Kolom Pembaca

ARAH PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA : IDEALISME Vs PRAGMATISME (Sebuah Renungan 89 Tahun Sumpah Pemuda)

ARAH PERJUANGAN GERAKAN PEMUDA : IDEALISME Vs PRAGMATISME

(Sebuah Renungan 89 Tahun Sumpah Pemuda)

 

 

Dr. Mohamad Gita Indrawan,S.T.,M.M

 

Wakil Ketua MPW Pemuda Pancasila Provinsi Kepri

Wakil Ketua Asosiasi Dosen Indonesia/ADI Provinsi Kepri

Dosen Program Studi Manajemen Universitas Putera Batam

Sekretaris Indonesia Marketing Association/IMA Chapter Batam

Wakil Ketua Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia/ISEI Cabang Batam

Ketua Tim Ekonomi Kamar Dagang dan Industri/KADIN Kota Batam

Sekretaris Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia/HIPPI Provinsi Kepri

Wakil Ketua Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia/APTISI Provinsi Kepri

 


Presiden pertama Republik Indonesia Ir.Soekarno (Bung Karno) pernah mengatakan “Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia.” Pernyataan Bung Karno yang merupakan Bapak Bangsa dan tokoh pemuda saat itu tersebut menggambarkan bagaimana kehebatan pemuda Indonesia, sudah pasti pemuda yang dimaksud Bung Karno tersebut bukanlah sembarang pemuda namun pemuda pilihan yang merupakan generasi emas penerus harapan bangsa dimana nasib dan masa depan bangsa ini kelak akan diamanahkan.

Mengutip pendapat Ellen G. White di dalam bukunya Education yang mengatakan, “The greatest want of the world is the want of men, men who will not be bought or sold; men who in their inmost souls are true and honest; men who do not fear to call sin by its right name; men whose conscience is as true to duty as the needle to the pole; men who will stand for the right though the heavens fall.”

Kebutuhan terbesar dunia ialah kebutuhan akan manusia yang tidak dapat diperjual belikan, manusia yang di dalam hati sanubarinya adalah setia dan jujur, manusia yang tidak takut menyebut dosa sebagai dosa, manusia yang kata hatinya setia kepada tugas seperti jarum kompas yang selalu menunjuk ke kutub, manusia yang mau berdiri untuk kebenaran walau langit runtuh sekalipun.

Inilah karakter ideal yang seharusnya dimiliki setiap pemuda dan gerakan pemuda di Indonesia yaitu memiliki integritas, prinsip yang teguh, selalu mengarah kepada kebenaran serta tidak dapat digoyahkan. Karakter ideal yang dikemukakan oleh Ellen G. White tersebut sangat sejalan dengan nilai-nilai Pancasila yang merupakan pandangan hidup dan jati diri bangsa.

Sila pertama merupakan cermin karakter pemuda yang menjadikan Tuhan Yang Maha Kuasa sebagai satu-satunya pusat kebenaran yang dituju dan dipegang. Sila kedua dan kelima sebagai cerminan karakter yang tidak dapat diperjualbelikan (disuap) untuk terciptanya keadilan sosial yang beradab. Sila ketiga sebagai cerminan karakter pemuda yang jujur dan setia untuk kesatuan bangsa, serta sila keempat sebagai cerminan pendirian yang teguh meski langit runtuh dapat tercipta jika karakter yang penuh hikmat serta kebijaksanaan dapat diterapkan. Sehingga dapat diartikan bahwa karakter pemuda dan gerakan pemuda Indonesia adalah Pancasila yang merupakan ruh dan semangat idealisme arah perjuangan gerakan Pemuda Indonesia.

Sejenak melihat kebelakang bahwa sejarah Republik ini mencatat dengan tinta emas bagaimana gerakan pemuda Indonesia telah ikut serta secara aktif dalam menentukan arah perjalanan bangsa dari masa ke masa, dimulai dari berdirinya organisasi Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908 oleh para mahasiswa Sekolah Kedokteran (STOVIA) di Jakarta yaitu Sutomo, Suraji dan Gunawan Mangunkusumo dimana para pemuda membangkitkan kesadaran bangsa Indonesia melalui gerakan Boedi Oetomo dan kemudian pada tahun 1928 ketika para pemuda Indonesia mengugah rasa kebangsaan pemuda akan satu Indonesia melalui konsensus bersama dalam Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928 yang berbunyi : Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia; Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia; Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia, kemudian menjelang tahun 1945 para pemuda juga  berperan besar dalam mempercepat kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 yang dimotori oleh Dwi Tunggal tokoh pemuda Indonesia saat itu yakni Soekarno-Hatta kemudian pada tahun 1946-1949 merupakan masa perang kemerdekaan dimana para pemuda dan pelajar bergabung di dalam tentara pelajar (TP/TRIP) bahu-membahu dengan rakyat dan TNI untuk  melawan agresi militer Belanda selanjutnya tahun 1966 ketika para pemuda dan mahasiswa bersama  TNI dan komponen bangsa lainnya secara  aktif berperan dalam Tiga Tuntutan Rakyat (TRITURA) yang mampu menumbangkan rezim Orde Lama kemudian tahun 1998 ketika para pemuda dan mahasiswa yang tergabung dalam berbagai elemen bangsa akhirnya berhasil menumbangkan rezim Orde Baru dan melahirkan Era Reformasi. Semua catatan tinta emas sejarah tersebut menjadi bukti otentik bahwa para pemuda Indonesia selalu menjadi pelopor dan berdiri di barisan paling depan dalam melawan kebatilan dan membela kebenaran seperti yang diamanahkan Pancasila.

Untuk kita ketahui potensi pemuda Indonesia bahwa hingga saat ini jumlah Organisasi Kemasyarakatan Pemuda (OKP) yang ada di Indonesia mulai tingkat kelurahan/desa hingga tingkat nasional berjumlah ± 276.787 OKP, survey statistik yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2015 tentang kepemudaan menunjukkan bahwa populasi pemuda di Indonesia adalah 24,20% dari total penduduk Indonesia, yaitu berkisar 61,68 juta jiwa. Pemuda yang dimaksud adalah mereka yang berusia 16-30 tahun. Melihat besarnya jumlah angka generasi muda maka sudah barang tentu hal ini akan menjadi daya tarik tersendiri bagi para penguasa baik pada tingkat nasional maupun lokal untuk meraih dukungan dari kalangan pemuda. Mengingat jumlah dan potensinya yang besar maka adalah hal yang wajar-wajar saja jika kemudian para penguasa merayu dan menggoda para tokoh gerakan pemuda untuk ikut bergabung di dalam gerbong politik mereka,  dimana oleh sebagian tokoh gerakan pemuda hal ini juga dianggap sebagai peluang untuk bisa masuk ke dalam pusaran kekuasaan dengan berbagai macam alasan dan tujuan. Akhirnya terjadilah hubungan simbiosis mutualisme yang saling menguntungkan diantara kedua belah pihak tersebut.

Sampai di sini hal tersebut masih dalam batas kewajaran namun kemudian hal ini menjadi masalah yang serius ketika perbedaan gerbong politik tersebut membuat arah perjuangan gerakan pemuda Indonesia terpecah belah dan akhirnya malah menimbulkan “gesekan” diantara para tokoh gerakan pemuda dengan membawa bendera politik dan organisasinya masing-masing. Hal ini jelas membuat arah perjuangan gerakan pemuda Indonesia seperti kehilangan ruh dan idealismenya sebagai pintu terakhir rakyat dalam memperjuangkan nilai-nilai kebenaran dan memerangi kebatilan di saat semua pintu yang lain telah tertutup.

Tinta emas gerakan pemuda Indonesia dalam sejarah perjuangan bangsa di masa lalu seharusnya menjadi tanggung jawab moral bagi para para tokoh gerakan pemuda Indonesia saat ini untuk tetap mampu memainkan peran strategisnya dalam ikut serta menentukan arah perjalanan bangsa tanpa harus menggadaikan jati diri dan idealisme Pancasila dalam arah perjuangan pemuda Indonesia.

Berpolitik merupakan hak setiap warga negara yang dilindungi oleh Konstitusi (UUD 1945) namun sejatinya perbedaan gerbong politik tidak lantas membuat arah perjuangan gerakan pemuda Indonesia menjadi terpecah belah dan terkotak-kotak karena karakter dan jati diri gerakan pemuda Indonesia adalah Pancasila sehingga sebagai penerus perjuangan bangsa para pemuda harus mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa di atas kepentingan pribadi, kelompok atau organisasi.

Jangan sampai kepentingan politik jangka pendek dan pragmatis melemahkan semangat idealisme Pancasila dalam gerakan pemuda karena gerakan pemuda yang kuat dan berwibawa hanya bisa diperoleh dengan persatuan dan kesatuan arah perjuangan seluruh elemen gerakan pemuda. Jadi silakan berbeda gerbong politik namun jangan sampai terpecah belah arah perjuangan karena perbedaan gerbong politik tersebut.

Sejatinya hakikat tujuan dari perjuangan gerakan pemuda Indonesia adalah rakyat Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur seperti yang tercantum di dalam naskah Pembukaan UUD 1945″. Oleh sebab itu kiprah gerakan pemuda hari ini akan menjadi catatan penting bagi gerakan pemuda di masa yang akan datang dan sejatinya gerakan pemuda saat ini harus mampu menorehkan tinta emas dalam catatan sejarah perjuangan bangsa daripada asyik saling “konfrontasi” yang tidak ada relevansinya dalam menegakkan nilai Pancasila, harkat dan marwah gerakan pemuda di mata rakyat Indonesia.

Selamat Hari Sumpah Pemuda yang ke 89 tahun!

Bersatulah Pemuda Indonesia!

Jayalah Negeriku Indonesia Raya!

 

Show More
Kepriwebsite

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Close