Kolom Pembaca

SPIRIT IDULFITRI

Secara Filosopis makna Idulfitri adalah kembali ke  minal ‘âidzîn wal fâ‘idzîn yakni orang-orang yang menemukan hati nurani, jati diri dan ketenangan illahi. Mereka meraih ketenangan rohani, kebahagiaan keluarga, dan kedamaian dengan sesama. Orang-orang yang telah kembali ke hati nurani akan selalu bersandar pada kebenaran, sebab hati nurani tidak pernah bohong. Selama berpuasa kita dilatih untuk jujur pada Allah Swt, bahwa kita beribadah puasa hanyalah karena-Nya. Sehingga kita bisa merasakan manisnya iman didalam diri manusia. Hati nurani manusia pasca puasa kembali terasa hidup kembali, dengan cucuran iman dan ketaqwaan manusia. Sehingga manusia merasakan bagaimana nikmatnya menyambut idul fitri yang punya makna ini. Idul fitri juga secara hakikatnya kembali menjadi orang-orang yang jujur dalam bertutur dan bertindak karena sudah terlatih saat sebulan  penuh pada bulan suci ramadhan kemaren. Dengan kembali menemukan hati nurani tentu saja hati tidak gersang kembali dan meraih jati diri manusia yang sesungguhnya dan berakhir dengan mendapatkan ketenangan ilahiyah.

 Fitrah yang baik kemudian diekspresikan manusia dengan kepasrahan kepada Allah dan daya kreatif dalam memperbarui pemaknaan teks-teks keagamaan (al-nushûsh al-dîniyyah) sehingga mempunyai spirit pembebasan (liberatif-emansipatoris) serta penghayatan keagamaan yang menjunjung tinggi rasionalitas, pluralitas, kesetaraan, keadilan, dan keseriusan dalam menghadapi problem kemanusiaan. Filosopis idul fitri tetap memberikan hasil kepada manusia dengan suasana kembali kepada allah swt.

Pasrah dengan ikhlas kembali kepada allah swt, telah membuat kita sebagai manusia menghayati akan pentingnya hidup saling tolong-menolong antar sesama. Karena kalau kita kembali ke fitrah manusia sebagai mahluk sosial, berarti kita akan kembali menata masyarakat rabaniyah. Masyarakat selalu menjunjung tinggi keadilan tanpa diskriminatif antar sesama, kemudian menjaga kedamaian, serta tidak konflik dengan dasar keimanan, keshalehan dan kesetiaan

 Makna fitri akan semakin menguras dosa-dosa jiwa yang terselimuti kabut kebenaran, akibat dari banyak dari dosa-dosa menggumpal dalam alam bawah sadar manusia. Memasuki idul fitri ini manusia harus benar-benar bersih dan berserah diri total pada kebenaran ilahiyah. Akhirnya manusia akan selalu bertauhid dengan kuat dan tegar, tidak takut dengan ancaman dari manapun. Itu tanda bahwa standard manusia yang beriman telah masuk didalam relung jiwa manusia. Thogut-thogut disekeliling kita pasca puasa sebulan penuh akan kembali lagi kita bertarung dengan sebelas bulan yang penuh dengan cobaan dan penderitaan hidup. Makna idulfitri yang telah membuat kita kembali semangat kesucian diri manusia, jiwa yang tercerahkan, seharusnyalah menjadikan manusia menjadi insan-insan yang muttaqiin. Allah swt memberikan kita kesempatan puasa sebulan penuh untuk menghapus dosa-dosa kita selama ini, kemudian dibulan syawal  kita diwajibkan untuk saling bermaaf-maafan sehingga kita kembali menjadi manusia yang beriman.

untuk itulah jangan sampai hari raya idul fitri ini hanya dijadikan momentum pada ritual-ritual budaya rutin, yang justru tidak menjawab kegelisahan umat selama ini, sebab dimasyarakat masih banyaknya ketimpangan sosial akibat kita masih kurang berbagi memenuhi kebutuhan manusia lain yang serba kekurangan. harus kita akui bahwa kelemahan kita hari ini adalah idulfitri ternyata hanya seremonial belaka. Padahal selama sebulan melaksanakan ibadah puasa dan dilanjutkan dengan hari raya idulfitri harusnya penuh dengan kesungguhan, bukan hanya untuk budaya pamer yang kita lihat dimasyarakat saat ini. Orang-orang sibuk dengan baju lebaran, kue lebaran dan duit lebaran.

Seharusnyalah dengan idul fitri hakekat memaafkan bisa membuat manusia kembali kefitrahnya. Keruntuhan moralitas manusia juga akibat miskinnya tanggungjawab sosial manusia untuk melakukan control sosial dilingkungannya. Maka dari itulah kita sebagai umat islam harus bisa menunjukkan pada umat lain di Negara ini bahwa spirit idul fitri adalah mengembalikan jiwa nurani manusia untuk kembali ke fitrah manusia yang sebenarnya dengan menjunjung tinggi nilai keadilan, keimanan dan keshalehan sosial.

Umat islam yang sudah diterangi dengan semangat idul fitri juga harus bisa menunjukkan didalam kehidupan sosialnya selalu jujur bekerja, tidak korupsi,kolusi dan nepotisme. Karena kalau masih juga seperti itu berarti makna sebulan puasa, ditambah lagi dengan momentum idul fitri ternyata tidak mampu menangkap perubahan besar dalam dirinya. Spirit idulfitri harus menjadikan umat islam bekerja secara professional, cerdas, saling membantu sesama, tidak individualisme, tidak egosentrisme baik sesame muslim sendiri dan sesame umat yang lain. Filosofis Memaafkan (sejatinya) adalah memaafkan yang tak ter-maafkan” ujar Jacques Terrida dalam buku “On Cosmopolitanism and Forgiveness”.

Bila kita memaafkan perbuatan salah orang lain yang levelnya kecil, maka itu adalah hal biasa. Tetapi bila kita sanggup memaafkan perbuatan manusia bahkan yang paling kejam dan tak ter-ampunkan kepada kita, maka disinilah sesungguhnya makna memaafkan yang hakiki, yang benar-benar menantang sejauh mana keluasan hati kita untuk keluar dari luka sejarah, baik pribadi ataupun kolektif. Semoga idul fitri membawa perubahan pikiran,jiwa dan perbuatan. Selamat Hari Raya Idul Fitri, MOHON MAAF LAHIR DAN BATHIN.

 

OLEH : SUYITO, M.Si DOSEN SOSIOLOGI STISIPOL RAJA HAJI

Tags
Show More
Kepriwebsite

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Close