
Wisata
Kebangkitan Pariwisata Kepri Pasca Pandemi: Bintan dan Natuna Jadi Primadona Baru
Setelah lebih dari dua tahun dilanda pandemi COVID-19, sektor pariwisata Indonesia perlahan-lahan mulai pulih. Kepulauan Riau (Kepri) menjadi salah satu daerah yang menunjukkan kebangkitan paling signifikan, terutama di dua destinasi andalannya: Bintan dan Natuna. Dengan pesona alam yang memesona, dukungan infrastruktur yang terus dibenahi, serta promosi yang agresif, dua wilayah ini kini menjadi magnet wisatawan domestik maupun mancanegara.
Pariwisata Kepri dan Dampak Pandemi
Pandemi sempat membuat sektor pariwisata Kepri terhenti total. Bintan yang biasanya dipenuhi wisatawan asal Singapura dan Malaysia menjadi sepi. Begitu juga dengan Natuna yang sempat menjadi lokasi karantina dan mengalami stigma negatif. Banyak hotel tutup, pelaku wisata gulung tikar, dan ekonomi lokal terpukul.
Namun sejak pertengahan 2022, geliat wisata mulai terasa kembali. Pemerintah pusat dan daerah menggulirkan berbagai program pemulihan, termasuk pembukaan travel bubble, insentif pariwisata, hingga percepatan vaksinasi di destinasi unggulan. Tahun 2023 dan 2024 menjadi titik balik bagi pariwisata Kepri. Kini, memasuki 2025, Kepri siap menunjukkan kekuatannya sebagai “gerbang wisata maritim Indonesia.”
Bintan: Bali-nya Kepulauan Riau
Bintan, dengan pantainya yang putih dan resort kelas dunia, telah lama menjadi primadona pariwisata Kepri. Lokasinya yang hanya satu jam perjalanan feri dari Singapura menjadikannya destinasi favorit turis asing, khususnya dari Asia Tenggara.
Kini, pasca pandemi, Bintan tampil lebih siap dan menarik. Kawasan Lagoi Bay, misalnya, terus diperluas dengan penambahan resort baru, kawasan glamping, hingga spot-spot wisata keluarga. Pemerintah daerah menggandeng investor untuk mengembangkan wisata berkelanjutan, ramah lingkungan, dan berbasis komunitas.
Program seperti Bintan Triathlon, festival musik internasional, dan kuliner laut tahunan berhasil kembali menarik minat turis. Pemerintah juga gencar mempromosikan Bintan lewat media sosial, influencer, serta menjalin kerja sama dengan travel agent global.
Yang menarik, kini wisatawan tidak hanya datang untuk bersantai, tetapi juga menikmati wisata wellness, golf, dan budaya. Desa-desa wisata seperti Desa Sebong Pereh mulai dikenal karena keramahan masyarakat dan aktivitas tradisional seperti menenun dan memancing.
Natuna: Permata Tersembunyi yang Mulai Bersinar
Jika Bintan adalah destinasi mapan, maka Natuna adalah permata tersembunyi yang mulai dilirik. Terletak di Laut Cina Selatan, Natuna sebelumnya lebih dikenal karena letaknya yang strategis dan menjadi sorotan geopolitik. Namun di balik itu, Natuna menyimpan keindahan alam luar biasa—pantai perawan, batu granit raksasa, laut jernih, hingga kekayaan bawah laut yang luar biasa.
Beberapa tahun terakhir, Natuna mulai dikembangkan sebagai destinasi wisata berbasis alam dan petualangan. Wisata snorkeling dan diving di Pulau Senoa, panorama eksotis Batu Sindu, serta daya tarik budaya lokal mulai dipopulerkan. Pemerintah pusat melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menjadikan Natuna sebagai bagian dari program “Destinasi Super Prioritas Alternatif”.
Konektivitas menjadi perhatian utama. Kini, dengan adanya penerbangan langsung dari Batam dan Tanjungpinang ke Ranai, ibu kota Natuna, wisatawan tidak perlu lagi menempuh perjalanan laut yang panjang. Bandara Ranai juga diperluas untuk mendukung peningkatan kunjungan wisatawan.
Strategi Promosi dan Digitalisasi Wisata
Kunci kebangkitan pariwisata Kepri tak lepas dari strategi promosi yang adaptif. Pemerintah daerah kini aktif memanfaatkan media digital untuk menjangkau wisatawan milenial dan Gen Z. Kampanye seperti #KepriKeren, #ExploreBintan, dan #NatunaIslandEscape menggandeng influencer lokal dan internasional untuk mengeksplorasi potensi wisata.
Selain itu, digitalisasi destinasi juga mulai dilakukan. Di Bintan, banyak tempat wisata kini menyediakan pemesanan tiket online, virtual tour, dan sistem pembayaran digital. Aplikasi pariwisata lokal juga dikembangkan untuk memudahkan wisatawan mencari informasi, akomodasi, hingga rekomendasi kuliner.
Pemerintah Kepri pun aktif mengikuti pameran pariwisata internasional seperti ITB Berlin dan ASEAN Tourism Forum. Tak hanya itu, kolaborasi dengan maskapai penerbangan dan operator pelayaran digalakkan untuk menarik wisatawan dari Asia hingga Eropa.
Tantangan: Infrastruktur dan Sumber Daya Manusia
Meski tren pariwisata Kepri menunjukkan kemajuan, tantangan tetap ada. Salah satunya adalah infrastruktur di luar kawasan utama. Banyak destinasi di Kepri masih sulit dijangkau karena minim transportasi umum, pelabuhan yang belum representatif, dan koneksi internet yang terbatas.
Kualitas sumber daya manusia (SDM) pariwisata juga menjadi perhatian. Banyak pelaku wisata di daerah belum terlatih dalam hal hospitality, manajemen usaha, dan pemasaran digital. Oleh karena itu, program pelatihan terus digencarkan, mulai dari pelatihan pemandu wisata hingga manajemen homestay.
Selain itu, masalah kelestarian lingkungan juga menjadi sorotan. Di beberapa tempat, overkapasitas wisatawan sempat menimbulkan dampak negatif seperti pencemaran laut dan sampah. Maka dari itu, pendekatan pariwisata berkelanjutan menjadi prinsip yang dipegang teguh oleh pemerintah dan pelaku usaha.
Peran Masyarakat Lokal
Kebangkitan pariwisata di Bintan dan Natuna juga memberikan dampak positif bagi masyarakat. Banyak warga yang beralih profesi menjadi pengelola homestay, pemandu wisata, hingga pengusaha kuliner. Desa-desa wisata tumbuh sebagai pusat ekonomi kreatif, menghadirkan produk lokal seperti kerajinan tangan, makanan khas, dan pertunjukan budaya.
Pemberdayaan perempuan juga terlihat jelas. Banyak ibu rumah tangga yang kini aktif memproduksi makanan ringan khas Kepri atau menjadi bagian dari koperasi pariwisata. Anak-anak muda pun terlibat dalam pengembangan konten digital untuk mempromosikan kampung halamannya.
Harapan ke Depan: Pariwisata sebagai Tulang Punggung Ekonomi Kepri
Dengan potensi yang besar, pariwisata bisa menjadi tulang punggung ekonomi baru di Kepri. Diversifikasi ekonomi dari industri ke sektor jasa, terutama pariwisata, akan membuat daerah ini lebih tangguh terhadap krisis global. Terlebih lagi, letaknya yang strategis membuat Kepri sangat cocok dikembangkan sebagai destinasi unggulan Indonesia bagian barat.
Pemerintah daerah pun menargetkan peningkatan kunjungan wisatawan sebesar 30% per tahun hingga 2027, dengan mengandalkan kombinasi antara wisata alam, budaya, dan buatan. Peningkatan kualitas layanan, pembangunan infrastruktur hijau, serta penguatan promosi digital menjadi kunci utama pencapaian target ini.