Kolom Pembaca

[Part 5] MENGETUK LANGIT, Sebuah Catatan Perjalanan Spiritual 212 Batam-Jakarta

[Part 5] MENGETUK LANGIT, Sebuah Catatan Perjalanan Spiritual 212 Batam-Jakarta

MENGETUK LANGIT

(Sebuah Catatan Perjalanan Spiritual 212 Batam-Jakarta)

Oleh : Adri Wislawawan (Ketua Bidang PPD HMI Cabang Batam)

 

 

Azan subuh berkumandang, kami terbangun sedikit kaget dengan jamaah yang sangat padat, ada yang sudah mengatur shaf, ada yang sedang ganti pakaian, ada yang sedang ngantri untuk berwudhu di lantai 1, ada yang sedang ngantri di toilet, dan saya percaya sebagian besar tidak memilih untuk mandi karena memang untuk berwudhu saja air sudah habis, banyak yang berwudhu memakai air mineral dari botol yang telah mereka siapkan.

 

Sekali lagi saya sadari bahwa meskipun subuh itu begitu padat, tetapi tidak chaos dan tetap tertib teratur tidak ada kepanikan. Setelah mengganti pakaian dan sholat subuh berjamaah, kami berpisah dengan teman-teman dari pamekasan dan mataram karena harus bergabung dengan rombongan dari daerah masing-masing.

 

Tibalah hari yang ditunggu-tunggu, dalam hati saya berikrar ‘saksikanlah ya Allah, hanya karenamulah kami berkumpul hari ini,

setelah diancam, dilarang dan dihalang-halangi, keyakinan kami takkan goyah hanya karena keraguan yang dibuat oleh kaum munafik, engkau memang tidak perlu dibela, kamilah yang perlu membelamu! untuk mengaskan keimanan kami dan menuntut keadilan di Negeri ini. Sesungguhnya sholat kami, perjuangan kami, hidup dan mati kami, hanya untukMu ya Allah Tuhan seru sekalian alam”.

 

MENGETUK LANGIT

Pagi 2 Desember itu Matahari tidak muncul, angin semilir sepoi-sepoi menyapa setiap manusia-manusia pejuang di sekitaran Istiqlal, banyak tak terhitung jari. meskipun rintik-rintik gerimis hujan turun, namun barisan-barisan jamaah tanpa henti mengalir baik ke arah masuk maupun keluar area Masjid kebanggan DKI Jakarta itu.

 

Ragam usia, ragam bendera, ragam ikat kepala, namun yang pasti secara kasat mata, mereka selain seragam warna pakaian juga seragam tuntutan. Sesekali gema takbir menggema entah dari sudut mana, yang kemudian disambut sahutan-sahutan takbir yang menggetarkan dada.

 

Sungguh kami tidak saling mengenal, bahkan sayapun tidak hafal nama-nama setiap pejuang yang satu rombongan dari Batam, namun meskipun demikian adanya, ucapan salam senyum sapa ketika berpapasan tak henti saya temukan, sungguh hati lautan manusia putih pagi itu telah tertaut, saling terkoneksi hanya untuk Allah SWT.

 

Kuberitahukan padamu saudaraku, pagi itu adalah pagi yang sangat indah.

Show More
Kepriwebsite
Close