Wisata

Liburan ke Desa Wisata Digital: Tren Baru Generasi Milenial & Gen Z

WISATA – Desa wisata bukanlah konsep baru. Namun, dalam lima tahun terakhir, desa wisata berkembang menjadi destinasi unggulan yang tidak hanya menawarkan keindahan alam dan budaya lokal, tetapi juga konektivitas digital yang memadai. Generasi Milenial dan Gen Z yang mendominasi pasar wisata saat ini, memiliki ekspektasi tinggi terhadap akses internet, sistem pembayaran digital, serta pengalaman unik yang bisa dibagikan secara instan di media sosial.

Perpaduan antara keaslian lokal dan teknologi modern menjadi daya tarik utama desa wisata digital. Wisatawan bisa menikmati pengalaman autentik seperti menenun, bertani, atau memasak makanan tradisional, sambil tetap terkoneksi dengan dunia digital. Desa seperti Nglanggeran (Yogyakarta), Pentingsari (Sleman), dan Penglipuran (Bali) telah menjadi model sukses penerapan desa wisata digital.

Fitur Utama Desa Wisata Digital

  1. Akses Internet Cepat
    Wisatawan kini menilai kualitas destinasi bukan hanya dari panorama, tapi juga sinyal Wi-Fi. Desa wisata yang menyediakan koneksi internet stabil lebih diminati.

  2. Pembayaran Nontunai
    UMKM lokal di desa wisata mulai menerima pembayaran via QRIS, e-wallet, dan kartu debit.

  3. Promosi Digital Aktif
    Pemerintah desa mengelola media sosial aktif, website, dan Google Maps untuk memudahkan wisatawan mengakses informasi.

Melalui program Kemenparekraf seperti Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI), ratusan desa dibina untuk meningkatkan kapasitas SDM, infrastruktur, dan pemasaran digital. Dana desa pun kini bisa digunakan untuk mendukung promosi digital dan pelatihan UMKM lokal.

Desa wisata digital terbukti mampu mendorong ekonomi lokal. Pendapatan warga meningkat, produk UMKM lebih dikenal, dan anak muda desa yang sebelumnya merantau kini memilih menetap dan berwirausaha. Selain itu, konsep ini menjaga budaya dan alam tetap lestari karena mengusung prinsip pariwisata berkelanjutan.

Tantangan yang Dihadapi

  • Infrastruktur internet belum merata.

  • Keterbatasan pelatihan digital bagi warga.

  • Ketergantungan terhadap platform pihak ketiga (seperti aplikasi travel) untuk promosi.

Ke depan, konsep smart village dengan integrasi IoT, big data, dan AI untuk pengelolaan wisata berbasis data akan menjadi tahap lanjut desa wisata digital. Platform lokal untuk reservasi dan pembayaran juga perlu dikembangkan agar desa lebih mandiri.

Desa wisata digital adalah jawaban atas kebutuhan liburan generasi digital yang menginginkan pengalaman autentik tanpa kehilangan koneksi digital. Dengan dukungan teknologi dan pelatihan, desa-desa di Indonesia bisa menjadi destinasi unggulan dunia, sekaligus mendorong ekonomi lokal secara berkelanjutan.

Tags
Show More
Kepriwebsite

Leave a Reply

Close