Kolom Pembaca

Ideologi atau Mantra Politik

Berbicara ideology partai politik memang tak terdengar lagi dalam sebuah diskursus praktik-praktik partai politik. Partai politik saat ini dalam prakteknya selalu mengusung koalisi-koalisi untuk membangun imperium kekuasaan dimana-mana. Oleh karena itulah apapun dimensi ideology dan platform partai politiknya, tetap saja melegalkan status quo yaitu dimensi kekuasaan. Ideology di dalam partai-partai politik memang sudah mengalami mati suri alias sudah terpendam dalam teks yang hanya dibaca dan diwacanakan saja bentuknya.

Tetapi tidak menjadi ruh atau spirit dalam membangun kekuatan partai politik secara mendasar dengan pondasi yang sangat kokoh. Ideology partai politik harusnya menjadi penguat dalam setiap aktivitas apapun dimasyarakat, jangan sampai hanya menjadi hiasan atau pelengkap penderita dalam partai politik. Ideology seharusnya menjadi sebuah gerakan atau tindakan dalam dentuman-dentuman besar partai politik untuk perubahan yang dikehendaki oleh masyarakat. karena partai politik merupakan salah satu pilar demokrasi yang harus mampu melakukan konsolidasi demokrasi.

Seringkali dalam dunia realitasnya secara sosiologis terlihat tindakan-tindakan politik atau perilaku politik para actor politik tidak mencerminkan ideology partai politiknya, seperti tidak adanya sense of crisis atau sense of belonging terhadap rakyatnya. Empati politik terhadap masyarakat seharusnya menjadi sebuah dasar untuk melakukan kritikan terhadap eksekutif apabila lamban dalam melakukan proses pembangunan ditengah masyarakat. ideology politik saat ini sudah menjadi mantra yang diucapkan, tetapi tidak mempunyai makna sedikitpun dalam tindakan-tindakan untuk melakukan perubahan yang mendasar dalam tatanan publik.

Partai politik sudah disandera oleh kuatnya variable uang dengan transaksionalnya, dan juga politik kekerabatan. Terjadinya korupsi politik juga diakibatkan tidak mampunya para pendiri partai politik dengan ideologinya membangun system politik yang lebih terbuka, adil dan akuntabilitas. Inilah akibat dari ideology politik hanyalah dijadikan sebagai barang hiasan atau ornament dalam pajangan-pajangan didalam partai politik.

Mestinya ideology tidak lagi menjadi mantra atau jampi-jampi yang secara metafisika sangat jauh dari sifat rasionalitas. Padahal politik sangat rasional dan dibutuhkan ideology, strategi dan taktik dalam melakukan tindakan-tindakannya dan langkah-langkah dalam memenangkan pertarungan politik dalam dimensi merebut hati rakyat. Ideology yang mengalami evolusi dan menjadi mantra akhirnya dalam dunia praksisnya tidak lagi berpihak pada bagaimana memperjuangkan aspirasi-aspirasi masyarakat kalangan bawah, tetapi seringkali menjadi alat saja dalam memenuhi syahwat politiknya untuk bisa duduk menjadi wakil rakyat.

Jadi dimensi kekuasaan ternyata memiliki kekuatan yang sifatnya candu mengalahkan narkoba. Segala macam ornament atau hiasan dalam partai politik semuanya dimakan oleh yang namanya kekuasaan. Kalau begitu pertanyaannya, untuk apalagi ideology dan platform yang berbeda kalau dimensinya hanya satu yaitu kekuasaan dan melegalkan status quo.

Partai politik hanya dijadikan alat untuk mengumpulkan suara dan jauh dari pendidikan politik. Tetapi yang terjadi hari ini dalam demokrasi partai politik ialah duitokrasi dari duit, oleh duit dan untuk duit. Padahal idealnya partai politik ialah pilar demokrasi yang harus membangun system demokrasi itu sendiri, tetapi dalam praksisnya ternyata jauh dari harapan demokrasi itu sendiri. Ini akibat dari pendidikan politik dalam partai politik itu sendiri minim dilakukan, akibatnya masih bersifat elitis dan feudal.

Dengan kondisi seperti diatas harusnya public harus bisa mempengaruhi putusan-putusan politik yang tidak berpihak pada rakyat. karena public yang kuat sangat dibutuhkan agar tidak didikte oleh partai politik yang jauh dari ideology partai politik yang sudah berevolusi menjadi sebuah mantra saat ini. Masyarakat juga harus melakukan kritikan terhadap carut-marutnya system politik serba liberal saat ini. Karena masih kuatnya politik dikendalikan oleh pemilik modal, sehingga tidak mandiri dan berpihak pada masyarakat. untuk itulah demokrasi sejatinya harus bisa memperkuat tingkat partisipasi masyarakat dalam mengawasi secara kontinyuitas.

 

Ditulis Oleh: Suyito, S.Sos, M.Si Dosen STISIPOL Raja Haji.

Tags
Show More
Kepriwebsite

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Close