
Opini
Potret Pendidikan Di Daerah Terdepan
Pendidikan adalah hak mutlak bagi setiap warga Negara tanpa memandang siapa dan darimana ia berasal seperti yang tercantum dalam UUD 1945. Pendidikan sendiri merupakan jembatan untuk meningkatkan taraf kehidupan sebuah generasi. Indonesia yang merupakan Negara berkembang sebenarnya sudah memberikan kesempatan bagi warga negaranya untuk mendapatkan pendidikan. Salah satunya melalui program wajib belajar 9 tahun serta besarnya anggaran APBN yang keluarkan pemerintah untuk pendidikan. Seperti yang diketahui pendidikan mendapatkan 20 persen dari anggaran Negara, jika kita logikakan itu sudah sangat cukup untuk membangun berbagai insfrastruktur yang mendukung pendidikan di berbagai daerah. Namun kenyataanya masih banyak daerah-daerah yang memiiki masalah dalam pembangunan tersebut salah satunya daerah terdepan Kepulaun Riau.
Pada saat ini kondisi pendidikan di Kepulauan Riau tergolong masih rendah, hal tersebut dibuktikanan dengan tingginya angka putus sekolah terutama di pulau-pulau kecil yang mayoritas perekonomian penduduknya rendah serta masalah insfrastuktur seperti bangunan sekolah dan akses menuju sekolah itu sendiri. Selain masalah insfrastruktur masalah utama lainnya yang menyebabkan rendahnya pendidikan di Kepulauan Riau adalah SDM, dimana tidak adanya pemerataan tenaga pendidik yang menyebabkan kesenjangan sosial antara ibu kota kabupaten dan pulau-pulau kecil sekitarnya serta rendahnya minat baca siswa.
Setelah penulis melakukan wawancara kepada beberapa mahasiswa FSIP UMRAH yang berasal dari daerah berbeda Kepulauan Riau penulis mendapatkan beberapa data. Hasil data tersebut mengatakan bahwa pendidikan di Kepulauan Riau masih perlu perhatian dari pemerintah khususnya di pulau-pulau kecil serta masalah minimnya minat baca siswa.
Hardian, mengatakan bahwa untuk segi insfrastruktur seperti bangunan sekolah dan akses menuju sekolah rata-rata di kota Daerah Kepulauan Riau sudah bagus artinya sudah layak untuk digunakan.
“Seperti yang kita lihat sebenarnya untuk masalah insfrastruktur seperti bngunan dan akses menuju sekolah di Kepulauan Riau ini sudah baik, hal ini terlihat di kota Tanjung Pinang, Batam serta Bintan rata-rata bangunan sekolahnya sudah beton dan malahan ada yang memiliki gedung berlantai dua atau lebih. Fasilitas yang disediakan juga sudah lengkap baik dari segi ruang seperti laboratorim dan perpustakaan maupun sumber bacaan yang ada di perpustakaan. Namun hal tersebut tidak berlaku untuk pulau-pulau kecil salah satunya Pulau Penyengat yang pembangunan dan tenaga pendidiknya sangat kurang.” Ujar Hardian
Hal serupa juga dikatakan oleh Wahyu selaku mahasiswa UMRAH jurusan Ilmu Administrasi Negara yang berasal dari Pulau Air, Batam. Ia mengatakan bahwa jika di Batam bangunan serta fasilitas sekolah sudah lengkap, tetapi untuk di Air sendiri hanya ada sekolah Dasar jadi bagi mereka yang ingin melanjutkan sekolah ke jenjang lebih tinggi harus menyebrang pulau sekitar 20 sampai 30 menit.
Malasalah yang tak kalah pentingnya adalah minat baca siswa, seperti dari data yang penulis dapatkan bahwa di setiap daerah Kepuauan Riau minat baca siswa nya sangat rendah. Seperti yang di ungkapkan oleh Ayat Saputra Mahasiswa Jurusan Sosiologi, ia mengatakan bahwa perpustakaan akan penuh jika ada tugas dari guru.
“Sekolah memiliki perpustakaan, hanya saja selalu sepi” ujar Ayat
Namun, Jika kita berbicara mengenai rendahnya minat baca siswa, bukan hanya di daerah Kepulauan Riau saja yang mengalami permasalahan tersebut namun hampir seluruh daerah di Indonesia. berdasarkan hasil survei dari “Studi Most Littered Nation in The World 2016 “ menyatakan bahwa saat ini Indonesia mendududki peringkat 60 dari 61 negara.
Mengutip dari perkataan Najwa shihab ia membandingkan masyarakat Eropa atau Amerika khususnya anak-anak yang dalam setahun bisa membaca hingga 25-27 persen buku. Selain itu juga ada Jepang yang minat bacanya mencapai 15-18 persen buku pertahun.
“Sementara di Indonesia jumlahnya hanya mencapai 0,01 persen pertahun” ujar Najwa
Untuk meningkatkan pendidikan di Kepulauan , Pemerintah Daerah harus lebih memperhatikan pendidikan di pulau-pulau kecil jangan hanya terfokus di daerah kota saja yang jumlah masyarakatnya lebih banyak serta setiap sekolah harus bisa membuat suatu program yang bisa mendorong minat baca siswa misalnya seperti gerakan literasi membaca.
Penulis: Mega Fitriani, Zulkarnain,Tri Anisawati dan Dita Aprianti (mahasiswa Universitas Maritim Raja Ali Haji Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan)