Uncategorized

Radikalisme Agama, Ancaman Nyata Keberagaman NKRI

Radikalisme merupakan paham yang mempercayai bahwa perubahan menyeluruh hanya dapat dilakukan dengan cara radikal atau aksi mencolok agar diikuti banyak orang, bukan dengan cara damai dan evolusioner. Pengertian ini terus berkembang sehingga paham radikal tidak hanya bermitra dengan politik, tetapi juga berdampak ke bidang keagamaan. Gerakan radikalisme ini sendiri dapat membahayakan NKRI dan umat islam sendiri karena gerakan radikalisme ini lebih mengedepankan kekerasan dan memaksakan pemahaman mereka untuk di terapkan.

Radikalisme tentu tidak muncul begitu saja, radikalisme agama mempunyai kultur untuk berkembang. Faktor internal terjadinya radikalisme agama adalah adanya pembenaran teks keagamaan dalam melakukan perlawanan dengan menggunakan teks keagamaan seperti Al-quran dan Hadits untuk dijadikan penopang. Hal ini terjadi hampir diseluruh kawasan islam termasuk Indonesia. Al-Quran dan hadits sebagai basis pembenaran karena secara tekstual mendukung sikap ekstrim dari radikalisme agama ini.

Faktor internal lain adalah karena gerakan radikalisme agama ini menyimpan trauma karena belum mampu mewujudkan negara islam internasional sehingga melampiaskan secara anarki seperti terorisme. Salah satu penyebab gerakan ini adalah faktor sentimen keagamaan. Termasuk adanya solidaritas terhadap sesama pihak yang tertindas oleh suatu kekuatan tertentu tetapi hal ini lebih tepatnya disebut sebagai faktor emosi keagamaan, bukan ajaran dari agama tersebut.

Selain faktor internal, terdapat beberapa faktor eksternal penyebab lahirnya gerakan radikalisme agama ini. Pertama yaitu faktor sosial-politik, pemerintah lamban dalam mengendalikan masalah sehingga masalah semakin marak terjadi. Pengendalian yang kurang tegas seperti pengesahan RUU Tindak Pidana Terorisme yang tak kunung dilaksanakan. Hal ini membuat para teroris dengan leluasa beraksi dan membuat onar dibumi pertiwi. Kedua, faktor ekonomi-politik, rezim-rezim dinegara islam gagal menjalankan dan menyeleweng dari nilai-nilai fundamental islam. Bukannya menjadi pelayan rakyat, sebaliknya berkuasa sewenang-wenang dan menyengsarakan rakyat. Penjajahan barat yang serakah menghancurkan serta sekuler justru datang belakangan, terutama sejak neokapitalisme dan ide kapitalisme global menjadi pemenang. Satu ideologi yang kemudian mencari daerah yang kemudian menjadi jajahan untuk dijadikan “pasar baru”. Ekonomisasi seperti inilah yang menyebabkan peperangan sehingga melanggengkan kehadiran fundamentalisme islam. Yang ketiga adalah faktor budaya, menekankan budaya barat yang mendominasi. Budaya sekularisme yang dianggap sebagai musuh besar yang harus dihilangkan dari bumi.

Radikalisme kini menjadi ancaman nyata bagi kesatuan dan persatuan NKRI. Bagaimana tidak? Radikalisme memusnahkan rasa percaya antara umat beragama di Indonesia. Agama islam dipandang sebagai agama yang jahat. Indonesia adalah bangsa yang beragam. Pada negara multikultural seperti Indonesia terdapat banyak kasus mengenai konflik sosial, konflik politik, konflik antar etnis, dan konflik keagamaan yang biasanya mengakibatkan terjadinya gerakan radikalisme.

Kelompok radikal menggunakan internet dan media sosial dengan serius karena dapat mencakup warganet secara luas. Dari ratusan ribu bahkan jutaan warganet yang menerima informasi yang diunggah dalam persentase tertentu dapat dipastikan ada yang terdoktrin. Gerakan radikalisme yang terjadi akan berakibat pada ketidakharmonisan dan ketentraman yang dirasa mengganggu masyarakat karena aktivitasnya. Dengan demikian, rasa persatuan dan kesatuan antar masyarakat di Indonesia semakin berkurang dan membuka peluang perpecahan antar masyarakat Indonesia sendiri.

Melihat masalah radikalisme yang terus saja menghantui, timbul sebuah pertanyaan, apa yang harus dilakukan untuk mengatasi radikalisme? Solusinya adalah dengan reformasi sektor keamanan, reorientasi pendidikan, urgensitas pemimpin agama memperhatikan sistem penafisran setiap kitab suci agama masing-masing. Masalah radikalisme terbesar adalah bagaimana mensosialisasikan penafsiran kitab suci yang lebih konstektual tanpa harus menurunkan dinilai utama agama dan agar tidak terjadi salah tafsir yang terbukti menimbulkan sifat kekerasan atas nama agama dan ini harus diupayakan untuk dikurangi.

Radikalisme tidak mudah dihilangkan, tetapi hal tersebut bukanlah hal yang mustahil. Ketegasan pemerintah terhadap kelompok radikal dan teroris diharapkan untuk terus dipertahankan. Tetapi fatal jika menyerahkan tugas itu hanya kepada pihak keamanan sajam melainkan menjadi tanggung jawab dan perhatian seluruh masyarakat. dengan kerja keras terus-menerus seluruh aparat keamanan ditambah dukungan penuh seluruh komponen masyarakat, radikalisme akan mudah ditanggulangi bahkan dihilangkan diindonesia.

Oleh:

Desy Lestary
Mahasiswa Ilmu Administrasi Negara, FISIP, UMRAH

Tags
Show More
Kepriwebsite

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Close