat menentukan kebutuhan serta dukungan yang akan diberikan kepada klien. Bentuk dukungan sosial yang diberikan keluarga kepada klien antara lain:

  1. Emotional Support yaitu menunjukkan sikap empati, para keluarga klien menunjukkan rasa kepeduliannya dengan caranya masing-masing seperti bersikap positif di hadapan klien, membantu kesulitan belajar, meluangkan waktu untuk bersama dan memberikan perhatian-perhatian kecil. Jadi, setiap keluarga memiliki caranya masing-masing dalam menunjukkan sikap empati kepada klien, mulai dari membantu memenuhi kebutuhan klien saat menjalani program rehabilitasi, hingga menunjukkan perhatian kecil seperti memberikan makanan saat mengunjungi klien. Walaupun demikian, terdapat persamaan di antara tiga keluarga klien, yakni kesediaan mereka untuk meluangkan waktu berkunjung untuk sekedar mengobrol atau mendengarkan keluh kesah klien atau sekedar bertukar kabar lewat telpon.
  2. Esteem Support Yaitu, proses awal menjalani program rehabilitasi tentu tidaklah mudah. Kepercayaan diri serta sikap positif klien akan diri sendiri kerap menurun saat melewati proses awal rehabilitasi. keluarga klien dapat meningkatkan perasaan positif klien tentang dirinya sendiri dengan memberikan beberapa saran positif kepada klien.
  3. Nurturant Support yaitu, Perasaan nyaman serta kontrol emosi yang baik dapat menjadi faktor penunjang keberhasilan program rehabilitasi. Oleh karena itu, keluarga berusaha untuk terus memberikan semangat, saran, dan dorongan terhadap klien sehingga tumbuh perasaan nyaman dan kontrol emosi yang baik pada diri klien.
  4. Tangible Support yaitu, merupakan memenuhi kebutuhan selama menjalani rehabilitasi, klien cenderung hanya meminta beberapa kebutuhan pokok dan juga kesempatan beraktivitas di luar ruangan.
  5. Informational Support yaitu, Dalam memberikan saran atau nasihat, keluarga klien memilih untuk memberikannya pada saat kondisi klien dalam keadaan baik secara fisik maupun psikis. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan agar pemberian saran atau nasihat dapat diterima klien dengan baik.

Begitu besar peran keluarga dalam memulihkan klien yang kecanduan Narkoba, keluarga harus mensupport baik masa rehabilitas maupun pasca rehabilitas, karena bagi klien yang terberat adalah pasca rehabilitas pada saat kembali di tengah-tengah masyarakat, butuh peran dan dukungan keluarga dan masyarakat sekitar agar klien tidak merasa di kucilkan atau minder.

Oleh: Dr. Arnina Emmilia Monica

Tags
Show More
Kepriwebsite

One Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Close