
Sudah terlalu lama masyarakat Lingga Utara, khususnya di Desa Persiapan Pasir Lulun, dibiarkan hidup dalam kegelapan. Ironisnya, bukan karena matahari tak lagi bersinar, tapi karena janji pemerintah daerah yang sejak lama padam sebelum sempat menyala. Janji yang dulu digaungkan penuh semangat oleh Bupati Lingga tentang pemerataan listrik di pelosok desa, kini hanya tinggal gema kosong yang memantul di ruang kekecewaan rakyat.
Kita semua masih ingat bagaimana pemerintah daerah mengumbar janji akan menuntaskan masalah listrik pedesaan sebagai wujud pembangunan berkeadilan. Tapi apa hasilnya? Warga Pasir Lulun tetap menyalakan pelita minyak di malam hari, sementara pejabat di kantor bupati duduk nyaman di bawah sinar lampu yang terang-benderang. Ketimpangan ini bukan sekadar persoalan teknis, tapi bentuk nyata dari pengkhianatan terhadap kepercayaan publik.
Bagaimana bisa di era yang disebut “Lingga Bangkit” ini, ada desa yang belum tersentuh listrik? Apakah “bangkit” yang dimaksud hanya slogan kosong tanpa arah? Pemerintah daerah seolah menutup mata terhadap fakta bahwa listrik bukan sekadar kemewahan, tapi kebutuhan dasar untuk hidup layak. Janji tinggal janji, sementara rakyat terus menunggu dalam gelap-gelap secara fisik, dan gelap oleh kebohongan.
Kita, mahasiswa dan anak muda Lingga, menolak diam. Kami muak melihat janji-janji politik yang hanya dijadikan alat pencitraan menjelang pemilu, tanpa realisasi setelah kekuasaan digenggam. Jangan lagi berdalih soal anggaran, karena anggaran selalu ada untuk kepentingan proyek mercusuar yang tak menyentuh rakyat kecil. Yang tidak ada hanyalah kemauan politik yang tulus untuk memihak desa tertinggal.
Desa Persiapan Pasir Lulun hari ini menjadi saksi nyata bagaimana pemerintah daerah gagal menghadirkan keadilan energi. Tiang listrik mungkin sudah berdiri di beberapa titik, tapi arusnya belum pernah mengalir seperti semangat pejabatnya yang sudah lama kehilangan arah.
Kami menuntut pemerintah daerah Lingga, khususnya Bupati, untuk berhenti beretorika dan mulai bekerja. Rakyat tidak butuh pidato manis di forum-forum seremonial. Mereka butuh bukti nyata. Mereka butuh listrik yang menyala di rumah mereka, bukan janji yang menyala di panggung kampanye.
Dan jika pemerintah terus menutup telinga atas suara rakyatnya, maka suara itu akan berubah menjadi gelombang kritik yang tak bisa dibungkam. Karena bagi kami, kegelapan yang dibiarkan adalah bentuk kezaliman, dan setiap kezaliman harus dilawan dengan kata, dengan aksi, dan dengan keberanian moral.
Oleh:
Muhammad Fatur
Mahasiswa Aktivis Lingga